19. Di Mana Jaketnya?

10 4 1
                                    

Semua pelajaran telah berakhir, hari ini sekolah selesai cukup cepat. Hari pertama di semester baru tidak begitu sibuk. Guru-guru hanya membahas semua materi semester lalu dan membahas apa yang akan di pelajari di semester ini.

Siswa siswi berhamburan ke luar sekolah.

Cassandra ada kelas melukis hari ini, sedangkan Clarissa sudah harus berangkat kerja. Jika ia ke Cafe lebih cepat, ia bisa dapat bonus. Karena itu mereka tidak bisa pulang bersama.

Clarissa berdiri di tempat pemberhentian bus. Tadi Cassandra menyuruhnya di antar sopir, tapi Clarissa menolak. Ia tidak ingin menyusahkan Cassandra, dan dia juga bukan princess yang harus di antar dengan supir, berbeda dengan Cassandra.

Clarissa sudah biasa naik bus, ia juga tidak masalah jika harus melakukan itu seumur hidupnya, cukup menyenangkan untuk Clarissa.

Bip bip

Motor besar berhenti di hadapan Clarissa. Motor hitam yang tamak antik dan mewah. Motor itu tidak terlalu besar tapi cukup keren.

Pemilik motor itu membuka kaca helmnya memperlihatkan mata sendunya yang tajam. Clarissa mengerut bingung karena lelaki itu menatapnya, apa ia mengenalnya?

Mereka memakai seragam yang sama.

"Lo mau ikut? Sekalian gua mau ambil jaket yang lo ambil waktu itu." Itu suara Reano. Clarissa belum begitu mengenali suara lelaki itu tapi sudah pasti itu dia. Siapa lagi yang menagihnya jaket selain Reano.

"Enggak usah, gua balikin di sekolah aja besok." Ucap Clarissa meyakinkan, ia juga tidak tahu di mana jaketnya jadi Clarissa harus mencarinya dulu. Mungkin mencarinya butuh waktu lama karena ia baru saja pindah.

Reano mungkin akan menghajarnya jika tahu ia menghilangkan jaketnya. Memberikannya harapan palsu dengan menerima tawarannya.

"Lagian gua nggak mau balik ke rumah." Lanjutnya mengingat ia harus ke Cafe. Reano hanya mengangguk dan menatap Clarissa dengan tatapan yang sulit Clarissa artikan.

"Ya udah, gua duluan." Clarissa mengangguk mengiyakan. Lelaki itu menutup kaca helmnya kembali lalu menyalakan motornya.

Reano pergi meninggalkan Clarissa. Jujur ia hanya ingin basa-basi saja. Lelaki itu penasaran kenapa Prince tertarik padanya. Ia mendengar pembicaraan mereka di kantin tadi, lelaki itu juga mendengar dari siswa lain bagaimana kedekatan mereka di hari pertama.

Lelaki itu sangat penasaran dengan Clarissa, apa yang membuat seorang Prince begitu tertarik dengan wanita membosankan seperti gadis itu.

Clarissa menatap punggung Reano menyelidik. Apa dia begitu menyayangi jaketnya? Atau itu pemberian orang special? Kalau dia memang orang kaya kenapa harus seperti itu. Cassandra benar, kalau Reano memang sangat menginginkan jaket itu kenapa tidak beli yang baru saja, dia kan punya banyak uang.

Orang kaya memang aneh, tidak ada yang mengerti isi pikiran mereka.

***

Seperti biasanya Clarissa menutup cafe setelah membersihkan semuanya. Ia tidak ada kerjaan tambahan lagi jadi Clarissa segera pulang ke rumah Cassandra.

Baru pukul sepuluh malam, rumah itu sudah terpantau sepi. Clarissa segera naik ke lantai dua menuju kamar Cassandra.

Gadis itu sedang berbaring di kasur sambil memakai masker wajah, sepertinya Cassandra tidak belajar hari ini.

"Lo udah pulang?" Ucap Cassandra menyadari keberadaan Clarissa. Gadis itu tampak sangat lelah, terlihat dari wajahnya dan keringatnya.

"He'em." Jawab Clarissa sambil menaruh tas dan jaketnya di lantai.

"Itu makan malam buat lo. Ibu yang bawa, katanya biar lo nggak usah capek-capek naik turun lagi." Kini Cassandra mengubah posisinya jadi duduk, menunjukkan nampan berisi makanan di atas meja belajarnya.

"Ibu atau lo yang nyuruh?" Tanya Clarissa dengan tatapan menyelidik. Hesti memang sangat baik padanya tapi sahabatnya selalu mengatakan itu dari Hesti agar Clarissa tidak bisa menolaknya.

Jika ia menghormati orang tua ia harus menerimanya, kan.

"Istt ya udah kalau nggak percaya." Cassandra kembali menyandarkan tubuhnya di kasur. Gadis itu dengan senang memainkan ponselnya, membuka sosmed.

Semua baju-baju Clarissa ada di kopernya. Ia langsung membuka kopernya dan mencari jaket milik Reano. Semoga saja ia membawa jaket itu, jika tidak tamatlah riwayatnya.

"Lo ngapain sih?" Tanya Cassandra melihat Clarissa sibuk dengan kopernya. Gadis itu mengeluarkan semua baju-bajunya.

"Kalau nggak ada baju lagi, pake baju gua aja. Muat, kan?" Imbuhnya melihat Clarissa tetap sibuk membongkar kopernya. Ia selalu seperti itu, jika ada masalah selalu saja diam. Padahal dia punya teman yang bisa di andalkan seperti Cassandra.

"Nggak, bukan itu."

"Terus kenapa lo bongkar barang lo kayak gitu?"

"Gua nyari jaketnya Reano. Semoga aja masih ada." Cassandra sontak memutar matanya malas. Lagi-lagi jaket itu. Reano benar-benar menyusahkan Clarissa.

"Udah nggak usah di cari. Biar gua aja yang ngomong sama dia." Kata Cassandra yang terdengar serius di telinga Clarissa. Gadis itu mungkin kesal padanya.

Cassandra sudah menyuruhnya menjauh dari Reano, tapi jaket itu membuatnya tidak bisa melakukannya.

"Gua harus cari, itu tanggung jawab gua." Kata Clarissa tak kalah serius, tapi masih berusaha agar situasi ini tenang. Cassandra jadi sangat kesal padanya karena dua pria itu, terlebih pada Prince. Entah apa yang terjadi pada mereka.

"Ngapain sih, Reano itu tajir. Dia bakal beli sendiri kalau dia mau. Lagian gua nggak pernah liat dia sepeduli itu sama barangnya, gua yakin dia cuma mau jailin lo."

"Dia itu licik, gua tau dia." Ucap Cassandra penuh keyakinan. Rasa kesalnya pada lelaki itu tidak pernah salah.

Clarissa membuang nafasnya, berusaha tenang. Ia juga baru dua kali bertemu dengan Reano jadi ia tidak tahu seperti apa lelaki itu.

Namun, Clarissa rasa jaket itu tetap jadi tanggung jawabnya walau Reano seperti itu.

"Tapi bisa jadi itu jaket dari orang special, jadi dia peduli dan sayang sama jaketnya." Ucap Clarissa masih berusaha meyakinkan Cassandra.

"Dia itu nggak pernah perd-"

Ck!

Cassandra menghentikan perkataannya, mengingat hari buruk itu. Kenangan yang berusaha ia lupakan sejak dulu, namun tidak bisa. Mungkin orang itu pantas Cassandra kenang.

Sial, kenapa ia harus mengalami hari itu, menyebalkan sekali.

"Gua bakal beli yang baru, yang sama persis. Nggak usah di cari lagi." Kata Cassandra pasrah. Dengan cara ini mungkin Clarissa akan lebih tenang. Gadis itu terus-terusan mengatakan soal tanggung jawab jaket itu.

Padahal itu salah Reano yang memberikan jaketnya ke sembarang orang. Jika memang jaket itu berarti harusnya ia menjaganya dengan baik, tidak seperti ini.

Clarissa terdiam menatap barang-barangnya yang sudah kembali rapi. Ia sudah mengeceknya dua kali tapi jaket itu tidak ada di dalam kopernya.

Harus bagaimana lagi? Clarissa tidak mungkin menerima perkataan Cassandra begitu saja. Wanita itu selalu seenaknya mengatakan itu. Uangnya mungkin sangat banyak tapi, Clarissa tidak ingin gadis itu menghamburkannya dengan terus-terusan membantunya.

Clarissa tidak ingin terus-terusan hidup enak dengan barang gratis yang di berikan Cassandra.

Haruskan dia kembali ke rumah itu dan mencari jaketnya?

Masa Putih Abu-AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang