Chapter_16

39 22 0
                                    

Sesuai dengan rencana yang sudah di susunnya kemarin. Di sinilah Lisa dan Dara berada, di salah satu cafe yang sedang hits di kalangan anak muda. Keduanya duduk di meja nomor tujuh.

Sementara Dira bersama Viola dan Amanda tanpa sepengetahuan Dara tentu saja, berada di meja nomor dua puluh. Ketiga nya tetap bisa memantau keberadaan dua sahabat mereka.

Baik Dara maupun Lisa hanya terdiam selama waktu lima menit sejak keduanya duduk.

"Ini pesanan nya kak, silahkan di nikmati." ucap waiters yng datang membawa pesanan keduanya sambil tersenyum.

Dara dan Lisa membalas bersamaan. "Terima kasih kak,"

"Sama-sama. Saya permisi dulu," balas nya sekaligus pamit.

Sepeninggal waiters tadi, keduanya kembali hening. Lisa sedang di landa cemas, takut saja bila tiba-tiba Dara tidak senang dengan pembahasan yang akan mereka bicarakan.

Dara mulai merasa tidak nyaman. Kemudian dengan inisiatif sendiri, Dara mulai menyentuh minuman nya. "Lo nggak minum?" tanya Dara, saat sedotan sudah menempel di bibir nya.

Lisa tersenyum garing. "Iya, ini mau minum, kok." ujarnya lalu mulai menyeruput minuman nya dengan sedotan.

"Dar, maaf ya sebelum nya. Mungkin gue terlalu sok dekat sama lo. Padahal aslinya kita sudah nggak sedekat dulu lagi," Lisa berucap lirih. Tatapan nya menatap lurus tepat di kedua mata Dara.

Sementara itu, Dara sebisa mungkin mempertahankan mimik wajahnya agar tetap stabil. Sudah setahun lamanya, dan memang harus ada satu waktu dimana mereka harus berani keluar dari zona nyaman nya masing-masing. Salah satunya adalah mencoba untuk saling memaafkan.

Seperti yang kita semua tahu, atau siapapun yang pernah merasakan sakit hati, rasanya tidak mudah untuk berdamai dengan keadaan. Namun sebisa mungkin Dara harus melupakan rasa sakit hatinya. Toh, meskipun belum sepenuhnya lupa, Dara tetap merasa berdebar setiap kali bertemu dengan sosok lelaki yang menjadi bumerang untuk pertemanan antara dirinya dan Lisa.

Harapan nya tentu saja, semoga permasalahan ini akan segera berakhir.

Dara menganggukkan kepalanya nya. Kedua garis bibirnya melengkung, menampilkan senyuman manis yang biasa diumbarnya setiap kali berpapasan dengn orang-orang yang ia kenal.

"It's oke Lis, padahal gue sebenarnya enggak akan mau datang ke sini kalau tahu pembahasannya masih tentang kejadian setahun lalu--" Dara menggantung ucapannya.

Menarik nafas terlebih dahulu, kemudian mulutnya kembali terbuka, "tapi gue rasa, nggak ada salah nya juga kalau kita mulai memperbaiki hal-hal buruk dimasa lalu. Gue juga capek harus terus berpura-pura jadi orang jahat. Harus terus pura-pura menganggap kita adalah orang yang tidak pernah saling kenal. Padahal, dulu kita juga kita pernah satu kelas kan, saat SMP?" jelas Dara cukup panjang. Lalu tersenyum diakhir katanya.

Lisa diam saja mendengarkan untaian kata yang keluar dari bibir Dara. Meski harus jujur, rasanya sungguh mendebarkan. Berulang kali, ia tarik nafas pelan, untuk mengusir segala firasat buruk yang mampir dalam benaknya.

Penjelasan Dara barusan, benar-benar menghantam Lisa. Padahal Dara berbicara dengan nada halus dan tidak sekalipun mencoba memojokkan dirinya. Lisa jadi semakin merasa bersalah.

"Gue benar-benar minta maaf Dar. Enggak seharusnya kita berjarak karena seorang laki-laki. Gue jadi nyesal dan--" Lisa kesusahan menelan air ludahnya. "Gue menyesal." lanjutnya dengan kepala menunduk.

Dara mencoba menyentuh tangan Lisa yang berada diatas meja. Sehingga Lisa mengangkat pandangan nya. "Kalau gitu, ayo kita saling meminta maaf. Kita anggap nggak pernah ada sesuatu yang terjadi. Anggap saja, permasalahan setahun yang lalu itu, adalah kesalahan yang hanya terjadi di alam mimpi. Jadi, ketika kita bangun, enggak ada yang berubah. Gimana?" Senyuman Dara diakhir katanya, benar-benar membuat dadanya terasa ringan. Lisa pikir, akan ada cacian ataupun makian yang keluar dari bibir cewek di depannya. Namun yang terjadi justru hanya ada kehangatan. Tutur kata yang jelas tidak memojokkan nya sama sekali. Sekali lagi, Lisa merasa bahwa dialah yang jahat.

Genggam yang Terlepas (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang