Chapter_09

64 38 1
                                    

"Kondisi kita saat ini, seperti makanan kelebihan garam. ASING"

FARRAZ

•••

"Dara?"

"Farraz?!" Ucap keduanya berbarengan.

Alisha menatap sepasang remaja itu dengan mata berkedip lucu. Sementara Nenek Tita tersenyum maklum.

"Jadi, kalian sudah saling kenal?" tanya Nenek Tita, menunjuk sepasang remaja itu dengan jarinya.

Farraz menggaruk tengkuknya. "Emm, kebetulan teman satu sekolah Nek." balas Farraz kalem.

Dara menghela nafas. Entah apa yang akan terjadi setelah hari ini. Semoga saja, Neneknya tidak menanyai berbagai hal setelah ini. Jujur, Dara merasa pertemuan ini sungguh tiba-tiba.

Nenek Tita hanya melirik cucunya yang terdiam. Wanita tua itu, tersenyum tertahan. "Bener cah ayu?" tanya Nenek Tita kepada Dara.

"Iya," cicitnya, membalas pertanyaan sang Nenek.

Suasana ramai pengunjung terasa sunyi dalam waktu beberapa detik saja. Akibat pertemuan tidak terduga antara Farraz dan Dara yang tidak disengaja. Atau memang semesta pun turut membantu Farraz setelah dengan tulus meminta untuk diberikan ruang berbicara dengan Dara. Farraz tidak menyangka, bahwa perjalanan ke kota Bandung akan menjadi cerita indah yang tidak akan terlupakan.

Sementara itu, Dara merasa tidak akan bisa lagi berdalih, sekedar mencari alasan untuk menghindar pun akan sulit rasanya. Sebab, sang Nenek tampak sudah menyenangi lelaki di depannya. Entah apa yang lelaki itu lakukan sebelumnya.

"Nenek, Alicha mau pipis," kata Alisha menoel-noel jari Nenek Tita.

Wanita tua itu lantas tersenyum. Kemudian berpamitan kepada cucunya dan Farraz, untuk membawa si kecil Alisha ke toilet terdekat.

"Cah ayu, nenek antarkan Alisha ke toilet dulu ya," kata Nenek bersiap membawa Alisha.

Dara segera menahan tangan Neneknya. "Em, Nek, biar Dara aja," ujar gadis itu.

Farraz hanya diam mengamati. "Udah, kamu di sini saja sama Abang nya Alisha." kata Nenek berusaha meyakinkan cucunya. "Nenek titip Dara dulu ya, nak." ucap nenek sebelum pergi dan membawa Alisha ke toilet.

"Iya Nek," balas Farraz tetap sopan, dengan senyum tipis yang ikut ia perlihatkan.

Setelahnya keduanya diam. Dara sibuk memilih jarinya dan menatap kedua sepatu. Seperti nya hal apapun nampak menarik dimatanya selain seseorang yang kini berdiri menjulang di hadapan nya.

🌻

Di sini lah keduanya berada. Di salah satu stand penjual yanga ada di sekitar tempat tadi. Kelamaan berdiri membuat kaki keduanya pegal hingga memilih untuk mencari tempat  duduk. Dan berakhirlah keduanya di sini, atas saran dari Farraz. Katanya sebagai ucapan terima kasih karena sudah membantu menjaga adiknya. Sekaligus ingin berbicara berdua dengan Dara.

Sementara Nenek dan Alisha, tadi sempat mengabari Dara bahwa Alisha sedang ingin menaiki wahana anak-anak. Untung saja, Nenek Tita masih sangat sehat di usia yang tidak lagi muda. Jadi, Dara tidak perlu khawatir nenek nya akan kesulitan bersama gadis kecil itu.

Satu gelas es cappucino, dan vanilla latte sudah terhidang diatas meja, di hadapan keduanya. Dara masih bungkam, sementara Farraz sedang memikirkan kata-kata pembuka untuk memulai obrolan.

Genggam yang Terlepas (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang