7. Super hero

63 16 77
                                    


Hai semua, aku kembalii. Monggo di baca
***

Avelia pulang ke rumah diantar oleh Dimas. Ralat, diantar ke tempat kerja. Awalnya Dimas terkejut mengetahui selama ini Avelia bekerja paruh waktu. Namun, Avelia sudah menjelaskan secara singkat membuat Dimas maklum.

Hidup seorang diri membuat Avelia mau tidak mau harus bekerja. Kalau tidak bekerja bagaimana caranya ia mendapatkan uang?

"Makasi,  ya, lo banyak ngebantu. Jangan pernah bosen tiap kali gue berucap makasih," Avelia tertawa kecil. Padahal awal bertemu laki-laki itu terlihat cuek tak tersentuh.

"Kalau udah selesai langsung pulang," Dimas menghidupkan motor. Setelah berpamitan ia melajukan motornya membelah jalanan raya.

Avelia melambaikan tangan menatap kepergian Dimas. Dimas orang yang baik, tidak seperti Arjun. Laki-laki jahat dan super brengsek!

Seperti biasa Avelia mengganti pakaiannya. Lalu bergabung dengan rekan kerjanya. Hari ini moodnya sedang bagus, ia akan bekerja dengan semangat.

"Semangat bener," canda Sean ketika melihat raut wajah Avelia yang berseri-seri. Umur keduanya terpaut enam tahun.

"Harus dong!" jawab Avelia penuh antusias, walau pandangannya mengarah pada meja yang sedang dia bersihkan, Sean tetap bisa membacanya jika saat ini Avelia tengah mengulum senyum.

"Tadi siapa? Pacar kamu? Kok nggak dikenalin ke abang?" tanya Sean.

Mendengar itu membuat Avelia tersedak air liurnya sendiri. Apa-apaan ini, bang Sean asal nyeblak!

"Kakel, Bang," jawab Avelia benar adanya.

"Kakel apa kakel nih?" goda Sean mengedipkan sebelah matanya.

Avelia menggelengkan kepalanya pusing akan ocehan Sean. "Itu ngelapnya kurang bersih," elaknya menunjuk meja yang sedang Sean bersihkan lalu beranjak pergi kebelakang membawa beberapa piring dan gelas kotor.

Sedangkan Sean? Laki-laki itu tertawa. Diantara yang lain hanya Avelia lah yang paling muda. Kalau boleh jujur, Sean merasa kasihan terhadap Avelia. Masih dibawah umur harus sudah bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

***

Avelia menatap bukunya bosan. Sudah dua hari ia tak memegang handphone. Buku yang ada di apartemen Arjun harus segera ia ambil, karena lusa mata pelajaran itu akan keluar.

"Apa gue ambil sekarang?"

"Tapi apartemen si brengsek jauh,"

Avelia bergulat dengan pikirannya, setelah mempertimbangkan akhirnya Avelia memutuskan untuk mengambilnya saja, kalau terlalu lama di sana bisa bisa tas beserta isinya itu akan di buang Arjun. Mengingat laki-laki itu sangat arogan dan terkesan tidak peduli.

"Nggak papa deh, sekalian jalan-jalan," Avelia mengganti pakaian, ia memilih memakai sweater agar tubuhnya terasa hangat.

Malam-malam begini emang ada mang ojek? pikir Avelia. Avelia menyusuri jalan sambil celingak-celinguk mencari tukang ojek.

Hingga tak lama ada motor seseorang yang berhenti tepat disampingnya. Avelia orang di sampingnya dengan tatapan bingung. Namun, laki-laki itu dengan segera membuka helmnya dan terlihat lah wajah tampan Dimas.

Kalau boleh jujur Avelia sedikit terpesona. Namun karena tertampar kenyataan Avelia langsung tersadar dan memejamkan mata sebentar. Sadar Avelia!

"Malem-malem ngapain keluar?"

"Mau ke rumah Arjun,"

"Malem-malem gini?" sewot Dimas. Dari matanya tersorot jika ia khawatir. Kalau terjadi sesuatu, bagaimana?

AVELIA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang