Chapter_13

65 28 1
                                    

Happy Reading

•••

Suasana rumah di keluarga bapak Afran, atau lebih tepatnya rumah orangtua Dara, pada sore hari ini diisi lengkap oleh pemiliknya. Afran dan istri yang sering berada di tempat kerjanya dan terbiasa pulang saat maghrib pun terlihat tengah menikmati waktu santainya di ruang keluarga. Afran dan Azzam–Kakak lelaki Dara tengah menonton acara bola.

Keduanya sama-sama heboh ketika klub bola dukungan mereka hampir saja mencetak gol. "Aish, dikit lagi banget tuh, Pa." ucap Azzam. Lelaki itu menggaruk kepalanya gregetan.

Lalu Afran, Bapak dia anak itu memukul-mukul sofa yang di dudukinya. Keduanya sama-sama heboh.

Sandra–Mama Dara keluar dari dapur, mendekati ruang keluarga dengan membawa serta nampan yang berisi cemilan yang baru saja dibuatnya bersama Dara, di dapur.

"Aduh, kalian ini berisik banget. Kasian tetangga kita loh," celetuknya, mengambil alih perhatian kedua lelaki berbeda generasi itu menoleh.

"Habisnya greget banget, Ma. Sedikit lagi gol." ujar Afran, menanggapi celetukan sang istri. Sementara Azzam, mengangguk membenarkan ucapan Papanya.

"Yasudah, ini ada cemilan. Dimakan gih, biar nontonnya makin seru." ucap Sandra.

"Makasih Ma." Azzam langsung memakan cemilan buatan sang mama, yang diikuti oleh Afran.

Tidak lama, Dara datang dengan nampak berisi empat gelas jus jeruk. Kemudian menghidangjan minuman berwarna kuning itu di atas meja.

"Aduh adek abang emang terbaik." ucap Azzam, begitu minuman di letakkan dihadapannya.

Dara hanya mampu membalas dengan memutarkan bola matanya. Selayaknya kakak-adik pada umumnya, keduanya memang sering terlibat perseteruan, meski tidak lama setelahnya mereka kembali akur.

"Abang jangan mulai deh," cibir Dara sedikit malas.

"Loh, abang kan muji loh. Sensi banget," ucap Azzam membalas cibiran adiknya.

Sandra yang tengah memijit lengan suaminya menggeleng tidak habis pikir, "kalian ini kayak anak kecil. Udah, jangan dilanjut lagi, Mama pusing dengarnya." ucap Sandra menengahi.

Afran memegang lengan istrinya, "Mama kayak nggak tahu mereka aja." katanya, melirik kedua anaknya yang berada di sofa seberang dengan lirikan mata.

Sore hari ini, rumah mereka terlihat lebih hidup. Meski Dara tidak tahu apa alasan orang tuanya berada di rumah di waktu yang masih cerah ini. Bukannya tidak bersyukur, Dara hanya merasa terbiasa sendiri.

Acara senda gurau itu berlanjut hingga maghrib menyapa. Lalu keluarga bahagia itu melaksanakan salat berjamaah setelah sekian lama tidak melakukannya lagi.

Dara harap, momen ini akan terus terulang.

🌻

Dara baru saja kembali ke kamar, usai  makan malam dan salat Isya berjamaah se-keluarga.

Gadis itu naik ke atas tempat tidur, membawa mukenah berwarna hijau dan al-quran kecil di tangannya. Memperhatikan benda itu lamat-lamat. Mencoba mencari identitas dari si pengirim yang sampai hari ini tidak dia ketahui.

"Kira-kira siapa ya? Gue nggak ngerasa punya pengagum kok." Dara bermonolog.

"Cantik sih, tapi ini orang nggak salah naroh barang kan ya?" tanya nya lagi.

"Ah udah lah. Toh kalaupun emang bukan untuk gue, pasti orangnya bakalan nanyain. Terus, tinggal gue balikin aja. Ah Dara emang pintar," lagi, Dara berbicara sendiri. Mungkin jika ada yang melihat mereka akan menganggap cewek itu gila. Karena memang begitu yang terlihat.

Genggam yang Terlepas (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang