Chapter_10

84 41 2
                                    

"Wanita, jagalah kecantikan untuk suami mu kelak. Sebab, kamu bukan  bunga di taman, yang siapapun boleh menyentuh sesukanya."

–Genggam yang Terlepas–

•••

Suara kicauan burung di pagi hari terdengar bagai nyanyian merdu yang siap mengiringi aktivitas manusia menjalani kegiatan rutinnya.

Waktu baru saja berdentang tepat pukul 06:00. Suasana sejuk yang masih asri di wilayah villa membuat siapa saja betah untuk bergelung di balik selimut tebal.

Sama hal nya dengan apa yang seorang lelaki berusia tujuh belas tahun itu lakukan. Saat sedang asik-asiknya menyelami tidurnya. Gedoran keras yang berasal dari pintu kamarnya terdengar nyaring.

Dug! Dug! Dug!

"Abang! Cepat buka pintunya! Atau aku panggilin pak polici buat dobak pintunya." Teriakan super keras dari gadis kecil dengan suara khas bocah berusia lima tahun terdengar, yang mana adalah adik kandungnya.

Dengan gerakan cepat, Farraz menyibak selimutnya dan turun dari ranjang. Matanya belum sempurna terbuka. Tetapi kerusuhan sang adik bila tidak di hentikan akan memperburuk keadaan. Alisha itu, meski masih kecil namun sangat berbahaya. Maksud nya, semua ucapan-ucapan absurd yang keluar dari mulutnya benar-benar akan ia laksanakan. Seperti memanggil polisi misalnya? Gadis itu bisa melakukannya. Makanya tidak salah rasanya kenapa Farraz memberi julukan 'bocah kematian' pada adiknya.

"Apa sih cil?" tanya Farraz begitu sudah berada dihadapan Alisha.

Gadis kecil yang hari ini rambutnya di kepang dua itu menatap Farraz dengan ekspresi marah, bukannya takut,  Farraz malah tertawa.

Tangannya terulur mengusap kepala sang adik. "Kamu tuh gak bisa marah." Ejek Farraz, jari telunjuk dan jempol nya digunakan untuk menjawil hidung mancung Alisha.

"Huwaaaaaaa!" Farraz kelabakan sendiri, Tiba-tiba adiknya meraung heboh. Ini kalau mamanya tahu Farraz bisa habis diomeli.

"Yaa Allah bang! Kamu apakan adikmu?" Belum juga reda keresahan di hatinya. Rita–mamanya sudah mendatangi keduanya.

Alisha langsung berlari memeluk pinggang Rita. Seketika itu juga tangisnya berhenti. Gadis kecil itu menolehkan kepalanya lalu menjulurkan lidahnya dengan mata yang ikut di julingkan.

Farraz mengacak rambutnya, "ma, dia tuh cuma akting." ujar Farraz berusaha membela diri. "Tuh! Tuh! Mukanya nyebelin banget, astaga," ucapnya tidak terima dengan tingkah sang adik.

Rita mengelus surai anak gadisnya. Wanita setengah baya itu terkekeh melihat kelakuan kedua anaknya. Meski jarak umur antara keduanya terhitung jauh, ternyata bukan alasan untuk mereka tidak berselisih. Ya, selayaknya adik kakak, memang tidak akan afdhol rasanya tanpa pertengkaran kecil didalamnya, meski ujung-ujungnya akan kembali berbaikan nanti.

"Adek enggak boleh gitu ya, sama abang?" ucap Rita menasihati Alisha.

"Ih mama! Tapi kan, abang nyebelin." Gadis kecil itu menyilangkan kedua tangannya di dada. Kemudian melemparkan tatapan sinis saat Farraz melihatnya.

"Ya Allah Alisha, kamu tuh udah kayak cewek aja deh," ujar Farrazenrasa jengah. Justru kembali mendapat tatapan sinis dari dari adiknya.

Genggam yang Terlepas (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang