15. Nggak sengaja

30 3 1
                                    

Hai guys! Sorry, partnya ke skip kemaren😭😭
Ini yang sesuai, maaf ya. Selamat membaca💗
***

Rintihan terus keluar dari bibir Yola. Gadis itu meringis merasakan sensasi dinginnya es batu dan rasa cenat-cenut dilututnya. Pokoknya semuanya campur aduk.

"Pelan-pelan, Vee!"

"Jangan bawel deh, ini udah paling lembut," Avelia sampai pusing mendengar keluhan Yola yang sepanjang rel kereta api.

Yola memanyunkan bibirnya. "Beneran sakit loh,"

"Siapa yang bilang nggak sakit?" tanya Avelia dengan wajah jengah. "Lagian lo habis ngapain sih sampai jadi begini?" tanya nya lagi.

Yola melihat Dimas sebentar lalu menatap Avelia malu-malu. Merasakan sesuatu yang aneh membuat Avelia bingung.

"Nggak kerasukan kan?" Avelia bergidik melihat tingkah Yola.

"Sembarangan!" secara reflek Yola menggeplak tangan Avelia yang otomatis memar dilututnya ikut tergampar karena tangan Avelia masih mengompres lutut Yola.

"ADUH SAKIT WOI!" Yola mengaduh kesakitan. Kedua tangannya memegang lututnya. Rasanya ah mantap.

Avelia terkekeh, "Makannya jangan demen nampol,"

Tak menggubris, Yola sibuk mengelus ngelus luka memarnya. Merasakan sakit yang sudah lebih mendingan barulah ia membuka suara.

"Sebenarnya gue malu cerita kalau ada dia di sini," tunjuk Yola tanpa segan tepat di hadapan Dimas.

"Memangnya kenapa?" bukan Dimas yang menjawab, melainkan Avelia.

"Malu lah, ini itu aib. Yang boleh tau cuma lo, karna lo temen gue, sedangkan dia bukan." Yola meringis kikuk ketika selesai berucap di akhir kalimatnya, ada perasaan tidak enak pada Dimas, tapi mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur.

Dimas manggut-manggut mengerti, "Yaudah kalau gitu gue pergi dulu."

Karena Dimas mengalah membiarkan ruang untuk Yola menceritakan musibah yang menimpa gadis itu pada Avelia, membuat Yola langsung dengan secepat kilat berpekik.

"JANGAN!"

Dimas yang tadinya ingin beranjak pergi kini terhenti, dia menatap Yola kebingungan. Sebenarnya apa mau gadis ini?

"Yola, kamu kenapa sih? Teriak-teriak nggak jelas." omel Avelia sembari membereskan semua yang ia bawa dari UKS.

"Tadi nyuruh Dimas pergi, pas udah mau pergi malah di larang, pake segala teriak lagi!" Avelia tak berhenti menggerutu, karena teriakan itu sekarang telinganya terasa pengang.

Sedangkan sang pelaku hanya mampu meringis tak bersalah. "Tadi cuma gimmick aja, ternyata Dimas mau pergi. Tandanya dia baik, sekarang lo disini aja, gue bakalan cerita."

"Jadi gini, tadi tuh gue lari waktu mau kesini, tiba-tiba aja ada batu gede muncul terus gue jatuh dan berakhir seperti ini," jelas Yola dengan heboh.

Avelia tertawa. "Sampai nangis begini? Bukan batunya yang tiba-tiba muncul, tapi lo nya aja yang nggak liat!"

Sedangkan Dimas, laki-laki itu masih setia mendengarkan keduanya. Melihat Avelia yang tertawa, membuat ujung bibirnya berkedut ikut tersenyum.

"Lo nggak ngerasain sih!" Yola membela diri. Sudah bercerita dengan antusias malah di tertawakan dan di salahkan, benar-benar deh Avelia.

"Terserah lo deh, gue mau kembaliin ini dulu," Avelia menunjukkan bawaannya. Kakinya melangkah meninggalkan Yola dan diikuti Dimas yang langsung berjalan disampingnya.

AVELIA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang