Prolog

185 20 24
                                    

Di sebuah kamar, terdapat seorang gadis yang sedang terpuruk, air matanya mengalir deras. Kamar yang biasa rapi kini terlihat  begitu berantakan, menggambarkan betapa hancurnya hati sang pemilik.

Keadaannya begitu kacau, mata yang sembab, wajah berlinangan air mata, serta rambut yang acak-acakan makin memperjelas jika gadis itu terlihat berantakan. Tangan kecilnya menggenggam erat benda kecil yang menunjukkan dua garis biru.

Dia Avelia, Avelia Sadivana. Seorang remaja SMA yang hidup seorang diri, kedua orang tuanya meninggal di saat dia berumur dua belas tahun. Di tinggal kedua orang tuanya mengharuskan Avelia bekerja paruh waktu, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri.

Tangan itu perlahan terangkat untuk menyentuh perut ratanya. Sekuat tenaga dia meredam tangisnya agar tetangga sekitar tidak mendengar.

"Kenapa rasanya sakit sekali." lirih Avelia, ini bukan kehendaknya.

Kecelakaan kecil yang mampu memutar jalan hidupnya ini membuatnya takut setengah mati, mau di pandang apa dia dengan semua orang?

Avelia tidak sanggup jika harus hidup dengan cemooh, hinaan yang terus terlontar untuknya. Tidak bisa di bayangkan jika dirinya harus dikeluarkan dari sekolah akibat hamil di luar nikah, masih sekolah pula.

Wajahnya ini mau taruh di mana?

Sempat terlintas di benaknya untuk mengakhiri hidup, tapi rasanya tidak sanggup jika beban dosanya bertambah banyak.

Avelia hanya mampu meringkuk di atas kasur dengan tangis yang tak kunjung reda, rasanya dia sudah tidak berselera untuk melanjutkan hidupnya.

AVELIA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang