34. Pertemuan Dengan Daddy

965 56 0
                                    

"Kamu tumbuh dengan baik, ya."

"Of course! Mommy membesarkanku dengan baik." Lilly menjawab dengan angkuh. Yang mana pada dasarnya, Lilly hanya sedang menyombongkan kehebatan Mommy.

Melihat keangkuhan yang membanggakan itu, Daddy tersenyum. Amat tipis. Hingga dapat dipastikan, Lilly pasti tidak menyadarinya. Ya, mungkin saja.

Meski fitur wajah Lilly amat mirip dengannya, tapi hampir semua sifat dan tindakan Lilly persis dengan Laura.

"Jadi, apa Anda sudah bercerai dengan Mommy saya?"

Asher, daddy-nya Lilly itu sempat terperanjat mendengar pertanyaan Lilly yang terlalu to the point. Well, Laura memang sudah mewanti-wanti sebelumnya. Rupanya, sebatas mendengar dan mengalami langsung itu dua hal yang sangat berbeda.

"Tidak--maksudnya, belum. Ah, saya ga ada niat cerai sama istri saya sendiri." Asher gelagapan, di hadapan putrinya sendiri.

"Istri?" Lilly tersenyum mencemooh. Bahkan setelah memiliki anak dengan perempuan lain, daddy-nya berani menjawab dengan seperti itu. "Tapi dia ...." Lilly melirik ke arah pemuda yang saat ini tengah mengobrol dengan Ian di ruang tamu. "Setidaknya, harusnya Anda merasa malu pada ibu dari anak itu. Istri Anda yang lain."

Asher terdiam cukup lama. Nak, masa lalu Daddy dan mommy kamu ini kamu terlalu kompleks. Ingin rasanya Asher menjawab begitu. Namun yang keluar dari mulutnya adalah ....

"Ya. Seharusnya memang begitu." Asher ikut melirik ke arah putranya, Jefran Larson Bastara.

Semenjak mengetahui soal masa lalu orang tuanya, Jefran terus menanti kedatangan kakak tirinya. Setiap hari, yang ditanyakan Jefran hanyalah tentang Lilly, kakak tirinya.

"Istri saya yang lain yang kamu maksud itu, meninggal pas lahirin Jefran," ujar Asher.

Lilly yang tadinya hendak meneguk teh yang dihidangkan, langsung mengurungkan niatnya. Hal itu membuat Lilly kembali melirik ke arah Jefran. "Rupanya, nasib anak itu juga kurang bagus, ya ...." Lilly bergumam pelan.

"Jadi pas ketemu Mommy kamu, Jefran antusias banget. Dia juga selalu nanyain kabar kamu ke Mommy."

Lilly berdeham. Pada satu sisi, Lilly tidak menyangka bahwa Lilly akan luluh, hanya setelah mendengar cerita tentang pemuda tak beretiket seperti Jefran.

"Apa dia memanggil Mommy saya dengan panggilan Mommy?"

Asher terdiam sebentar. Mencoba mengingat momen pertemuan Laura dengan Asher beberapa waktu yang lalu. "Ya. Sepertinya begitu." Ia mengangguk.

Lilly membuang muka. Rasanya sangat tidak adil. Rasanya seperti Jefran--pemuda asing itu merebut miliknya.

Sebelum hari ini, tepat setelah Laura memberitahukan tentang Asher pada Ian, Ian sudah lebih dulu bertemu dengan Asher. Biasanya pertemuan mereka hanya kebetulan saja. Dan jika mengobrol pun, itu hanya seputar bisnis. Namun hari itu, hari dimana Ian tiba-tiba datang dengan sekretarisnya ke rumah Asher, Ian menceritakan beberapa hal buruk yang telah dialami Lilly, putri Asher.

Asher yang sudah lebih dulu bertemu dengan Laura di bandara pun, sangat tidak menyangka akan hal tersebut. Sebab pada pertemuannya di bandara waktu itu, Laura hanya mengaku bahwa istri dari Ian Austin Archandra adalah putrinya. Putri yang dibawa pergi Laura sewaktu Lilly masih dalam kandungan.

Dan terkait masalah yang menimpa Lilly kali ini, bantuan yang dilimpahkan Asher sangatlah banyak. Bahkan, mengenai Madam Tessa pun, Asher langsung yang turun tangan.

"Mau menginap di sini?"

Lilly menautkan alis menatap Daddy. "All of a sudden?" Lilly menghela napas lalu menjawab. "Of course ... no." Lilly berdiri dari duduknya, kembali menatap Daddy--hanya sebagai bentuk dari etiket. "Jika Anda masih mencintai Mommy, tolong lebih perhatikan Mommy lagi. Mommy sudah hidup sangat menderita karena harus membesarkan saya. Jadi--" Lilly mendadak mual. Ucapannya terhenti begitu saja.

Lilly; Her Past, Her Life, and Her Lover (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang