『✙ Twisted Lies ✙』
Ana berangkat kerja seperti biasa ke klinik. Ia menuangkan susu hangat ke dalam gelas dan meminumnya sebelum berangkat kerja. Tak lama Clara datang dengan menenteng tas dan juga memegangi laptop. Sang adik berjalan mendekati meja makan dan menuangkan jus jeruk ke dalam gelas untuk diminum.
“Enggak sarapan dulu?” tanya Ana begitu sudah meminum habis susu hangat dalam gelas itu. Clara meletakkan gelas bekasnya ke meja makan dan menggeleng kecil. “Hari ini kelasnya dimajuin sama dosen, Kak. Harusnya sih selesai cepet kelasnya jadi kayaknya gue bakal makan di kantin kampus aja. Lo enggak makan juga, Kak?”
Ana menggeleng kecil dan menjawab, “mana pernah gue sarapan kalo berangkat kerja? Paling gue beli nasi kuning di perempatan deket klinik trus gue sarapan bareng sama anak-anak di klinik. Lo bawa uang enggak?”
Clara mengangguk. “Masih ada kok. Uang kemarin aja belum gue jajanin. Lagian siapa sih yang bisa ngabisin duit 200 ribu dalam sehari? Boros banget.”
“Saga bisa tuh ngabisin sampe 10 juta buat sehari. Entah buat belanja apaan tuh. Suka kesel gue liatnya. Belanja aneh-aneh kadang beli power bank padahal punya dia udah banyak. Beli headphone bahkan sebelum itu dia juga beli dua hari sebelumnya. Hobi banget deh ngabisin duit,” ucap Ana tanpa sadar mengomel.
Clara terkekeh kecil dan menjawab, “udah kayak bininya aja lo, Kak. Masalah pengeluaran aja sampe bisa bikin lo kesel. Udah cocok deh lo sama Saga. Siapa tau kalo nikah sama lo, dia jadi enggak boros lagi. Apa lagi Tante Masayu. Suka banget belanja macam-macam buat kita. Guenya enggak enak nerima, tapi kalo ditolak juga enggak tega. Serba salah, ya?”
Ana mengangguk dan kemudian mengusir Clara. “Katanya kelasnya dimajuin? Buruan gih. Udah pesen taksi, ’kan? Apa mau gue pesenin taksi?”
Clara menggeleng. “Enggak perlu. Gue bareng Tina. Dia udah nunggu di lobby katanya. Duluan, ya! Dah!”
Ana menggeleng kecil dan kemudian meletakkan gelas bekasnya dan milik Clara ke wastafel. “Nanti aja deh dicucinya. Abis balik kerja. Mending gue berangkat aja. Sekalian beli nasi kuning buat sarapan bareng anak-anak di klinik.”
『✙ Twisted Lies ✙』
Bagaskara dan Masayu menatap anaknya dengan tatapan kesal. Bagaimana tidak? Pagi ini, Saga sedikit pucat. Dari tadi pagi dia mengeluh sakit perut dan menolak diperiksa ke dokter. Masayu dan Bagaskara sebagai orang tua tentu saja khawatir, tapi anak mereka ini begitu keras kepala.
“Saga sayang, kita telpon dokter Bara aja deh. Suruh ke rumah, ya? Kamu pucet gitu lho. Sakit banget pasti perut kamu.” Masayu kembali mencoba merayu.
Saga menggelengkan kepalanya dan kemudian Masayu dengan penuh kehati-hatian meletakkan tangannya ke kening sang anak. Rasanya dingin padahal anaknya itu berkeringat.
“Kamu makan apa sih kemarin? Pasti ada salah makan.” Bagaskara bersuara.
“Kemarin kamu makan apa, sayang? Ada jajan aneh-aneh, ya?” tanya Masayu khawatir.
“Enggak ada, Ma. Cuma makan makanan yang Mama bungkusin buat aku sama Ana aja kemarin di apartemen Ana. Trus makannya juga bareng Galuh sama Delon trus Clara juga. Enggak makan apa-apa lagi kok,” jawab Saga dengan sedikit meringis. Ia tak henti-hentinya memegangi perutnya yang masih sakit.
“Kamu yakin?” tanya Masayu. Saga mengangguk.
Bagaskara yang tak sanggup lagi melihat anaknya kesakitan pun langsung menelepon dokter pribadi mereka dan memintanya untuk datang ke rumah. Bagaskara juga mengirimkan pesan singkat kepada kepala sekolah Saga yang mengatakan bahwa Saga sedang sakit dan tak bisa masuk hari ini.
“Bara bakal dateng ke sini buat meriksa kamu.” Bagaskara bersuara.
“Ugh, Pa ... ngapain nelpon om Bara sih? Minum air hangat juga pasti bakal mendingan kok,” ucap Saga.
“Kamu jarang sakit dan sekali sakit malah minta minum air hangat aja? Kamu jangan main-main sama kesehatan kamu, Saga.” Bagaskara menegur.
