1. Seperti biasa

113 17 23
                                    

***

Avelia sudah siap dengan seragam sekolahnya. Hari ini ia harus pergi sekolah seperti biasanya. Ya, walau penampilan terbilang kurang baik karena matanya sembab, tapi tak masalah. Disekolah tidak ada yang peduli padanya.

Setelah memakai sepatu, Avelia mengunci pintu rumah. Kakinya melangkah menjauhi rumah. Jarak sekolah dari rumahnya tidak terlalu jauh, jalan sebentar juga sudah sampai.

Dalam langkahnya hanya ada tatapan kosong. Kakinya terus melangkah hingga sampai di tempat tujuan. Avelia menatap gapura gerbang sekolahnya sebentar kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

Saat ini Avelia duduk di kelas sepuluh semester genap. Sebenarnya masuk kedalam area sekolah adalah seperti masuk ke dalam neraka. Tapi mau bagaimana lagi? Avelia sudah masuk ke sini dan harus berjuang walau sedikit menyakitkan. Semangat Avelia!

Di dalam kelas masih cukup sepi. Mungkin ia yang datang ke pagian. Tangan kecil Avelia memakaikan headset pada kedua telinganya. Kemudian bersenandung kecil mengikuti lantunan musik. Melupakan masalahnya sebentar mungkin tidak apa-apa.

Satu persatu teman sekelasnya mulai berdatangan. Namun, Avelia tidak menggubrisnya lantaran ia duduk di pojok kelas di bangku paling belakang. Jadi tidak merasa terganggu oleh teman-temannya.

Tanpa di undang datanglah tiga laki-laki dengan baju yang sama-sama di keluarkan. Cerminan anak nakal di kalangan sekolah. Ketiganya berjalan menghampiri Avelia yang masih bersenandung dan Avelia tidak menyadari itu!

Laki-laki yang berdiri di tengah menendang meja Avelia. Avelia tersentak kaget, buru-buru ia melepaskan kedua headsetnya.

"Beliin gue sarapan," suruh Arjun menatap Avelia datar, seakan gadis itu tidak ada apa-apanya.

Avelia benci itu, ia menatap mata Arjun dengan sorot penuh kebencian. Namun, terselip juga rasa takut.

Arjun merasa heran, biasanya gadis itu tidak pernah mau menatapnya walau sedetik saja. Tapi sekarang?

"Nggak mau?" Arjun menatap tajam Avelia. Jangan sampai gadis lemah ini menolak perintahnya.

Avelia mengangguk kemudian pergi keluar kelas menuju kantin. Di kantin ia memesan nasi goreng dan minumnya es teh. Sebenarnya uangnya sudah pas-pasan tetapi kalau melawan ia bisa dihajar habis-habisan.

Avelia membawa pesanan Arjun ke taman sekolah dan benar saja, Arjun sudah menunggunya dan menatap tajam kearahnya.

Buru-buru ia meletakkannya di samping laki-laki itu dan bergegas kembali ke kelas.

"Temenin gue makan," desis Arjun sembari mengambil piring yang berisi nasi goreng.

Avelia membalik tubuhnya, dengan terpaksa ia menuruti perintah laki-laki brengsek itu.

Arjun memberikan piring yang berisi nasgor pada Alnara, menyuruh Avelia menyuapi dirinya.

"Tangan lo nggak cacat, ngapain gue harus repot-repot nyuapin lo!" tolak Avelia tak menerima piring yang Arjun berikan.

Arjun manggut-manggut kemudian memakan makanannya dengan lahap. Avelia di buat heran, mengapa laki-laki itu tidak marah saat ia menolaknya?

Tapi masa bodoh lah, itu tandanya bagus. Sepertinya ini bukan Arjun yang menyeramkan melainkan jin iprit yang menyerupai laki-laki itu pikirnya berpositif thinking.

Arjun meneguk es tehnya hingga tandas dan memberikannya pada gadis di sampingnya. Piring maupun gelas sudah berada di tangan Avelia. Ya, inilah tugasnya. Setiap pagi harus membelikan laki-laki itu sarapan jika tidak mau di rundung.

AVELIA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang