MY HOME

199 12 0
                                    

MY HOME

(3) PERMAINAN BARU


     Pagi telah menyambut dengan di awali acara sarapan ke sembilan pemuda kini tampak duduk  dengan tenang menyantap hidangan yang tersaji di hadapan mereka dengan sesekali di selingi obrolan kecil untuk mengisi suasana.

"Hyung, apa benar baik-baik saja?" tanya Gunwook  menatap Taerea dan Jiwoong bergantian.

"Eummm, kau tau aku sama hal nya seperti kucing yang memiliki sembilan nyawa," ucap Jiwoong di akhiri tawa kecil yang tak berselang lama menjadi rintihan kecil karena rasa nyeri yang masih menempel pada rusuknya.

"Wooo, kau benar. Nyawamu sangat banyak Hyung, kau bahkan menerima usulan Taerea tuk mati dengannya... tapi sayangnya kalian masih hidup sekarang," ujar Gyuvin yang lantas membuat suasana menjadi hening dan canggung seketika.

Entah apa yang Gyuvin pikiran, namun sejak kunjungan pertamanya di rumah sakit sifat nya mulai berubah dan mulai mengatakan ucapan yang menyebalkan, ia mulai menghindar saat berpapasan baik dengan Taerea maupun Jiwoong.

"Yaa... Kim Gyuvin, gunakan sumpit mu itu untuk makan bukan untuk menunjuk orang lain... apa kau perlu contoh pemakaian sumpit yang benar?" ucap Ricky yang lantas mendapatkan tatapan sinis dari orang yang ia tegur.

"Cih, menyebalkan... seharusnya kau ajari dia cara menyetir dengan benar, karena mereka kita harus mencari cara menutupi kekosongan penampilan kita nanti... mereka enak-enak saja hanya menonton dan menilai, sedangkan kita harus berlatih dengan sedikit waktu yang tersisa, jam latihan kita bahkan semakin menyiksa tidak kah kau sadar itu?" tutur Gyuvin yang semakin membuat Taerea menunduk dalam

"Dia main vokal... dia penting bagi grup, tapi dia bahkan tak memiliki tanggung  jawab terhadap posisinya, hanya modal bakat dan percaya diri? Hah... yang benar saja," jelas Gyuvin yang berakhir gerakan meja dari Gunwook yang kini menatapnya tajam.

"Aissh.... tidak bisakah kalian sedikit lebih tenang? mood ku sedang benar-benar buruk dan sekarang bahkan aku tak bisa menyuapkan nasi ku dengan tenang, pengganggu," ujar Yujin yang lantas meninggalkan delapan pemuda itu dengan suasana yang semakin canggung.

"Haaah... ayo lupakan sejenak semua hal yang membuatmu kesal dan habiskan makanan kalian jangan sampai ada yang terbuang lagi, kita masih harus berlatih setelah ini... meskipun jadwal latihan kita menyiksa tapi setidaknya kita masih hidup untuk sekedar berusaha dan bukan hanya mengeluh," ujar Hanbin yang akhirnya mengakhiri seluruh percakapan yang benar-benar mengacaukan suasana sejak awal.


👤

Waktu telah menunjukan pukul tiga sore, semua member tampak telah begitu kelelahan bahkan berbaring di lantai tampak menjadi kesenangan tersendiri bagi beberapa orang di sana.

Jiwoong masuk dengan beberapa minuman penyegar yang ia dan Taerea beli sebelumnya tak lupa setumpuk cemilan dan dua kotak Pizza yang Tearea bawa sebagai hidangan utama karena rasa khawatir saat  ia mendengar sang maknae yang mengeluh lapar karena belum memakan apapun lagi selain sarapan pagi yang bahkan tak ia habiskan sebelumnya.

"Waaaah, Taerea Hyung saranghaeyo," seru Yujin yang tampak gembira dan kembali bersemangat untuk segera menyantap hidangan yang Taerea bawa.

Para member tampak tertawa melihat kelucuan yang sangat jarang Yujin tampilkan di hadapan mereka, sungguh sebuah momen yang tak boleh terlewatkan menurut mereka.

  Dilain sisi Gyuvin menatap kerumunan dari jauh,  ia duduk di pojok ruangan dan menjauh dari para member yang tampak menyantap Pizza dan cemilan lain dengan lahap, hingga rasa dingin yang menyentuh pipinya kembali membawanya dari lamunan.

Jiwoong tampak telah duduk di sampingnya dengan tangan katanya yang tampak mengisyaratkan agar segera mengambil cola yang ia berikan. Gyuvin hanya menurut dan menyesap cola yang bahkan telah di buka untuknya dengan Jiwoong yang tampak terus memperhatikannya.

