Chapter_22

50 11 2
                                    

"Cantik itu relatif. Siapapun bisa jadi cantik. Tapi cantik itu hanya sementara, ketika tua wajah rupawan akan menua, yang tinggal hanya perangai nya saja. Maka, sudah selayaknya mempercantik akhlak diatas wajah."

-Genggam yang Terlepas-

Happy Reading

•••

F

arraz mengepalkan tangannya di bawah meja. Di hadapannya ada Aldo yang sedang berusaha mengeluarkan kotoran dari lobang hidungnya.

Tadi, keduanya baru saja bercerita. Lebih tepatnya Aldo yang memulai semua obrolan itu. Lelaki dengan laras manis dan kulit ke coklatan itu memang sering memulai obrolan ketika bersama dengan Farraz. Bukannya apa, manusia seperti Farraz itu tidak akan memulai pembicaraan jika tidak dipancing dahulu. Meski terkadang Aldo merasa kesal, tapi tetap saja lelaki itu menyayangi Farraz yang sudah dianggapnya seperti saudara kandung.

"Jadi, lo udah tahu dari lama?" ucap Farraz setelah menetralkan amarahnya.

Aldo mengangguk. "Iya."

Netra berwarna coklat muda milik Farraz menatap tajam Aldo di hadapannya.

Seketika Aldo menghentikan kegiatan nya. Kemudian me-lap telunjuj bekas upil nya tadi ke celana jins miliknya.

"Kalau gue bilang dari dulu, lo pasti nggak percaya lah." ucap Aldo membela diri.

Farraz dengan alis yang dinaikkan sebelah. Menatap Aldo meminta penjelasan lebih.

Aldo yang paham pun segera menjelaskan.

"Maksud gue gini, dulu tuh lo kayak surat dan perangko sama si Lisa kan." ucap Aldo, kedua telapak tangannya disatukan di hadapan Farraz.

Kepala Farraz mengangguk menanggapi.

"Jadi, gue pikir lo nggk akan pernah mau dengar cerita gue. Pasti sat itu lo juga mikir kalau gue cuman ngada-ngadain cerita karena nggak suka sama Lisa."

Ya, dulunya Aldo memang terlihat tidak terlalu menyukai Lisa. Entah karena apa. Lelaki itu pun kerap menghindar begitu dulu Lisa menghampiri mereka karena ingin menemui Farraz.

"Gue punya alasan kenapa dulu gue dekatin Lisa." tanggap Farraz. Kepalanya menunduk.

Alis kanannya terangkat. Aldo menatap penuh atensi kepada Faraz yang sedang bercerita.

"Maksud nya?" tanya Aldo meminta penjelasan.

"Gue pengen lihat Dara cemburu waktu itu. Gue nggak tahu, apakah Dara suka atau enggak sama gue. Makanya ketika Lisa mendekat gue terima-terima aja."

Penjelasan Farraz membuat Aldo tidak habis pikir. Lelaki itu mengacak rambut ikalnya hingga semakin berantakan.

"Lo yang benar aja?!"

Lagi, kepalanya mengangguk. Farraz benar-benar melakukan hal itu memang. Makanya Farraz merasa untuk bertemu Dara saat itu sangat berat baginya.

"Wah Raz, lo emnag gila sih." Kepalanya menggeleng pelan. Aldo menepuk pelan bahu milik Farraz.

Sementara itu Farraz turut mengangguk, semua yang Aldo katakan memang benar. Tidak ada niatan untuk nya membela diri.

"Tapi tingkah Lo yang kayak gitu, malah buat Dara ilfil sama lo. Emang lo nggak mikir sampai ke situ ya, dulu?"

Menggeleng lagi, Farraz menatap seoatunya cukup lama.

"Waktu lo ngasih tahu gue, kalau Dara kayak nya suka sama gue, karena terus curi-curi pandang, gue masih belum sadar. Tapi setelah itu, gue tahu Dara menjauh. Dia sibuk dengan ekstrakurikuler nya dan kita udah jarang chat-tan. Sejak itu juga, gue jadiin Lisa pelarian. Gue mau Dara cemburu, dan akhirnya balik ke gue...." Farraz menghentikan ucapannya.

Genggam yang Terlepas (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang