14. Bunga euphorbia

26 4 1
                                    

Hai, hai haiii. Aku kembali, gimana nih kabarnya? Semoga baik yaa. Selamat membaca💗
***

Suasana langsung berubah hening ketika ada seseorang yang meneriaki nama Avelia. Keduanya memandang kearah suara. Gadis itu mendekat, wajahnya terlihat panik.

"Lo apa-apaan sih?!" cecar Yola.

Sudah Avelia duga, Yola datang pasti akan membela laki-lakinya. Avelia menipiskan bibir,  matanya terpejam sebentar karena sakit sehabis menangis.

Merasa ucapan Yola mengarah padanya, Avelia menjawab. "Gu-"

"Lo diem dulu," Yola memandang Avelia sebentar lalu mendongakkan kepalanya menatap Arjun.

"Lo apain Vee, hah? Sampai bikin dia nangis," tanya Yola menatap tajam Arjun. Aura yang Mayolanda keluarkan mampu membuat Avelia sedikit takut, karena biasanya Yola yang bertingkah ramah dan selalu tersenyum kini mengeluarkan aura mengimintidasi.

Awalnya Avelia pikir Ykla akan membela Arjun karena secara terang terangan telah melihat bahwa Avelia telah menampar laki-laki itu. Namun, ternyata perkiraan Avelia melenceng.

Arjun tak menjawab, laki-laki itu malah melengos pergi tanpa berniat menjawab ucapan Yola. Yola dibuat makin kesal.

"Dasar cowok!" maki Yola menatap kepergian Arjun. Melihat Arjun yang enggan menjawab pertanyaan nya, membuat Yola langsung mengalihkan perhatiannya pada Avelia.

Yola menatap Avelia, tangannya menangkup pipi Avelia, lalu ibu jarinya mengelus air mata Avelia yang tersisa dipelupuk.

"Arjun ngapain lo, Vee? Bilang sama gue, biar gue habisin tu cowok,"

Avelia menggeleng pelan, ia tak akan membiarkan Yola mengetahui aib ini. "Dia nyuruh gue seperti biasa, gue nolak dan dia marah karena kesel jadi gue tampar dia," elak Avelia.

"Yakin cuma itu?" Yola memicing curiga, seperti ada yang disembunyikan.

"Iya cuma itu," Alnara menganggukkan kepala menyakinkan.

"Tapi lo beneran nggak papa kan? Fisik lo masih aman?" tanya Yola sedikit bar-bar dengan memutar-mutar tubuh Avelia, guna melihat tubuh Avelia apakah ada yang lecet atau tidak.

"Serius gue nggak kenapa-kenapa, Yola. Kan lo sendiri tadi udah lihat kalau gue yang nampar Arjun." jelas Avelia, Yola ternyata lumayan keras kepala, ya, batin Avelia meringis.

"Tapi tetep aja Vee, gue khawatir sama lo." tangan kanan Yola mendarat tepat di pundak Avelia, lalu dengan perlahan gadis itu menepuk-nepuk pelan.

"Bekal lo tinggal setengah tuh, habisin dulu keburu masuk. Gue mau ke toilet sebentar," Yola tersenyum tipis lalu melangkah pergi.

Pandangan Avelia jatuh pada tempat bekalnya, ia duduk kembali dan mulai melanjutkan menyantap makanannya. Walau sudah tidak mood tapi perutnya masih terasa lapar.

Sedangkan disisi lain, Dimas melihat Arjun baru saja keluar dari kelas Avelia. Langkah yang tadinya akan menuju kelas Avelia terhenti, berganti tujuan kini malah mengikuti Arjun.

Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Dimas terus mengikuti kemana perginya Arjun tanpa laki-laki itu tau jika sekarang sedang dibuntuti.

Arjun berhenti ditaman belakang sekolah, laki-laki itu duduk dibawah pohon tepat dimana dulu mereka dihukum.

"Maafin gue," suara Arjun terdengar lirih. Wajahnya nampak sangat merasa bersalah, akan tetapi Dimas tidak tau apa penyebabnya.

Dimas berusaha untuk memahami situasi. Namun, suara seseorang mengagetkannya membuat fokus Dimas buyar.

AVELIA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang