Chapter_21

18 11 2
                                    

"Manusia itu sifatnya pelupa. Jika ada satu kesalahan, maka seribu kebaikan akan sirna. Tapi, semoga kita tidak demikian."

Happy Reading

•••

Tok! Tok! Tok!

Bunyi yang dihasilkan dari pintu yang di ketuk dari luar membangunkannya dengan paksa. Nyawanya yang masih belum terkumpul sempurna, ia paksa bangkit untuk membukakan pintu kamar, sebelum tidur ia memang mengunci pintu kamarnya, lantaran tidak ingin di ganggu.

"Dara! Lo budeg ya?" Kali ini bukan hanya suara ketukan yang terdengar. Suara besar milik Azzam pun ikut terdengar.

"Ck, tunggu bentar!" Dara berdecak. Gadis itu segera mendekati pintu dan menampilkan wajah kesalnya.

"Apaansih, Bang? Kan bisa bangunin orang tuh, lebih santai." ucapnya memperingati Azzam yang terlalu sering khilaf.

Azzam memutar bola matanya. "Noh, di bawah ada teman-teman lo." Lelaki itu mengendikkan wajah nya ke arah lantai satu, tepatnya di ruang tamu.

Mata sipit Dara tiba-tiba membesar. Belek yang belum sempat ia lap pun turut memunculkan diri. Membuat Azzam bergidim jijik melihatnya.

"Mana?!"

"Di ruang tamu, elah. Basuh dulu mukak lo. Ada belekan itu. Cewek kok jorok." Setelah mengucapkan kata-kata itu, Azzam segera pergi dari hadapan Dara. Lelaki itu masuk ke dalam kamarnya. Rasanya sudah tidak tahan melihat sesuatu berwarna kuning pucat di sudut mata adiknya.

"Ck, sok iye banget tuh orang," dumel Dara. Meskipun tetap saja gadis itu masuk ke dalam kamarnya untuk membasuh wajah dan menukar pakaiannya. Tidak lupa mengenakan hijab instan miliknya lalu turun menghampiri tamu yang tidak dia sangka-sangka.

"Akhirnya bangun juga," ucap Sandra pertama kali, begitu Dara mendekati mereka.

Dara menyatukan kedua alisnya melihat kedatangan sahabat-sahabat nya yang tidak membuat janji lebih dulu.

"Ada apa?"

"Astaghfirullah adek! Kok gitu sih, sama teman nya?" Jelas saja Sandra akan marah. Dara ini memang anaknya tidak bisa basa basi sedikit. Terlalu jujur, kadang juga tidak baik kan? Tapi begitulah adanya seorang Nadara Damayanti.

Gadis itu hanya menyengir kuda. "Hehe, maaf Ma."

Dara mengambil duduk di sofa panjang yang sudah diisi oleh Amanda dan Viola sebelum nya.

"Yasudah, Tante tinggal dulu ya, kalian ngobrol-ngobrol dulu. Tante ke belakang sebentar."

"Oke Tan." Amanda dan Viola menjawab serentak.

"Oke Ma." gumam Dara.

🌻

Dara mengajak Amanda dan Viola untuk pindah ke kemarnya.

Ketiga nya memasuki kamar Dara yang berukuran empat kali empat meter. Dara membawa nampan berukuran sedang, di atasnya ada beberapa toples cemilan.

Viola pun demikian, gadis itu membawa nampan yang lebih kecil berisi tiga gelas minuman berwarna kuning yang mereka ambil dari dapur.

Genggam yang Terlepas (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang