"Aku tidak mau berharap lebih, tapi perasaan ini selalu merasa bahwa aku penting di hidupmu."
-Nadara Damayanti-
.
.
.••Happy Reading••
.
.
.Entah kapan semuanya bermula, Dara juga tidak menyadarinya. Semua berlalu begitu saja, seperti air yang mengalir tenang.
Sudah setahun berlalu dan perasaan itu masih sama. Entah harus bagaimana lagi dara berupaya menghapus perasaan yang seharusnya tidak boleh ada. Ya, inilah yang dara takutkan, ia takut jatuh cinta dan pada akhirnya harus merasakan sakit.
Cinta bertepuk sebelah tangan? Mungkin bisa dikatakan begitu. Kisah ini bermula dari kelas sepuluh di semester awal. Dara tidak pernah berpikir untuk memiliki perasaan istimewa pada salah satu teman lelakinya saat itu. Namun, hakikatnya perasaan itu tidak pernah bisa dipastikan kapan hadirnya. Tahu-tahu dara menyadari bahwa ia telah jatuh.
"Hey! Melamun aja lo." Tegur viola–salah satu dari dua sahabatnya.
Ternyata dirinya sedang merenung. Ah, semoga saja viola tidak berbicara terlalu panjang kali ini, karena kalau boleh jujur, hari ini dara sedang butuh ketenangan.
Viola menatap dara dengan serius, begitu tidak mendapatkan balasan dari sahabatnya. Apa ada masalah? Batinnya bertanya-tanya.
"Dar!" ucap Viola sambil mengguncang badan dara.
"Apaan sih vi, pusing," keluh dara, menghentikan perbuatan Viola pada tubuhnya.
"Ipiin sih vi, pising..." ledek viola tidak senang.
"Gue enggak kenapa-kenapa kok. Lo, tuh suka banget berpikiran negatif sama gue," Dara menggerutu sebal.
"Ini masih pagi Nadara! Lo malah ngelamun kayak lagi di kejar rentenir aja."
"Mana ada! Udah ah, gue belum siap tugas fisika. Pinjam dulu buku lo, gue mau nyalin." balas dara untuk mengalihkan pembicaraan.
"Ck, Alasan aja lo. Nih! Salin yang cepet." Meskipun dongkol, Viola tetap menyerahkan bukunya untuk disalin. Keduanya memang kerap bertengkar, entah itu untuk hal-hal sederhana seperti tadi, apa lagi hal-hal besar yang menguras tenaga. Meski demikian, keduanya tidak akan bertengkar lama dan saling meminta maaf setelahnya. Mungkin itulah yang membuat persahabatan mereka semakin erat. Beruntungnya lagi, Tuhan menghadirkan amanda di tengah-tengah mereka, sebagai satu-satunya pihak netral dan juga sering merangkap jadi penasihat hukum keduanya. Intinya adalah ketiganya seolah saling melengkapi.
Dara bersyukur mereka hadir dalam hidupnya, sebab dengan kehadiran amanda dan Viola, dara merasa dunia yang besar ini, bisa ia jalani asal bersama sahabatnya. Persepsi seorang dara mungkin tidak sepenuhnya benar, namun terkadang untuk sosok introvert sepertinya adakalanya butuh orang lain untuk menguatkan kakinya, agar selalu tegar dan percaya diri dihadapan banyak orang.
"Amanda belum datang?" tanya dara begitu menyadari atmosfer tidak enak yang terjadi. Mungkin karena si penasihat hukum keduanya belum tiba.
"Tuh, baru datang." balas Viola sambil mejunjuk sosok yang baru datang di pintu kelas.
"Pagi guys!" Sapaan hangat ala amanda mengudara seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genggam yang Terlepas (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction•CERITA INI MURNI HASIL IMAJINASI PENULIS• Perihal jatuh cinta, adalah waktu dimana semua hal menjadi indah. Saat dimana kita tak akan mendapati sisi buruk daripadanya. Tapi ternyata, jatuh cintapun akan jadi sangat menyakitkan. Karena ternyata...