11. Masakan Arjun

49 9 60
                                    

Hola, aku kembali membawa kelanjutan kisah ARVELL, semoga suka ya.
Selamat membaca💗
***

Avelia menolak halus ketika Dimas akan mengantarkannya sampai ditempat kerja. Jarak taman dan kafe milik kak Fera tidak jauh dari taman, jalan sebentar mungkin hanya memakan waktu sepuluh menit.

Langkah Avelia menyusuri pinggir jalan, pikirannya berkelana membayangkan betapa rumitnya masa depan.

"Apa nanti gue akan berubah menjadi gembel?" monolog Avelia absurd. Amit-amit deh jangan sampai!

Atensi Avelia teralih ketika mendengar beberapa warga disekitarnya meneriaki perempuan paruh baya yang sedang ditengah jalan, pasti ibu itu akan menyebrang pikirnya.

Tapi setelah sadar akan situasi, ternyata ada pengendara yang hilang fokus terus melaju menuju ibu itu. Tanpa pikir panjang Avelia berlari ketengah jalan dan langsung memeluk ibu-ibu itu yang tengah syok ketakutan.

Avelia meremas tangannya takut, mungkin ini lah akhir dari takdirnya. Ingin menarik ibu itu untuk keluar dari jalan raya, tetapi tubuhnya terasa lemas tak mampu untuk menggerakkan kakinya. Alhasil Avelia hanya berpasrah.

Warga yang melihat itu semakin panik dan terus berteriak histeris. Beruntung pengendara tersebut tersadar dan membanting stir sehingga tak melukai Avelia dan ibu-ibu yang Avelia tidak tau namanya.

Beberapa warga mengerumuni keduanya dan membawanya kepinggir jalan agar tak menghalangi para pengendara lainnya, beberapa diantaranya juga membantu meminggirkan motor si pengendara.

Emosi Avelia naik, bisa-bisanya pengendara itu membawa motor selaju-lajunya disaat tidak fokus menyetir?

"Kalo bawa motor itu yang fokus dong, Mas. Hampir aja Masnya nabrak ibu ini," tegur Avelia mengipasi lututnya yang terasa sedikit perih.

"Maafin gue, Avelia." lirih Arjun, pengendara yang hilang fokus itu adalah Arjun. Ucapan laki-laki itu mengandung berbagai arti.

Avelia tersentak saat mendengar suara si pengendara. Seperti tidak asing, perlahan kepalanya melihat siapa yang berbicara.

Avelia merutuki dirinya karena tidak ngeh kalau si pengendara memakai baju seragam sekolah yang sama sepertinya. Sungguh sial. Kenapa Arjun selalu muncul membuat onar?

"Jangan minta maaf kegue, tapi ke ibu ini,"

Arjun mengangguk, ia meminta maaf kepada si ibu dan ibu itu memaafkannya. Arjun sudah menawarkan kerumah sakit takutnya si ibu terluka. Namun, ibu itu menolaknya.

"Saya nggak papa, Nak. Lain kali hati-hati jangan sampai membahayakan orang lain. Lebih baik kamu yang kerumah sakit, obati luka mu," ucap ibu itu lembut sambil melihat siku Arjun yang terluka akibat terseret aspal.

Setelahnya si ibu berpamitan pergi dan diikuti beberapa warga yang disana. Tinggallah Arjun dan Avelia.

"Obatin luka lo," Avelia berdiri dan hendak pergi, ia sudah terlambat.

Langkah Avelia terhenti ketika Arjun mengikatkan tali sepatunya yang terlepas. Avelia terpaku memperhatikan Arjun yang dengan telaten mengikat tali sepatunya.

"Udah gue ikat doble, nggak bakalan lepas lagi,"

Avelia berdeham. Apa-apaan sih? Tinggal kasih tau kan dirinya nggak cacat bisa mengikat sendiri.

"Makasih," ketusnya berniat melangkah pergi.

Namun, lagi-lagi Arjun menahan Avelia dengan ucapannya. "Nggak gratis, lo harus obatin luka gue sebagai gantinya,"

AVELIA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang