"Jangan menjadi orang tidak enakan, kalau kau memang tidak mau, katakan saja" ucap Ramzi lagi karena Melati terlihat sedang berpikir.
"Terima kasih karena sudah memikirkan saya, tapi jujur saya tidak terlalu suka menjadi pusat perhatian" Melati menolak secara halus, dia melihat ada sedikit kekecewaan di mata Rita, tapi dia hanya menyampaikan isi hatinya.
"Aku juga sama, pesta pernikahan itu melelahkan, harus berdiri lama, tersenyum dan berjabat tangan dengan ratusan bahkan ribuan tamu yang belum tentu kita kenal semua" Ramzi menambahkan. "Jadi sebaiknya tidak usah saja"
"Tapi, pesta itu juga untuk menghindari fitnah nak, orang-orang harus tahu kalau kalian sudah sah" bantah Rita.
"Apa tidak ada cara lain Ma?"
"Bagaimana kalau kita adakan Bakti amal saja, kita post di media bahwa itu dalam rangka merayakan pernikahan Ramzi dan Melati, jadi mereka tidak perlu terlalu terlibat langsung, cukup muncul untuk foto dan wawancara singkat" usul Ramdam.
"Bakti amal seperti apa?" Tanya Ramzi mengerutkan dahinya.
"1000 paket sembako, cek kesehatan gratis, donor darah dan sunat massal, bagaimana?"
"Ide yang bagus" timpal Ruslan. "bagaimana Melati, apa kau setuju ide ini?"
Kembali semua perhatian tertuju pada gadis yang mengikat satu rambutnya itu, anggukan darinya membuat semua lega. "Saya suka ide itu" ujarnya kemudian.
Selanjutnya yang mereka bahas adalah rencana persiapan acara Bakti amal tersebut dan siapa saja yang perlu di libatkan hingga karenanya Ramzi dan Melati terpaksa menginap.
"Ini piyama dari mama, mandilah dulu, aku akan membiarkanmu susu hangat biar kau bisa tidur nyenyak, tidur di tempat baru pasti membuatmu kurang nyaman" ucap Ramzi penuh perhatian, dia sendiri sudah berganti pakaian dengan celana pendek dan kaos oblong.
Menuruti kata suaminya, Melati beranjak ke kamar mandi dan keluar 15 menit kemudian dengan piyama satin berbentuk terusan berwarna cream. Ramzi sudah duduk bersandar di ranjang sambil bermain ponsel.
"Minum susumu lalu tidurlah!" Ucapnya masih fokus pada layar ponsel. Lagi-lagi Melati menurut, setelah tandas segelas dan bersendawa, ia lalu berbaring dan memeluk guling, namun matanya menolak terpejam.
"Bercerita lah" pintanya. Dia memang susah tidur di tempat baru.
"Tentang?"
"Apa saja" timpal Melati
"Emm.., kalau aku cerita tentang cinta pertamaku kau nanti makin tidak bisa tidur.
"Biar aku dengar dulu" tantang Melati
"Baiklah" Ramzi menaruh ponselnya kemudian berbaring dengan nyaman sambil menatap langit-langit kamarnya. "Saat itu umurku 17 tahun dan baru saja selesai semester genap. Aku mengalami kecelakaan dan harus dirawat di Rumah sakit, disanalah aku bertemu dengannya ketika dia juga sedang mengunjungi Ayahnya. Aku menyukainya, dia baik, perhatian dan selalu menemaniku, namun.."
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
Fiksi UmumDiantara semua petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Wijaya, hanya Melati yang berani bertugas di Ruang Jenazah. Banyak yang enggan berteman dengannya karena menganggp ia juga menakutkan sama seperti ruangan yang ia bersihkan. Namun sebena...