17. Bertemu Kembali

8 4 1
                                    

  "Kita tidak tahu kebetulan yang mana yang membuat takdir kita terhubung."

    - Clarissa Patricia

*

*

*

Wanita itu mengerutkan jidatnya bingung dengan apa yang baru saja ia lihat. Ia terkejut melihat keduanya begitu dekat. Cassandra menghampiri keduanya yang tamak sangat dekat.

"Ya, itu lo, kan?" Pertanyaan itu berhasil membuat Clarissa panik. Dia juga tidak tahu kenapa dia takut padahal tidak melakukan kesalahan.

"Lo apa-apaan sih? Mau sok jagoan?" Cassandra datang mendorong tubuh lelaki itu menjauh dari Clarissa. Yang tadinya terpojokkan kini bernafas lega.

"Minggir, nggak usah ikut campur." Lelaki itu memasukkan kedua tangannya di dalam saku. Menatap Cassandra dari bawah sampai atas dengan tatapan menyepelekan.

Ini pertama kalinya wanita itu bicara dengannya setelah lama. Setelah kejadian waktu itu mereka tidak lagi saling sapa. Keduanya membenci masa SMP itu, kenapa mereka sedekat itu dulu, menyebalkan.

"Dia teman gua, gimana bisa gua nggak ikut campur." Cassandra mengepalkan kedua tangannya kesal. Dia sangat kesal sekarang.

Reano Anderson, lelaki itu adalah Reano teman yang cukup dekat dengannya sewaktu masih SMP. Saat itu Cassandra berpikir ia sangat beruntung karena memiliki teman-teman yang baik dan pacar yang baik.

Namun, ternyata ia salah.

Gadis itu hanya mendapatkan hubungan palsu. Kebahagiaan palsu. Rasa sayang yang palsu. Ia sangat membenci mantan pacarnya, ia juga tidak suka Reano yang menyembunyikan kenyataan itu darinya.

"Santai, gua cuma mau minta jaket gua yang dia bawa waktu itu, lo ingat kan?" Reano kini menatap Clarissa menyelidik, apa gadis itu akan diam seperti tadi dan pura-pura tidak mengenalnya.

Cassandra menatap Clarissa bingung. Meminta penjelasan dengan apa yang Reano katakan. Jaket apa? Kenapa Clarissa tidak pernah cerita soal itu.

"Jaket yang waktu itu aku bawa, saat masih kerja di supermarket." Clarissa menjelaskan. Kini Cassandra mengingatnya.

Hari yang sama di mana Clarissa menerima jaket darinya. Oh astaga, harusnya mereka memakai jaket itu hari ini.

"Jaketnya udah di buang, lo beli yang baru aja bisa kan?" Gadis itu melipat tangannya di depan dada menatap Reano sinis.

"Maaf, gua bakal cari jaketnya." Clarissa menunduk bersalah.

Tatapan tajam Reano membuatnya ketar-ketir sejak tadi. Walau jika di pikir-pikir lagi, itu bukan salahnya karena Reano sendiri yang memberikannya dan pergi begitu saja.

Clarissa sudah lupa di mana ia menyimpan jaket itu. Kalaupun masih ada, mungkin itu ada di rumahnya, ia sendiri tidak yakin.

"Nggak perlu, karena Reano punya banyak uang. Dia bisa beli lagi kalau dia mau." Cassandra masih menatap Reano yang ada di hadapannya, mereka saling menatap satu sama lain. "Yuk kantin." Cassandra menarik tangan Clarissa menjauh dari lelaki itu.

"Yuk Nau!"

"Naura teman kelas aku, kita duduk sebangku." Jelas Clarissa melihat Cassandra yang menatap Naura dengan tatapan yang sulit di jelaskan.

"Tau kok." Jawab Cassandra santai, ia hanya tidak nyaman dengan Naura yang menatapnya seperti orang aneh.

Reano membiarkan ketiganya pergi, ia memang punya banyak uang jadi bisa membeli jaket itu lagi. Jaketnya juga ada banyak, jika kehilangan satu tidak akan jadi masalah.

Ia hanya iseng pada Clarissa, dan hanya ingin mempertanyakan jaketnya. Ia pikir jaketnya sudah di jual Clarissa, tapi ternyata di buang, ya?

Ketiganya berjalan ke kantin bersama. Saat tiba di kantin teman kelas Clarissa dan Naura melambaikan tangan ke pada keduanya. Mengisyaratkan menyuruh mereka duduk di bersama mereka.

Sedangkan di sisi lain, Angga melambaikan tangannya pada Cassandra. Lelaki itu duduk bersama teman baiknya.

"Gua sama Clarissa mau duduk di sana, lo mau ikut kita atau duduk bareng yang lain?" Tanya Cassandra dengan senyum simpulnya.

Jelas ia tidak ingin bergabung dengan teman kelas Clarissa. Ia juga sudah meminta Angga untuk memesan makanan untuknya. Sedangkan Clarissa sudah pasti akan duduk bersamanya, hanya dia yang Clarissa kenal dengan baik di sini.

"Kita di sana aja, cukup kok." Clarissa menunjuk meja teman kelasnya, di sana memang hanya ada empat orang wanita, masih cukup untuk mereka bertiga.

"Gua nggak mau, gua mau bareng Angga."

"Eh, gua di sana aja. Permisi." Naura berjalan menghampiri meja teman-temannya.

Ia duduk bersama ketos dan Cassandra? Mimpi apa dia semalam? Cassandra dan Angga memang terkenal sangat ramah. Namun, Naura sadar diri. Ia hanya orang biasa. Tidak mungkin menembus pertemanan para orang kaya itu.

Melihat Cassandra begitu dekat dengan Clarissa, dan Clarissa juga mengenal Reano membuatnya yakin kalau Clarissa anak orang kaya. Seperti Cassandra, Angga dan Reano.

Cassandra duduk di samping Angga, melihat hanya ada dua makanan yang ada di atas meja.

"Kalau gitu gua lapor ke pembina dulu." Lelaki itu bangkit membawa kertas-kertasnya dan juga laptopnya. Sepertinya mereka baru saja membahas program kerja osis.

"Kamu nggak pesan buat Clarissa?" Tanya Cassandra. Angga menatap Clarissa dan Cassandra bergantian bingung. Kenapa ia harus memesan untuk Clarissa?

"Nggak, aku nggak tahu harus pesan buat dia juga. Aku pikir-" Jawab Angga setelah pahan Cassandra. Clarissa adalah sahabatnya, jadi gadis itu tidak akan cemburu padanya.

Berbeda jika ia melakukan itu pada gadis lain. Angga saja boleh menjemput Clarissa waktu di Amerika, tapi jika itu gadis lain Cassandra pasti marah. Pernah saat Angga mengantar pulang teman kelasnya saat mereka menjadi panitia basar bersama, Cassandra menangis saat tahu itu.

Walaupun Angga sudah mengatakan kalau ia terpaksa karena itu sudah sangat malam untuk membiarkannya pulang bersama ojek. Tapi Cassandra tetap tidak berhenti ngambek dan menangis padahal Cassandra tahu betul wanita yang Angga antar pulang.

Mereka berada di kelas yang sama.

"Nggak papa, gua pesan sendiri aja." Clarissa bangkit dari duduknya dan pergi memesan makanan.

"Kan pacar aku cuman kamu, jadi aku cuman pesan buat kamu. Biasanya juga gitu, kan." Lelaki itu kembali membela diri saat Clarissa pergi. Ia tidak mau jika Cassandra memikirkan hal lain.

Gadis itu hanya tersenyum mengerti lalu mulai mencampurkan baksonya dengan kecap. Angga selalu bersikap manis seperti ini, melakukan apa yang Cassandra minta. Walau kadang pada akhirnya ia juga tetap salah di mana gadis itu.

"Gua makan duluan ya." Ucap Cassandra saat Clarissa sudah kembali.

"Ya, nggak papa, santai aja."

Angga dan Cassandra melahap makanannya dengan tenang. Tidak butuh waktu lama, pesanan Clarissa akhirnya datang.

Saat hendak menyuapkan baksonya ke mulut, seseorang tiba-tiba saja duduk di samping Clarissa. Menopang dagu di atas meja dan menatapnya lekat.

Ketiganya melotot melihat lelaki itu tiba-tiba melakukan itu. Terlebih Cassandra, rasanya ia ingin menyirami pria itu dengan air baksonya.

Apa yang lelaki itu inginkan di sini?

Masa Putih Abu-AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang