18. Perubahan?

28 2 0
                                    

Haii, aku kembalii. Terimakasih buat kalian yang masih senantiasa menunggu aku untuk update kelanjutan dari kisah Avelia ini. Selamat membaca💗
***

Avelia terus mencibir dalam hati, perasaannya kesal setengah mati. Arjun memang kelakuannya tidak normal, bisanya cuma bikin orang tensi!

Bagaimana tidak? Coba deh kalian pikir kembali, Rigo telah lolos keluar dari area sekolah saat jam pelajaran berlangsung, apalagi sambil membawa mobil milik Arjun. Itu semua kenapa bisa terjadi?

Semua itu karena kekuasaan Arjun, tanpa perlu berbuat banyak semua bisa tertunduk akan perintah laki-laki itu. Uang adalah segalanya.

Bisa di bayangkan betapa kuatnya power Arjun di sekolah, tetapi kenapa tadi harus kabur lewat pagar belakang sekolah? Mana sembunyi-sembunyi, lompat dari ketinggian pula dan malah terjatuh di atas tanah, itu kan sangat bertele-tele. Kenapa tidak langsung saja keluar dari gerbang sekolah?

Avelia dibuat jengkel hanya karena memikirkan itu, geram sekali rasanya.

"Mau gue cipok?" tanya Arjun setelah melirik Avelia yang terus manyun, pandangannya fokus ke depan hanya saja sesekali ia melirik Avelia, karena tidak ada tanda-tanda gadis itu akan berinteraksi dengannya.

"Setres!" maki Avelia dengan berani, perlahan perasaan takut yang biasa selalu menghantui jika berhadapan dengan Arjun, kini menghilang entah kenapa.

Sekarang perasaannya mulai nyaman jika berada di sekitar Arjun, hanya saja Avelia mana mau mengakui secara terang-terangan setelah apa yang Arjun perbuat padanya.

"Mulutnya mau gue cabein?" desis Arjun di sela menyetir mobilnya.

"Lo kenapa sih?" cukup Avelia sudah lelah, sikap Arjun terkadang sulit di tebak hingga Avelia di buat bingung terus menerus.

Sebenarnya Arjun itu peduli padanya atau tidak? Sikapnya yang kasar dan arogan itu sangat membuat Avelia bingung, terombang-ambing. Sesaat laki-laki itu menunjukkan sikap lembutnya, tetapi kadang juga menunjukkan sikap yang tidak mengenakan.

Avelia berdiam diri cukup lama, hati dan pikirannya tengah bergulat. Setelah memantapkan diri, barulah Avelia berani untuk mengungkapkan perasaannya.

"Lo peduli sama gue?" tanya Avelia sembari menatap Arjun yang fokus menyetir, laki-laki itu tidak menjawab.

"Kenapa sikap lo begini?" lagi dan lagi Arjun tidak berniat menjawab, laki-laki itu malah bersenandung menikmati perjalanan.

Oke, Avelia mulai hilang kesabaran. Bibir Avelia menipis, tangannya terkepal kuat, netra nya terus menatap Arjun yang berada di sampingnya.

"Arjun, gue lagi ngomong sama lo!" pekik Avelia memekakkan telinga milik Arjun. Reflek laki-laki itu menginjak rem secara mendadak dan memegang telinga kirinya.

"Bentar lagi sampai apartemen." bukannya menjawab Arjun malah memberikan informasi yang menurut Avelia tidak penting.

Mau tidak mau Avelia kembali bungkam, kalau di teruskan bisa-bisa mulutnya kering karena terus mengoceh, akan tetapi tidak di ladenin. Itu sangat menguras emosi!

"Mau makan sesuatu?" tanya Arjun secara tiba-tiba, pikirannya melayang memikirkan jika ibu hamil biasanya akan mengidam atau menginginkan sesuatu.

Namun, Avelia tidak berniat menjawab. Karena yang paling Avelia inginkan hanya satu, kejelasan.

Bohong jika Avelia sampai detik ini tidak mengharapkan perhatian Arjun pada bayi yang ada di perutnya. Munafik jika Avelia tidak menginginkan Arjun bertanggung jawab akan kehamilannya.

AVELIA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang