22. Gorengan

20 2 1
                                    

Hari senin kembali, kelanjutan kisah Avelia mulai menyapa. Gimana nih kabarnya?
Selamat membaca ya
***

Pagi-pagi sekali Avelia telah menyiapkan beberapa buku tulis mata pelajaran hari ini dan memasukkan nya ke dalam tas. Kemarin Yola datang membawakan tas milik nya.

Hasil masakan nya pun sudah matang, Avelia berniat akan membawa bekal di sekolah untuk makan siang. Karena tadi Avelia sudah sarapan terlebih dahulu.

Setelah semuanya siap, Avelia menyampirkan tasnya di pundak dan menenteng tas kecil berisi tempat bekal dan sebotol air minum. Tak lupa Avelia mengunci pintu dan mulai beranjak menuju sekolah.

Suasana pagi kali ini terasa nyaman seperti biasanya, walau berada di kota masih terasa sedikit demi sedikit sejuknya embun.

"Semoga hal baik menyapa gue hari ini." gumam Avelia tersenyum tipis, mengingat perlahan tapi pasti takdir hidupnya akan berubah.

Seperti dugaan Avelia, area sekolah masih terlihat sepi. Karena pagi ini Avelia sengaja berangkat lebih awal, tidak ada agenda apapun. Avelia hanya ingin saja.

Sama seperti keadaan di luar, kelas pun masih kosong. Hanya ada beberapa tas yang berada di kursi masing-masing. Namun, sang pemilik tidak berada di kelas, kemungkinan pada nangkring di kantin.

Di serang rasa bosan, Avelia memutuskan untuk pergi ke kantin. Terlepas dari rasa bosan dan suntuk, rasanya perut ini seperti minta di isi jajanan gorengan.

Namun, baru saja akan keluar kelas. Avelia sudah di suguhkan oleh keberadaan Dimas yang sudah berada tepat di depan pintu kelas. Avelia menduga, Dimas sedang mencarinya.

"Mau kemana?" tanya Dimas.

"Ke kantin, mau ikut?" Avelia menawarkan, kalau ada temannya lebih seru. Biar ada teman ngobrolnya.

"Ayo," balas Dimas tersenyum kecil. Lalu keduanya berjalan beriringan mengisi kekosongan koridor kelas.

"Tumben lo berangkat pagi?" tanya Avelia.

"Harusnya itu pertanyaan mengarah untuk lo," jawab Dimas.

Mendengar itu Avelia menjadi kebingungan, keningnya pun berkerut. "Maksudnya?"

Akhir-akhir ini memang Avelia sering berangkat pagi karena ingin atau tugas piket kelas saja. Kalau boleh jujur sih Avelia lebih suka berangkat pagi karena sambil menikmati udara pagi dan agar tidak terburu-buru di kejar waktu.

"Tadi gue ke rumah lo, mau berangkat bareng. Malah lo nya udah pergi duluan." tutur Dimas menjelaskan. "Makanya gue samperin lo ke kelas,"

Avelia manggut-manggut mengerti dan tersenyum tak enak hati. "Maaf ya, gue nggak tau kalau lo mau ke rumah,"

"Santai aja, lagian salah gue nya yang nggak ngabarin dulu,"

Tanpa terasa keduanya telah sampai di kawasan kantin, Avelia langsung ke tempat dimana gorengan di jual dan langsung membelinya.

Dimas pun sama halnya, laki-laki itu ikut membeli beberapa gorengan menyamakan dengan Avelia. Apapun yang di pilih Avelia pasti menurut gadis itu paling bagus, jadi Dimas memilih mengikut saja.

"Makan di sini aja, ya," Avelia langsung duduk di kursi dekat dinding tanpa menunggu jawaban Dimas. Tidak sabar, Avelia langsung mengeksekusi gorengan di hadapannya dengan lahap. Rasanya begitu nikmat.

Dimas duduk di depan Avelia, laki-laki itu memandangi Avelia penuh kekaguman. Perasaan suka telah menghantuinya membuat apapun yang Avelia lakukan terlihat menggemaskan di matanya.

Saat ini Avelia terlihat makin menggemaskan, kedua pipinya menggebung karena gorengan bakwan. Wajah gadis itu pun terlihat begitu menikmati, tidak ada jaim-jaim dengan Dimas yang duduk diseberangnya.

AVELIA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang