Chapter_06

92 42 2
                                    

Hay guys selamat datang. Jangan bosan-bosan mampir ke cerita ku ya. Semoga suka.

Happy Reading

•••

"Is pilih kasih banget, tadi juga gue pesanin batagor gak ada tuh dibilangin cinta," sahut Viola mencibir. Tangannya dilipat diatas meja, lalu membenamkan wajahnya di sana.

Dara dan Amanda saling mengedipkan mata untuk menggoda Viola. Lalu keduanya pun tertawa. Meski kesal, ujung-ujungnya Viola pun ikut tertawa.

Tapi seketika suasana bahagia itu, langsung redup perlahan, begitu dua orang memasuki kantin.

Dara tetap tenang menikmati makanan nya. Berbeda dengan Viola yang sudah mengeluarkan laser dari matanya. Amanda terdiam, dengan mata yang tidak tenang. Merasa sedikit tenang saat melirik Dara yang tetap menikmati makanannya, tapi masalahnya adalah Viola. Amanda jelas tahu sahabatnya yang satu itu sering berbuat sesuatu diluar nalar.

Brug!

Bunyi yang dihasilkan dari gebrakan meja, dan tersangkanya adalah Viola. Sampai-sampai Dara yang berusaha menikmati makanannya terkejut bukan main. Bakso malang yang baru masuk ke dalam mulut, menyembur keluar dan menggelinding di lantai.

Beberapa siswa-siswi yang berada di sekitar mereka menatap ketiga nya dengan bingung. Meski setelahnya mereka tetap lanjut menikmati makanan dan minuman mereka. Atau beberapa yang tadinya asik bercerita pun kembali melanjutkan ceritanya.

"Wah benar-benar ya, tuh cowok. Gak ada etika banget, jadi makhluk." sembur Viola berapi-api.

"Vi, lo kenapa deh?" tanya Dara tidak mengerti.

Viola yang di tanya seperti itu semakin emosi. Padahal baru saja amarahnya reda karena Amanda, sekarang malah dipancing lagi oleh Dara.

"Kenapa lo bilang?" tanya Viola sambil bertolak pinggang.

Dara bergidik ngeri. Bukannya apa-apa, tapi tatapan Viola saat ini benar-benar menyeramkan. "Jelasin baik-baik Viola cantik. Dara takut loh," ungkap Dara dengn sedikit drama dan wajah yang dibuat se polos mungkin. Ini adalah cara ampuh, biasanya Viola akan luluh.

Amanda memberi sedikit kode dengan lirikan matanya untuk Dara, biar gadis itu peka. Setelah mengikuti arah yang Amanda tunjuk, seketika itu juga Dara mengerti. Kepalanya seketika mengangguk. Lalu ia tercengir, yang malah kelihatan lebih menyebalkan dimata Viola dan mungkin Amanda?

"Lo bego sih," cibir Viola akhirnya, sebelum gadis itu mendudukkan dirinya dengan paksa ke kursinya tadi. Amanda yang memang duduk bersebelahan dengannya langsung mengikut. "Vi, udah dong. Kalau Dara biasa aja, berarti dia gak apa-apa." jelas Amanda, untuk meredakan amarah yang masih terlihat dari wahah Viola.

Dara yang berada di seberang meja Viola langsung beralih berdiri di samping gadis itu. "Vi, gue tahu maksud lo baik karena peduuuuliii banget sama gue. Tapi Vi, gue gak apa-apa." Dara berujar cukup meyakinkan. Viola pun menatap wajahnya lamat-lamat. "Biarin aja Vi, dia berhak suka sama siapapun yang dia mau. Kita makan lagi yuk?" lanjutnya lagi.

"Iya Viola, lagian Dara sama tuh cowok juga belum ada hubungan, kan? Tahu sendiri diantara kita gak boleh ada yang sampai pacaran. Harusnya kita bangga dan dukung Dara dong, dia tuh sudah berusaha melawan perasaannya untuk janji persahabatan kita." Amanda ikut menimpali percakapan itu.

Seketika suasana tenang. Dara kembali ke tempatnya dan memakan baksonya, karena memang gadis itu sudah sangat lapar sejak tadi. Amanda pun demikian dan Viola memicingkan matanya menatap kedua orang yang sedang menikmati makanannya dengan khidmat di seberang meja mereka. "Gue sumpahi lu keselek." batinnya mengutuk.

Genggam yang Terlepas (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang