Kilas balik ke beberapa tahun yang lalu.
"Mom! I--"
"Kenapa baru pulang sekarang? Dari mana saja, Nona?"
"S-sorry, Madam. I ... I--"
"Apa Nona lupa saya dipekerjakan Nyonya untuk apa?!"
Lilly meremas kuat bagian bawah roknya yang terasa lembab.
Begitu suara Madam Tessa, pengasuhnya meninggi, Lilly langsung menunduk. Melihat sepatunya yang sedikit basah karena salju. Gawat! Madam Tessa pasti akan--
"Nona Lilly satu-satunya orang yang akan mewarisi harta kekayaan milik Nyonya. Bagiamana mungkin Nona yang bermartabat malah terlihat kacau seperti ini?"
Madam Tessa, wanita dengan perawakan tubuh yang kokoh itu menatap Lilly dengan tajam.
"Madam, can I ask something?" Meski merasa seolah nyawanya akan terenggut saat itu juga, Lilly tetap berusaha memberanikann bertanya pada Madam Tessa. "Where's my Mom? Mom--"
"Nona."
Lilly bergeming. Gadis itu menggigit bagian bawah bibirnya dengan kuat. Tanpa melihat bagaimana ekspresi Madam Tessa saat ini, Lilly dapat menduga hal apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Ke dapur. Sekarang."
Dengan langkah tergesa, Lilly beranjak menuju dapur.
Sepertinya hari ini pun, Mommy-nya harus mengurus pekerjaan yang seakan tak pernah reda.
Derap langkah kaki Madam Tessa yang baru saja kembali dari kamarnya, terdengar cukup jelas di telinga Lilly.
"Karena Nona sudah bersikap lancang, saya harus memberi pelajaran pada Nona."
Lilly menelan salivanya. Lebih dari apapun, Lilly berharap Mommy pulang sekarang juga. Bahkan jika bukan Mommy, siapa saja ... Lilly tidak masalah siapapun yang datang.
"Lepas pakaian Nona."
Sayangnya, harapan Lilly tidak pernah terkabul. Seiring bertambahnya usia, harapan Lilly yang sederhana itu pun mulai memudar. Hingga saat ini, meski sempat berharap, Lilly tidak terlalu kecewa. Karena dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Lilly amat mengetahui bahwa tidak akan ada seorang pun yang datang.
Mulai dari kacamata, tas, sepatu, kaos kaki, Lilly melepasnya dengan cepat. Sewaktu hendak menanggalkan rok dan kemejanya, Lilly memejamkan mata.
Punggungnya masih terasa sakit. Bahkan luka-luka yang ada di punggungnya pun belum sepenuhnya pulih. Jika Madam Tessa memberi pelajaran di tempat yang sama lagi, Lilly pasti tidak akan bisa tidur nyenyak malam ini.
Kini, hanya pakaian dalam saja yang tersisa di tubuh Lilly.
Sungguh, Lilly tidak ingin tahu terkait benda apa yang digunakan Madam Tessa saat memberi pelajaran untuknya.
Tubuh Lilly tersentak. Selain betisnya yang baru saja dipukul terasa sakit, kakinya juga ikut terasa lemas. Rasa sakit yang tertinggal di betis seakan menjalar ke seluruh bagian tubuhnya.
"M-Madam ... sorry ...." Lilly bergelimang air mata. Biasanya, Lilly akan menahan hingga beberapa kali pukulan. Namun kali ini, Lilly benar-benar tidak sanggup. Lilly taklagi sanggup menopang tubuh kurusnya yang entah mengapa malah terasa berat. Hingga pada akhirnya, Lilly tersungkur di lantai dingin itu.
"Kenapa meminta maaf?" Madam Tessa berlutut di hadapan Lilly yang jatuh tersungkur. "Nona harus memiliki harga diri yang tinggi. Jangan pernah meminta maaf dengan cara yang menyedihkan begini. Nona pasti mengerti maksud saya, 'kan?"
Lilly mengangguk dengan cepat. "Please ... let me go." Lilly membatin.
"Remember, this is all for you. Experience is the best teacher in life."
Mengenai kalimat itu, Lilly sudah mengingatnya dengan baik. Lilly cukup mengerti bahwa segala hal yang dilakukan Madam Tessa hanyalah untuk memberi pelajaran pada Lilly yang sudah lancang bertanya tentang Mommy-nya.
"Saya mengerti, Madam ...."
"No. Nona harus menggunakan kata ganti 'aku'. Status Nona jauh lebih tinggi dari saya. Jadi, jangan merendahkan diri di depan orang rendahan seperti saya. Ingat, Nona harus menjaga martabat Nona sebagai satu-satunya orang yang akan mewarisi segala harta milik Nyonya. Karena itu, Nona bisa sedikit lebih angkuh." Madam Tessa menyeka air mata yang membasahi pipi Lilly. Dengan tatapan yang hangat, ia kembali berujar, "Masuk ke kamar sekarang. Saya akan mengobati Nona setelah Nona mandi. Dan jangan lupa ...."
Dengan gerakan pelan, Lilly berusaha berdiri. Tanpa menoleh ke arah Madam Tessa, Lilly berkata, "Don't tell anyone. Even to my Mom."
Madam Tessa tersenyum puas. "Kenapa Nona tidak melihat ke arah saya? Nona tahu 'kan, berbicara tanpa menatap lawan bicara itu sangat tidak sopan."
Tubuh Lilly yang lemah tiba-tiba membeku. Bagaimana bisa Lilly lupa bahwa itu adalah peraturan paling penting yang tidak boleh dilewatkan oleh Lilly?
"Madam, I'm sorry!" seru Lilly. Sungguh, Lilly tidak ingin lagi merasakan sakit.
"Sudahlah. Pakai kembali pakaian Nona, dan langsung masuk ke kamar. Saya tidak ingin melihat Nyonya tambah lelah hanya karena kenakalan yang telah Nona perbuat."
"T-Thank you, Madam!"
Lilly memakai kembali kemeja dan roknya dengan buru-buru. Dan dengan buru-buru pula, Lilly memungut berbagai barang lainnya lalu berjalan ke kamar dengan langkah tertatih.
•••
Lilly paling tidak suka dengan musim dingin. Selain karena tumpukan salju yang selalu ada di depan pintu rumahnya, Lilly juga tidak suka karena suasana hati Madam Tessa sering tak menentu di musim itu.
Lilly sudah memperhatikan selama beberapa tahun belakangan ini. Di antara semua musim, Lilly akan lebih sering mendapat pelajaran menakutkan itu pada waktu musim dingin tiba. Mungkin karena cuacanya yang buruk, suasana hati Madam Tessa pun ikut memburuk.
Tubuh Lilly spontan terduduk sewaktu mendengar derap langkah kaki dari luar kamarnya. Mungkin ini terdengar sedikit aneh. Tapi, Lilly dapat membedakan dengan jelas perbedaan suara langkah kaki Madam Tessa dengan Mommy-nya. Dan derap langkah kaki yang didengar Lilly saat ini adalah milik Mommy.
Lilly ingin bangun dari kasur. Namun disaat itu pula, Lilly langsung sadar bahwa sulit bagi Lilly untuk berjalan. Setidaknya, Lilly butuh istirahat penuh malam ini. Dengan begitu, Lilly akan baik-baik saja besok, mungkin.
Meski sangat ingin berlari ke pelukan Mommy, Lilly memutuskan untuk merebahkan tubuhnya kembali ke kasur.
Besok, pagi-pagi sekali, Lilly akan bangun dan menyapa Mommy.
Padahal, Lilly tinggal serumah dengan Mommy. Bahkan kamar Mommy tepat di sebelah kamarnya. Tapi, mengapa kemungkinan untuk bertemu dengan Mommy jauh di bawah 30%.
Lilly tidak suka dengan keadaannya yang seperti ini. Lilly tidak suka dengan dirinya yang telah membuat Mommy kerepotan hanya dengan lahirnya Lilly ke dunia ini. Lilly juga tidak suka dengan pelajaran menakutkan yang selalu diberikan oleh Madam Tessa.
~
KAMU SEDANG MEMBACA
Lilly; Her Past, Her Life, and Her Lover (SELESAI)
RomanceMelarikan diri dari rumah, itu adalah satu-satunya tujuan Lilly untuk tetap bertahan hidup. Akan tetapi demi ketenangan hidupnya, Lilly harus pergi dengan izin dari mommy-nya. Dan syarat yang harus dipenuhi Lilly adalah menikah. Dengan pria pilihan...