"Haaah... trimakasih, karena sudah mengkhawatirkan ku... aku tau kau kecewa bukan karena aku tak menghubungi mu, tapi karena kau tak bisa melakukan apapun untuk menolongku," ujar Jiwoong memecah keheningan di antara keduanya. Gyuvin menatapnya dengan sesama karena apa yang Jiwoong katakan barusan adalah hal yang cukup mengganggu pikirannya beberapa hari terakhir.

"Kau tau saat itu bukan aku tak ingin menghubungi mu ataupun yang lain untuk meminta bantuan tapi... aku sama sekali tak bisa berpikir dengan jernih... aku takut...aku takut Gyuvin, bagaimana jika aku berakhir saat itu...bagaimana jika aku tidak bertemu dengan kalian lagi, aku benar-benar takut... dan Taerea, di balik tindakannya justru dia lah yang lebih takut dari apapun... dia terus menatap ku, dia terus memastikan kondisi ku... dia takut akan mati hari itu... dan dia takut jika tindakannya membuatku mati malam itu," ujar Jiwoong yang lantas membuat Gyuvin menundukan kepalanya, ia berpikir jauh beberapa hari terakhir, tetapi ia bahkan tak memikirkan hal itu. Gyuvin menatap Taerea yang berada jauh di depannya... senyumnya  tampak tak selepas biasanya, lalu ia kembali menatap Jiwoong di sampingnya, tatapan teduh itu menyambutnya yang lantas membawanya pada pelukan hangat yang saat ia butuhkan untuk saat ini.

"Hyung... jangan menyembunyikan apapun lagi, bukankah kau sudah menganggapku adik mu? Maka perlakuan aku seperti seorang adik.... minta tolong lah padaku  saat kau merasa kesulitan, mengerti?" ucap Gyuvin yang lantas membuat senyuman Jiwoong kembali mengembang.

"Eummm, aku yakin kau juga memiliki hal yang harus kau katakan pada Taerea nanti," ucap Jiwoong yang lantas mendapat anggukan kepala dari Gyuvin.

.

.

.

"Wahhh, apa kalian sedang syuting drama romantis?" Suara Yujin  mengalihkan perhatian keduanya yang lantas membuat Gyuvin maupun Jiwoong tertawa canggung setelahnya.

"Kenapa hanya diam saja, masih banyak makanan yang harus segera di habiskan... ayo," ajak Yujin yang dengan segera berlari kembali ketempatnya

Jiwoong menatap Gyuvin dan dengan memasang wajah memelas ia merentangkan tangannya yang lantas membuat Gyuvin tertawa kecil. Gyuvin bangkit dan berjongkok di hadapan Jiwoong yang dengan semangat naik dalam gendongan Gyuvin.

"Wahh...apa tidak salah? Hyung, Gyuvin terlalu kecil untuk menggendong mu," ucap Gunwook yang tampak tertawa kecil saat melihat Gyuvin datang dengan menggendong Jiwoong yang tampak kegirangan.

"Suuttt... jangan banyak protes, Taerea tolong suapi anak ini dia sangat kelaparan... perutnya berbunyi sangat keras tadi," ujar Jiwoong yang langsung di sambut tawa oleh member lain termasuk tawa Gunwook yang terdengar lebih keras dari biasanya.

"Siapa bilang?" ucap Gyuvin tak terima namun saat di hadapannya telah terhidang Pizza yang Tearea berikan dengan sigap ia membuka mulut dan memakannya dengan lahap.

"Yaaa, pelan-pelan awas sampai kau menggigit tanganku," ujar Taerea
yang kembali di sambut tawa oleh semua yang berada di sana.

Selesai menyantap makanan semua member kembali berlatih terkecuali Jiwoong dan Taerea yang saat ini masih dalam tahap pemulihan.


👤


"Hyung, kau dimana?"

Suara mesin mobil tampaknya adalah satu-satunya pengisi suasana yang dapat ia dengar dari sebrang telpon.

Pemuda itu menghela nafas dan segera memakai sarung tangan karet yang ia siapkan dan sebuah tongkat baseball tampak tersedia di sampingnya.

"Baiklah, kau gagal... sekarang biar aku yang maju," ujar pemuda itu dengan menutup telpon setelahnya. Di dinding kamar tempat ia berada, tampak sembilan foto pemuda yang tertempel di sana dengan cekatan ia mengambil satu anak panah dan melemparkannya pada salah satu foto.

"Baiklah... selamat kau yang terpilih," ujarnya dengan senyuman lebar tertera di wajahnya.

TBC

Peringatan

Tersebar typo di mana-mana, mohon untuk di maklum🙏

Update setiap hari minggu, di tunggu ya 🙂

Cerita ini hanya fiksi, dilarang meniru!

MY HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang