5. Gosip

62 17 48
                                    

Hai semua, aku kembali. Happy reading's ya💓

***

Dimas mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Pikirannya mengarah pada Avelia. Apakah Avelia melakukan pekerjaan yang tidak-tidak? Batinnya bertanya-tanya.

Namun, sesaat kemudian Dimas tersadar dan menggelengkan kepalanya. Kenapa malah dirinya menjadi kepikiran seperti ini.

"Bukan urusan lo, Dimas. Jangan di pikirin." ucapnya pada dirinya sendiri.

Setelah sampai di rumah, Dimas memarkirkan motornya lalu masuk kedalam menuju kamarnya untuk berbersih.

Lima belas menit berlalu Dimas sudah rapi dengan pakaian rumahan. Laki-laki itu keluar kamar untuk menemui bunda nya di dapur.

Lia meletakkan masakannya di atas meja. Ia menatap anak sulungnya dan tersenyum. "Pas banget udah mateng. Panggil adek kamu, Sayang. Kita makan bareng,"

"Siap, Bunda!" bak seorang tentara, Dimas memberi hormat pada sang bunda sembari tersenyum tipis, setelahnya dia melangkah menuju kamar Dasya, adek perempuannya.

Lia terkekeh atas respon putranya, tangannya dengan telaten menyiapkan sepiring nasi beserta lauk pauk untuk kedua anaknya.

Tanpa mengetuk pintu, Dimas langsung menerobos masuk ke dalam kamar Dasya.

Dasya tidak menyadari keberadaan Dimas. Gadis itu sibuk bergoyang mengikuti irama musik melalui earphone nya.

"Hit you with that du ddu du ddu!" Dasya menyanyikan lagu Blackpink, girl band asal Korea Selatan yang berjudul Du Ddu Du Ddu. Tubuhnya memutar mengikuti gerakan asli.

Saat memutarkan tubuh mengikuti alunan lagu, tak sengaja netra nya menangkap Dimas yang kini tengah berdiri di dekat pintu dengan tubuh yang bersender.

Seketika tubuh milik Dasya tersentak dan langsung berhenti bergerak, dengan wajah konyolnya Dasya nyengir.

Dasya melepaskan earphonenya. "Kenapa, Bang?"

"Makan," setelah mengucapkan itu Dimas pergi keluar menghampiri bundanya. Sedangkan Dasya gadis itu buru-buru meletakkan earphone di atas meja dan memutuskan sambungan bluetooth.

"Opor ayam kesukaan Aya!" Dasya tersenyum sumringah menatap lauk kesukaannya dengan tatapan penuh antusias.

Bibir Lia tertarik, senyuman hangat terpapar di wajahnya. Tangannya menyodorkan piring yang penuh dengan isinya pada Dasya. "Di makan Sayang, Bunda harap kamu suka."

"Suka banget, Bun!" jawab Dasya penuh semangat.

"Ini punya Abang." Dimas menerima makanan yang sudah bundanya sediakan untuknya.

"Makasih, Bun." jawab Dimas.

Keluarga kecil tersebut makan dengan tenang tanpa adanya seorang kepala keluarga. Ayah Dimas telah meninggal dunia sejak sepuluh tahun yang lalu akibat penyakitnya.

***

Avelia terbaring di kasurnya. Ingatannya kembali pada kejadian sore tadi. Ucapan Arjun yang menyuruhnya untuk menggugurkan kandungan itu bukanlah solusi. Avelia tidak mau menyesal di kemudian hari.

Kalau dipikir-pikir sudah berapa banyak ia pingsan dan menangis? Sungguh bukan sosok Avelia sekali.

Avelia bertekad, mulai sekarang ia akan melawan Arjun. Arjun telah membuat hidupnya hancur, tidak ada gunanya jika ia terus-menerus diam tak berdaya.

"Gue benci lo, Arjun," setelahnya Avelia tertidur. Berharap saat terbangun semua ini hanya lah mimpi buruk.

***

AVELIA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang