"Anak-anak ingin bertemu dengan Nyonya dulu sebelum pergi. Sebenarnya, mereka terus menanyakan tentang Nyonya, karena itu saya pikir, mungkin lebih baik jika mereka bertemu dengan Nyonya dulu."
Lilly mengangguk beberapa kali usai mendengar penjelasan Ella. Lilly cukup menyadari bahwa kondisi anak-anak sekarang terlihat jauh lebih baik.
"Hazel sama Lila kelihatan ceria. Tapi kenapa Keira kelihatan agak murung?" Awalnya Lilly kira, mungkin saja itu karena perasaan tidak rela berpisah yang dirasakan oleh anak-anak pada umumnya. Tapi setelah memperhatikan selama beberapa saat, Keira masih terlihat sedikit murung. Bahkan pada saat ini pun, sewaktu Liam sedang sibuk-sibuknya membuat tingkah lucu demi menghibur mereka, Keira masih diam saja. "Isela."
"Ya, Nyonya."
Well, ketika diajak masuk oleh Liam tadi, Lilly cukup terkejut dengan keberadaan Isela. Sosok Isela yang dilihat Lilly waktu itu, terlihat sangat berbeda. Lilly bagai melihat dua orang yang lain.
Rambut Isela yang berwarna ash grey tersebut disanggul dengan rapi, Hanya dengan polesan makeup tipis, Isela memancarkan aura feminin. Mungkin karena berada di ruang bawah tanah yang cahayanya remang-remang, Lilly baru menyadari bahwa mata Isela tampak begitu indah. Tatapan Isela pun terlihat teduh, membuat siapapun pasti betah untuk berlama-lama bertatapan dengan Isela.
Tapi selain itu, Lilly sebenarnya sudah terlanjur nyaman dengan sosok Isela sebagai sesama penyintas dari ruang bawah tanah. Lilly, ingin diperlakukan sebagai teman oleh Isela. Tapi sekarang, lagi-lagi Lilly dipanggil nyonya.
"Kamu pasti tau kenapa Keira begitu, 'kan?"
Isela taklangsung menjawab. Ia berdeham beberapa kali. Yang mana hal itu malah membuat Isela mendapat teguran langsung dari Ella.
Tanpa kata-kata, Ella yang berdiri di belakang Lilly hanya menatap Isela dengan tajam.
"Ella, tanpa izin dariku, jangan mengancam siapapun," celetuk Lilly, yang menyadari perbuatan Ella melalui reaksi tubuh Isela. "Lagian, bukannya kamu bilang kalian seumuran? Jadi aku harap ke depannya kalian bisa akur."
"Baik, Nyonya."
Lilly kembali menoleh menatap Isela yang baru saja terintimidasi dengan keberadaan Ella.
"Sebenarnya, sebelum Madam Tessa mengadopsi Keira, Keira pernah dilecehkan oleh kepala panti asuhan," ujar Isela. Ia menggigit bibir, membayangkan rasa takut Keira yang seakan masa lalunya sendiri. "Mungkin karena itu--"
"Keira? Anak sekecil itu?!!" Lilly ... benar-benar kehabisan kata-kata. Spontan, Lilly berdiri dari duduknya. Napas Lilly mendadak terasa sesak sewaktu menyadari arti dibalik diamnya Keira saat ini.
"Sebelum--itu artinya ...." Ella menjatuhkan rahang. Menoleh ke arah Keira sebentar, lalu kembali menatap Isela. "Bukannya umur Keira sekarang masih 8 tahun?"
Tubuh Lilly mendadak terasa lemas. Lilly nyaris limbung jika saja Ella tidak siaga menahan Lilly.
Isela gelagapan, merasa bersalah karena jawaban darinya malah membuat kondisi Lilly memburuk. Padahal dari awal, Isela sudah bertekad untuk menunjukkan kesan baik pada Lilly, penyelamat Isela dari suramnya kehidupan ruang bawah tanah.
"M-maaf. Seharusnya saya--"
Lilly mengangkat tangannya, memberi isyarat pada Isela untuk berhenti sebentar. "Ella, antar aku ke kamarku," ucap Lilly. "Dan, Isela."
"Ya, Nyonya?"
"Kamu juga ikut."
•••
Setelah berbaring selama beberapa menit, Lilly merasa jauh lebih baik. Tapi tiap kali teringat dengan apa yang dikatakan Isela beberapa menit yang lalu, rasanya tidak benar jika Lilly hanya berbaring saja seperti sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lilly; Her Past, Her Life, and Her Lover (SELESAI)
RomanceMelarikan diri dari rumah, itu adalah satu-satunya tujuan Lilly untuk tetap bertahan hidup. Akan tetapi demi ketenangan hidupnya, Lilly harus pergi dengan izin dari mommy-nya. Dan syarat yang harus dipenuhi Lilly adalah menikah. Dengan pria pilihan...