Chapter_8

85 42 12
                                    

Assalamu'alaikum, hay guys makasih sudah mampir ya. Aku tunggu feedback dari kalian dengan vote dan komentar disini.

Happy Reading

•••

Farraz sedang dibuat bingung dengan Alisha. Gadis kecil itu sangat lincah sekali mirip seperti belut. Padahal tadi sudah Farraz ingatkan untuk tidak ke mana-mana. Biasanya juga gadis kecil itu akan menurut. Sekarang, malah menghilang begitu saja.

Farraz memang sedang keluar dari villa. Lelaki itu berniat untuk jalan-jalan dengan menaiki sepeda. Namun tidak jadi, sebab Alisha bersikeras untuk ikut dengannya.

Setelah hampir lima belas menit, Farraz kesana kemari menanyakan sang adik kepada orang-orang yang ditemuinya. Laki-laki itu menyerah.
S

aat tidak juga melihat keberadaan Alisha di mana pun.

Lelaki itu duduk di bangku panjang yang ada. Mencoba menghubungi sang mama untuk memberi tahu bahwa adiknya menghilang. Namun hingga sering terakhir, Risa-sang mama belum juga mengangkat telepon. Kemudian mencoba menghubungi Daren–Papanya, hal yang sama pun terjadi.

"Hah!" Farraz menghela nafas. Hatinya sedikit gusar, tidak biasanya Alisha pergi tanpa mengatakan apapun padanya.

Tidak mau terus diam, Farraz berinisiatif untuk mencari sang adik, bermodalkan foto dari galeri ponsel dan menanyai siapapun yang ditemuinya. Nihil, yang ia dapati hanya gelengan kepala dari mereka.

🌻

Sementara di tempat lain yang tidak begitu jauh dari tempat Farraz berada. Nampak gadis kecil tengah mengikuti seseorang wanita tua, Kira-kira umurnya enam puluh lima tahun. Gadis kecil itu memegang ujung khimar besar yang wanita tua itu kenakan. Sepertinya, nenek itu pun belum menyadari kejadiran gadis kecil di belakang nya.

"Nenek!" Teriakan yang mengarah pada wanita tua tadi. Alisha yang berjalan di belakang terperanjat kaget. Matanya menutup spontan, lalu gadis kecil itu terisak.

Seseorang dengan gamis syar'i nya mendekati sang nenek. Gadis itu memperhatikan gadis kecil yang masih memegang ujung khimar sang nenek. "Loh? Nenek sama siapa?" tanya gadis itu.

Tita–sang nenek pun merasa heran, bukankah sedari tadi dia memang sendiri? Lalu, siapa yang cucunya maksud?

"Kamu ngomong apa atuh cah ayu? Nenek sendirian saja kok." balas nenek menjelaskan.

Dara–berjalan di belakang sang nenek, lalu menarik lembut tangan gadis kecil itu dan memperlihatkan di hadapan sang nenek. Matanya memberi kode dengan lirikan, seolah mengatakan, "ini loh nek, maksud aku."

Alisha masih terisak, jujur gadis itu memang sedikit takut. Sebab tadi, dia terpisah dari Farraz–abangnya karna kecerobohannya sendiri. Namun begitu melihat Nenek Tita dengan gamis dan khimar besarnya, gadis itu meyakinkan dirinya bahwa wanita tua itu adalah orang baik. Bagi Alisha, siapapun yang mengenakan pakaian Muslim/ah, rajin salat, maka itu adalah orang-orang baik baginya. Jadi, tidak salah kenapa gadis itu tidak mau kehilangan jejak Nenek Tita dan memegang ujung khimarnya agar tidak kehilangan jejak.

"Anak saha ieu teh?" tanya Nenek Tita dalam bahasa Sunda.

Dara menggeleng samar, ia pun tidak tahu ini anak siapa. Dara mencoba memanjangkan lehernya, siapa tahu di sekitar mereka ada gelagat orang-orang yang sedang mencari anak, atau adiknya yang hilang. Nihil, Dara tidak melihatnya.

Genggam yang Terlepas (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang