『✙ Twisted Lies ✙』
Ana menatap layar ponselnya dengan tatapan ragu. Beberapa menit yang lalu saat ia sedang kebagian jam istirahat dari kerjaannya, ia mendapati pesan singkat dari orang asing yang mengajak ketemuan karena ingin menyewa jasa Ana sebagai pacar sewaan. Ana cukup ragu karena dari caranya mengetikkan pesan terlihat sekali seperti orang yang penting.
Apa gue terima aja, ya? Batin Ana bertanya-tanya.
Setelah menimbang-nimbang untuk waktu yang cukup lama, akhirnya Ana pun membalaskan pesan tersebut bahwa ia bersedia untuk diajak bertemu. Tak selang berapa lama orang tersebut mengirimkan lokasi dan juga jam berapa Ana harus menemuinya.
Wow. Nih orang lumayan cepet balas chat gue. Apa dia gabut, ya? Batin Ana cukup terhibur.
Waktu istirahatnya telah habis. Ana pun bersiap untuk kembali bekerja sampai sebuah keributan menarik perhatiannya. Terlihat dua orang pria dengan tubuh berotot masuk dan berteriak memanggil namanya. Karena tahu siapa orang-orang itu, Ana langsung mendekati mereka dan mengajak mereka untuk pergi ke tempat lain agar tak mengacau di tempat kerjanya.
Ketiganya tiba di samping gedung tempat Ana bekerja. Salah satu pria itu langsung menatap Ana dengan tatapan sinis. "Bayar utang bapak lo! Udah tau miskin, masih aja sok-sok main judi. Udah mah kalah lagi."
Ana menatap mereka dengan tatapan malas. "Kalo tau bapak gue miskin, kenapa pake diladenin pas judi? Harusnya kalian usir aja sekalian kalian pukulin," balasnya.
"Heh! Bapak lo tuh mungkin memang miskin, tapi lo ada duit. Selagi utang bapak lo numpuk di kita dan lo bisa didatangin buat ditagih, ya kita bakal tetep terima bapak lo yang pecundang itu!" ucap pria yang lain.
Ana berdecih kecil. "Memang ya otak orang tuh isinya duit aja. Enggak mikirin orang lain."
"Salah lo sendiri kenapa jadi anaknya tuh orang? Harusnya lo kalo enggak mau diganggu sama kita, ya jadi anak orang baik-baik. Bapak lo noh udah suka mabok, main judi suka kalah trus juga suka cari masalah sama orang-orang di tempat judi." Pria itu kembali menghina.
Ana menatap mereka dengan tatapan malas dan kemudian menyerahkan uang dua juta kepada mereka. Salah satu pria yang menerima uang itu langsung tersenyum senang begitu tangannya memegang uang seratus ribuan itu. Bahkan ia tak segan untuk mencium bau uang itu.
"Nah, gitu dong. Jadi anak yang berbakti. Bayar utang orang tua lo. Jangan pas gede enggak dijagain tuh bapak lo," ucap pria yang lain.
Ana mendelik tajam. "Pokoknya kalo bapak gue utang lagi atau main judi lagi, kalian tagih ke dia langsung. Jangan ke gue lagi. Kalo kalian datangin gue apalagi ke tempat gue kerja, gue bakal laporin ke polisi. Apalagi gue bisa laporin tempat judi kalian yang ilegal itu."
Kedua pria itu menatap Ana dengan tatapan sinis. Walau begitu, mereka tak membantah bahkan protes. Mereka hanya pergi meninggalkan Ana yang kini mengusap wajahnya dengan perasaan gusar.
Bohong kalau gadis itu tak takut. Ia sangat takut apalagi dua pria itu bertubuh besar dan ia hanyalah perempuan berusia 20 tahun yang tak melanjutkan kuliah setelah lulus SMA karena kelakuan ayahnya dan memaksanya untuk bekerja menghidupi dirinya beserta adik juga satu beban hidup yang sialnya adalah sang ayah.
"Tuhan, kenapa Mama yang kau ambil? Kenapa enggak tuh bajingan aja yang dimatiin duluan? Kalau Mama ada di sini, pasti sekarang semuanya enggak bakal begini," ucap Ana dengan nada lirih.
『✙ Twisted Lies ✙』
Ana menatap restoran yang ada di hadapannya dengan tatapan ragu. Usai jam kerjanya selesai, ia langsung pergi bersiap-siap untuk pergi menemui pria yang akan menyewa jasanya. Sebenarnya Ana sudah biasa jika diajak makan atau pergi ke tempat mewah karena biasanya memang pria yang menyewa dirinya sebagai pacar sewaan adalah pria-pria yang memiliki uang banyak. Bahkan beberapa dari mereka ada yang menyewa Ana karena memang mereka menyukai gadis itu dan memanfaatkan kebutuhan Ana terhadap uang untuk bisa menghabiskan waktu sebagai pacar walau hanya sebatas pura-pura.
"Udahlah. Penting dibayar dan bisa bayar duit sekolahnya Clara." Ana memantapkan hatinya dan berjalan masuk. Begitu tiba dia langsung ditanyai reservasi atas nama siapa dan dia hanya menunjukkan nomor pria yang mengirimkan alamat tadi kepada pelayan restoran tersebut yang mana langsung dibimbing ke sebuah ruangan VVIP.
Begitu Ana masuk, ia sudah membayangkan akan mendapati pria dewasa dengan penampilan mapan. Nyatanya ia malah mendapati seorang pemuda dengan pakaian seragam SMA yang dipadukan dengan jaket kulit berwarna hitam.
Anjir! Anak SMA cuk! Batin Ana tak percaya.
"Silakan, Nona." Suara pelayan restoran mengalihkan perhatian Ana dan juga pemuda SMA itu.
Ana mendatarkan tatapannya dan kemudian duduk di depan pemuda itu. Ana menatap pemuda itu dengan tatapan menilai yang mana membuat pemuda itu—Saga merasa risih.
"Biasa aja natapnya," tegur Saga dengan nada ketus.
Ana menautkan alisnya dan kemudian bertanya, "berapa umur lo?"
Saga membalas dengan tatapan tersinggung. "Ngapain nanyain umur? Kepo banget lo."
"Ya wajarlah gue nanya umur. Bisa aja lo cuma iseng trus mau nyewa gue jadi pacar, tapi malah enggak bisa bayar dari tarif minimum gue. Bisa rugi gue jadinya," ucap Ana tak kalah ketus.
Saga menyeringai dan kemudian melemparkan amplop berwarna coklat yang lumayan tebal kepada Ana. Gadis itu menangkapnya dan membuka amplop tersebut. Ia tercengang begitu mendapati banyak lembar uang berwarna merah di sana. Ia langsung menatap Saga dengan tatapan curiga.
"Ini bukan nyolong, 'kan?" tanya Ana dengan tatapan menyelidik.
"Heh. Gue? Nyolong? Coba aja lo searching ke google nama gue. Givano Sagara. Anak tunggal Nyonya Masayu dan Tuan Bagaskara. Seorang designer ternama dan juga seorang pemimpin perusahaan real estate terbesar di kota. Uang 20 juta itu tuh kayak uang jajan gue seminggu doang," jawab Saga dengan nada sombong.
Dih, sombong banget jadi orang. Batin Ana kesal. Nyatanya ia tak menyuarakan kekesalannya karena itu artinya pemuda di depannya ini sumber uang baginya. Ana harus bisa bersikap profesional.
"Jadi, tujuan lo mau nyewa jasa gue buat apa?" tanya Ana terus terang.
"Jadi pacar gue selama seminggu dan ketemu nyokap sama bokap gue. Yakinin mereka kita pacaran dan setelah itu gue bakal kasih lo bayaran dua kali lipat dari yang lo pegang sekarang," jawab Saga.
"Ketemu orang tua lo?" tanya Ana. Baru kali ini ada yang menyewa jasanya dan memintanya bertemu dengan orang tuanya.
Saga mengembuskan napas berat. "Gue didesak punya pacar dan gue bukan tipe cowok yang suka tebar pesona ke semua cewek apalagi yang enggak setara sama gue. Jadi, tugas lo cukup nurut dan terima bayaran. Beres."
Ana tertawa geli. Astaga. Ia tak habis pikir dengan anak SMA di depannya ini. "Jadi, bocah kayak lo nyewa gue jadi pacar pura-pura?" ejeknya.
Saga yang mendengar ejekan itu tentu kesal. Sekali lagi ia mengingatkan kepada Ana. "Cukup pura-pura jadi pacar gue yang baik dan manis depan keluarga gue. Masalah uang, lo enggak perlu khawatir. Gue bakal bayar lebih."
Ana tersenyum tipis dan kemudian mengangkat gelas minuman di sampingnya dan tersenyum miring ke arah Saga. "Oke!" Dengan itu, Ana meminum minumannya dan kemudian melipat kedua tangannya di dada.
Saga yang melihat sikap sombong Ana pun hanya bisa berdecih kecil dan kemudian ikut meminum minumannya juga dengan gerakan kesal.
"Bocil, gue ingetin sama lo. Jasa gue tuh enggak main-main. Gue profesional dan gue harap lo bener-bener bayar dengan bayaran yang sesuai buat kinerja gue," ucap Ana dengan tiba-tiba.
Saga mendelik tajam. "Pastiin aja orang tua gue suka sama lo dan gue enggak bakal dijodohin ke anak-anak temennya lagi. Setelah itu gue bakal pastiin lo bisa mandi uang."
Ana tertawa kecil. Wah, dia menyukai pelanggannya kali ini.
『✙ Twisted Lies ✙』
『✙ Part 2
『✙ ditulis oleh girlRin
KAMU SEDANG MEMBACA
[03] Twisted Lies ✔
Teen FictionStory 03. [ Twisted Lies ] By : @girlRin @LindraVey ▪︎▪︎▪︎▪︎ Keterbatasan ekonomi membuat Ana tak melanjutkan sekolahnya setelah lulus dan memilih bekerja untuk mencukupi kehidupannya dan membiayai sekolah adiknya, Clara. Bekerja sebagai pacar sewaa...