Melihat Saga yang akan membalas ucapan sang Ayah, Masayu langsung menegurnya. “Udah. Jangan ngelawan Papa kamu. Mending kita tunggu dokter Bara dateng dan periksa kamu. Oke?”
Saga mengerang kecil dan memejamkan matanya mencoba menahan rasa sakit pada perutnya. Ia ingat kalau semalam saat Ana dan Clara tidur, Saga dan kedua temannya menonton bola di ruang tamu Ana. Galuh memesan makanan dan minuman dari aplikasi dan ketika datang Saga sempat mencicipi satu makanan. Hanya satu potong dan setelah itu perutnya terasa tak nyaman makanya Saga langsung pamit pulang. Delon dan Galuh yang melihat Saga pamit juga ikutan pamit. Tak bagus jika mereka tetap tinggal apalagi Ana dan Clara sudah pergi tidur.
Apa gue ada alergi sama salah satu bahan makanan itu, ya? Batin Saga bertanya-tanya.
『✙ Twisted Lies ✙』
Ana menatap ponselnya dengan tatapan ragu. Hari ini tumben sekali Saga tak mengirimkan pesan apapun padanya. Biasanya selalu ada Saga menanyakan jam berapa Ana pergi bekerja atau kapan ia akan pulang, tapi hari ini tak ada satupun pesan masuk.
“Kenapa lo, An?” tanya Reyna padanya.
“Eh, gapapa kok. Masih kekenyangan aja. Enak banget ternyata sarapan pake gado-gado,” jawab Ana mencoba mengalihkan pembicaraan.
Reyna menatapnya ragu. “Yakin lo? Muka lo kayak sedih gitu. Kalo enak harusnya muka lo seneng dong.”
“Yakin kok. Gue lagi mikirin hal yang ngeselin aja.” Ana menjawab.
“Nah, kan! Ayo, cerita. Apaan?” tanya Reyna penuh semangat.
“Enggak ada apa-apa kok, Rey. Beneran deh!”
“Ih, cerita dong. Ayo. Gue kepo nih. Apa jangan-jangan yang bikin kesel tuh cowok lo, ya?” Wajah Ana langsung mengeras begitu mendengar tebakan Reyna.
“Nah! Kayaknya tebakan gue bener. Ayo, cerita dong.” Reyna berucap.
Ana pun mengembuskan napas berat dan berkata, “Saga enggak ada ngehubungin gue hari ini. Biasanya dia ngirim pesan tanya kapan gue berangkat atau kapan gue pulang. Hari ini enggak ada.”
“Oh, ya? Mungkin dia masih tidur kali.” Reyna memberikan tebakannya.
“Mana mungkin. Dia kudu sekolah hari ini.” Ana menjawab.
“Lho? Dia masih sekolah? Lo Macarin berondong?” tanya Reyna tak percaya.
“Masih kelas 3 SMA dia. Beda dua taun doang kok. Setahun lebih muda dari Clara.” Ana menjawab.
“Gila. Gue kira lebih tua atau enggak sepantaran sama lo. Soalnya dia waktu ke sini bawa mobil dan pake penampilan keren gitu kayak orang dewasa. Enggak taunya anak SMA. Wah, kenapa anak SMA sekarang kayak enggak sesuai umur, ya? Gue merasa bocil kali deket-deket mereka. Keliatan lebih tinggi mereka daripada gue. Bahkan cowok lo aja tinggi menjulang gitu daripada lo.” Reyna menjelaskan.
Ana terkekeh kecil. “Mungkin emang genetik kali. Orang tua dia juga tinggi-tinggi. Apalagi keluarga dia. Pada titan semua.”
Reyna menautkan alisnya heran. “Pernah ketemu keluarga dia?” tanyanya. Ana mengangguk.
Reyna menutup mulutnya pertanda ia syok. “Gila. Udah ketemu keluarga aja. Fiks sih, kayaknya bakal langgeng sampe pelaminan. Mana emaknya sayang bener sama lo. Waktu itu sampe beliin anak-anak klinik makanan. Padahal dia pertama kali datengin tempat lo kerja ini.”
Ana tiba-tiba saja merasa sedih. Apalagi hubungannya dengan Saga hanya diawali dari kepura-puraan. Ia merasa bersalah bagaimana jika nanti Masayu merasa kecewa padanya? Ana merasa seperti orang jahat sekarang.
『✙ Twisted Lies ✙』
『✙ Part 28
『✙ ditulis oleh girlRin
KAMU SEDANG MEMBACA
[03] Twisted Lies ✔
Novela JuvenilStory 03. [ Twisted Lies ] By : @girlRin @LindraVey ▪︎▪︎▪︎▪︎ Keterbatasan ekonomi membuat Ana tak melanjutkan sekolahnya setelah lulus dan memilih bekerja untuk mencukupi kehidupannya dan membiayai sekolah adiknya, Clara. Bekerja sebagai pacar sewaa...