17. Kakek

20 4 0
                                    

[Attractive Person: Chapter 17]

[Attractive Person: Chapter 17]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•♡♡♡•~

Kini seorang gadis tengah berlari kecil di koridor asrama. Hari ini tanggal merah jadi semua murid libur. Dirinya tampak bersemangat karena ada kabar jika kakeknya mengunjungi sekolah hari ini.

Sesampainya di depan ruang guru asrama, ia mendengar perbincangan didalam.

"Jadi bu, dia anaknya baik sekali dirumah. Tapi karena kejadian dulu-"

Tok!! Tok!! Tok!!

"Permisi bu... kakek!" Dengan senyum sumringah Anetha berjalan menuju tempat duduk dan menyalami mereka. Saat berhadapan dengan kakeknya ia langsung memeluknya.

"Duh cucuku sudah semakin besar ternyata. Perasaan pas di kirim ke sini belum sebesar ini hahaha." Toni mencoba menggoda Anetha.

Toni adalah kakek Anetha dari pihak sang ayah. Dia dibesarkan oleh kakeknya sejak ayahnya meninggal dan ibunya dipenjara.

"Kakek bisa aja!" Dengan malu ia menundukkan kepalanya.

"Wah bapak terlihat mirip dengan Anetha ya." Ucap bu Qia yang dari tadi mengamati wajah mereka.

"Memang iya kah? Saya tidak memperhatikan wajah kami."

"Benar pak, Anetha terlihat seperti bapak versi perempuan."

"Terimakasih bu. Sekarang saya ijin berbicara dengan cucu saya di luar ya bu?"

"Oh silahkan silahkan, saya tahu anda pasti ingin menghabiskan waktu dengan Anetha."

~•🌻•~

Di taman, Anetha dan kakeknya terduduk di sebuah bangku panjang.

"Kakek..."

"Kakek tau ibumu datang kesini kan?"

Anetha pun melihat wajah kakeknya dengan sedih.

"Kamu tidak menemuinya? Beberapa hari yang lalu wanita itu pun datang ke rumah kakek. Dia bersujud dan meminta maaf."

Sontak Anetha terkejut mendengar itu. "Kakek ijinkan dia masuk?"

"Iya kakek ijinkan, itu karena kakek sadar jika kejadian itu bukan murni kesalahan ibumu Aza."

Anetha menunduk bingung tak tau harus berekspresi bagaimana. Dirinya terjebak di kejadian beberapa tahun lalu.

"Kakek tahu kamu begitu trauma dengan kejadian dulu, sangat paham. Tapi kamu harus tau ibumu menjadi korban fitnah pamanmu yang sangat membenci wanita itu. Kakek tidak pernah mengajarkan kamu untuk membencinya namun kakek tau kamu sangat membencinya. Kakek akan memberikan kesempatan untuk kamu berfikir, entah akhirnya mengikuti kata hati atau pikiranmu." Jelas Tino.

Dari tadi Anetha diam mendengarkan ucapan sang kakek. Dirinya terperangkap dalam pikiran yang kacau.

"Ah sudahlah, kita malah jadi membahas itu. Sekarang kan waktu kita melepas rindu bersama karena sudah lama berpisah." Kakek Tino langsung mengalihkan pembicaraannya.

"Bagaimana sekolah kamu? Apa ada masalah?"

Anetha menggeleng

"Syukur kamu tidak terlibat masalah lagi seperti di sekolah dulu."

"Disini Aza sangat nyaman karena bertemu teman teman yang baik dan tidak memandang keluarga kakek"

"Wah kakek jadi ingin bertemu teman temanmu."

"Lain kali kalau kakek ke sini aku kenalin ya kek."

"Iya iya Aza sayang." Tino pun mengelus lembut rambut Anetha.

"Oh iya kek, kalau aku bawa dia sekolah disini boleh ngga? Dia kan sebentar lagi lulus smp."

"Wah ternyata kamu mau membuat kakek kesepian yah!" Tino menjitak kepala Anetha pelan.

"Aaa kakek, kan disini bagus sekolahnya"

"Iya iya boleh, tapi kalau dianya mau ya. Jangan memaksakan seseorang."

"Wah ternyata kakek pilih kasih, dulu kan kakek paksa aku masuk kesini."

Seketika Tino teringat waktu dulu lalu tertawa pelan. "Itu kan karena kakek khawatir banget sama kamu" Ucapnya sambil mencubit pipi Anetha.

"Kakek sakit ih, iya iya aku paham kok."

Mereka pun berpelukan kembali dengan erat karena sebentar lagi kakek Tino akan pulang.

Kakek Tino pun mengambil handphone di sakunya lalu menelpon seseorang. Anetha pun bertanya tanya siapa itu, "siapa kek?"

"Ada lah- nah itu dia." Ucap Tino sambil menunjuk arah dengan dagunya.

Dari arah kejauhan terlihat seorang lelaki datang sambil membawa satu kardus besar entah apa isinya.

"Apaan itu kek?"

"Itu hadiah buat kamu, isinya itu jajan yang biasa kamu makan. Nanti jangan lupa bagi sama temen-temen ya."

"Wah iya kek, terimakasih hadiahnya." Dengan senang hati, Anetha menerima kardus besar itu.

"Aza, kakek pamit pulang ya?"

"Yah kok cepat banget?"

"Iya kakek harus cepat pulang karena ada urusan lain."

"Iya udah deh, aku harus apa lagi..." Ucap Anetha dengan wajah cemberutnya.

"Aduh sayangku, udah ya jangan ngambek. Kakek cuma mau menemui tantemu yang habis melahirkan."

Yang dimaksud tantenya yaitu adik dari mendiang ayahnya.

Mendengar itu Anetha melotot karena terkejut. "Wah asik Aza punya adik lagi!"

"Iya makanya jangan sedih, next time kakek bawa foto bayi itu."

"Iya kek, ya udah kakek hati hati ya pulangnya."

"Pak bram, tolong jaga kakek saya diperjalanan pulang ya."

Pak bram mengangguk, dia adalah asisten pribadi kakeknya dan juga sahabat ayahnya.

"Ya sudah kakek, pamit dulu ya. Titip salam untuk bu guru tadi ya, maaf tidak sempat berpamitan."

"Iya nanti aku sampaikan, dadah kakek. Muach!" Anetha mencium pipi kanan kakeknya.

"Sebelah sini tidak?" Tunjuk Toni di pipi sebelah kirinya.

"Muach!" Tanpa banyak pikir Anetha menciumnya pula.

~•♡♡♡•~

TBC

Jangan lupa vote👌

Attractive Person (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang