Karla mendelik sinis pada Melati yang sedang berganti pakaian, sengaja rumor yang ia sebar di ucapkan dengan lantang agar gadis itu mendengarnya. Namun Melati terlihat sana sekali tidak perduli karena kasus Maura dan Helena sudah mengajarkannya banyak hal. Setelah urusannya beres dia segera keluar dan menuju area kerjanya.
Saat melintas di taman ia melihat Helena sedang duduk di atas kursi roda, berteduh di bawah pohon rindang di temani ibunya. Melati menghela nafas, dia merindukan celotehan gadis itu disaat seperti ini.
"Lena Dante bilang dia akan datang menemui mu, apa kau bersedia, menerimanya"
"Tidak ma, aku tidak mau melihatnya, beritahu dia jangan datang lagi!" ucap Helena dengan suara bergetar, ada kepedihan di hatinya setiap mengingat sosok pemuda itu, karena dialah Maura berubah, andaikan saja sahabatnya itu dulu mau jujur, dia akan melepas perasaannya pada Dante karena ia lebih menyayangi Maura.
"Tapi nak.."
"Ma, aku lelah, tolong bawa aku kembali ke kamar"
Helena melihat seorang perempuan yang sedang menatapnya dari jauh, denyut jantungnya perlahan meningkat, gadis itu seperti tidak asing baginya, tapi ia sama sekali tidak mengenalnya. Helena baru memalingkan pandangannya ketika sosok itu tidak lagi berdiri di tempatnya.
🌸
'Aku tidak pulang malam ini dan mungkin beberapa hari ke depan, kunci pintu dengan benar!'
Begitulah bunyi pesan yang dikirimkan Ramzi tepat jam lima sore ketika Melati baru saja selesai membersihkan lemari pendingin. Seketika ucapan Karla tadi siang kembali terngiang. Melati berusaha menepis, tetapi tetap ada rasa tidak nyaman di hatinya. Dia tidak membalas pesan itu dan memilih melanjutkan pekerjaannya yang lain.
Sepulang dari bekerja, Ramzi langsung mendatangi Toko perhiasan yang direkomendasikan Raya. Setelah melihat-lihat beberapa model, ia akhirnya memutuskan membeli sepasang cincin emas putih berhiaskan masing-masing satu berlian yang tidak terlalu besar, selain itu Ramzi juga membeli sebuah kalung polos tanpa liontin.
"Tolong ukir di masing-masing cincin inisial R, buat seindah mungkin, saya akan mengambilnya besok" ucapnya pada pegawai Toko.
Setelah urusannya selesai, dia kembali bergegas untuk pulang ke rumahnya karena Rita kembali merengek dan memaksanya menginap beberapa hari, mau tidak mau ia harus menurutinya.
Setibanya di rumah, Ramzi kembali melihat kehadiran Raya di tengah-tengah keluarganya dan seperti semalam, lagi-lagi sedang bercengkrama dengan Sang Nyonya rumah.
"Aku hampir mengira ini bukan rumahku, seharusnya kau pindah saja kesini dan jadi anak mamaku" sindir Ramzi dengan nada bercanda, ia lalu duduk di sebelah Rita dan merangkulnya.
"Kau ingin aku tinggal di sini?" Raya rupanya menanggapi lain gurauan Ramzi, apalagi setelah mendapat laporan dari pegawai Toko perhiasan tentang inisial yang minta di ukir pria itu di cincin yang dibelinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
General FictionDiantara semua petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Wijaya, hanya Melati yang berani bertugas di Ruang Jenazah. Banyak yang enggan berteman dengannya karena menganggp ia juga menakutkan sama seperti ruangan yang ia bersihkan. Namun sebena...