04. Saudara Jauh

22 10 4
                                    

Prince baru saja selesai berselancar di pantai. Sore ini memang waktu bagus untuk melakukan hobinya bersama teman-teman bule.

Prince menyantap mie panasnya dengan nikmat. Makan mie setelah bermain air memang paling nikmat tiada dua.

Asik dengan mienya mata Prince tidak sengaja mendapati seseorang bertengkar. Ia tidak mendengar banyak tapi dari raut wajah dan tingkah lakunya sangat jelas.

Tengah fokus dengan keduanya tiba-tiba saja Prince di kagetkan dengan keberadaan Lyodra. Tanpa mengatakan apapun Lyodra duduk di samping Prince dan menyantap mienya dengan lahap.

Baru saja Prince mendengar bahasa negaranya dari dua orang yang tidak jauh darinya membuat perhatiannya kembali di ambil.

"Ada apa? Lo nggak nyaman gua disini?" Prince berhenti memakan mienya membuat Lyodra salah faham.

Prince hanya diam tidak menjawab. "Lo dengar gua nggak? Apa yang sedang lo lihat?" Mata Lyodra mengikuti arah mata Prince.

"Astaga, apa ini? Pembullyan di hadapan gua?" Lyodra meninggalkan mienya dengan kesal. Dia tidak suka dengan penindasan bagai mana mungkin dia akan membiarkan itu terjadi begitu saja di hadapannya.

Langkah Lyodra berhenti mendengar suara wanita di hadapannya. Nada yang sama. Perasaan yang mungkin sama.

Mendengarnya membuat Lyodra teringat pada sesuatu. Masa lalu yang sangat menyakitinya hingga saat ini.

Setelah memantapkan dirinya untuk menghampiri wanita itu Lyodra kembali berjalan mendekatinya.

"Kamu orang Indonesia?" Wanita itu menatap Lyodra dengan pipi yang sudah sangat basah. Melihat itu Lyodra tersenyum lembut berharap wanita itu akan merasa lebih baik.

Wanita itu berdiri dari duduknya. Menghapus air matanya. Mungkin merasa malu dengan dirinya yang berantakan.

"Apa yang pria itu lakukan padamu? Kau mengenalnya? Perlu ku laporkan dia?" Tanya Lyodra khawatir.

"Enggak, enggak perlu. Dia teman ku dan lagi aku tidak apa-apa."

"Teman? teman macam apa yang memperlakukan temannya seperti ini?" Perkataan Lyodra barusan membuat mata wanita itu kembali berkaca-kaca. Nyaris mengeluarkan air.

"Apa dia sering melakukan ini padamu?" Lyodra kembali bertanya melihat wanita itu hanya menundukkan kepalanya.

"Enggak. Dia orang yang baik kok, hanya saja dia terlalu kesal sampai tidak sadar dengan apa yang ia lakukan."

"Tetap saja, yang dia lakukan padamu itu tidak benarkan? Girls, jangan tutup mata dan terima saja. Dia bukan teman yang baik." Lyodra mengangkat dagu wanita itu dan menatap matanya.

"Baiklah kalau kamu enggak mau laporin dia. Sekarang bersihin dulu rambutmu kau terlihat begitu berantakan." Gadis malang itu memegang rambutnya. Merasa dirinya kini sangat menjijikkan.

"Mau aku bantu? Kita bisa pakai toilet supermarket di sana." Clarissa melihat supermarket tempatnya tadi beristirahat. "Ayo."

Prince melihat raut wajah Clarissa lebih dekat dan jelas saat ia melewatinya.

Malang dan menyedihkan. Itu yang pertama terlintas di pikirannya.

Setelah membatu membersihkan rambut Clarissa, Lyodra menghampiri Prince yang menunggu di luar.

"Kamu tinggal di mana? kenapa bawa koper?" Tanya Lyodra yang baru sadar kalau Clarissa bawa banyak barang.

"Tempat tinggal?" Gumam Clarissa. Baru saja ia mendapatkan penginapan yang murah, tapi uang Clarissa. Gadis malang itu mulai mengacak-acak tasnya dan sayangnya ia tidak menemukan uang sepeserpun. Dean mengambil semuanya dan tidak menyisakan apapun.

Masa Putih Abu-AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang