『✙ Twisted Lies ✙』
Saat ini Ana dan Clara sudah pulang dan memilih meletakkan belanjaan mereka di lantai karena mereka kelelahan. "Kak, mau minum enggak?" tawar Clara.
Ana mengangguk. "Boleh deh. Air es, ya? Seger soalnya," ucapnya. Clara mengangguk dan berjalan menuju dapur.
Ana mengembuskan napas panjang dan kemudian mengambil ponselnya. Ia mengirimkan pesan kepada Saga yang mengatakan kalau ia baru saja selesai menemani Masayu berbelanja.
✉️
Saga
Iya.Ana menatap balasan dari pemuda itu dengan tatapan kesal. Bisa-bisanya pemuda itu malah hanya membalas pesannya dengan begitu singkat? Apakah ia tak bisa bersikap manis sedikit supaya sandiwara mereka ini terlihat begitu nyata? Bagaimana kalau Masayu malah mengecek ponselnya Saga dan mendapati room chat mereka malah begini? Rasanya Ana malah berkirim pesan dengan tukang galon daripada pacar.
"Wah, katanya enggak ada uang. Eh malah dipakai belanja."
Ana menoleh dan mendapati sosok Ayahnya menatap ke arahnya dengan tatapan sinis. "Bagus, ya. Uang malah dihamburkan begitu aja. Dasar anak enggak tau diuntung!"
"Ini gue dapatin dengan kerja keras gue sendiri. Enggak ada salahnya gue bahagiain diri gue sendiri. Emang situ? Kerjanya ngabisin uang anaknya. Kerja juga enggak!" balas Ana.
Hendra menatap anaknya dengan tatapan tajam. "Berani ngejawab balik, ha?!"
"Siapa yang takut?! Uang ini gue cari pake keringat gue sendiri. Gue yang bayar sekolahnya Clara. Gue yang bayar biaya air sama listrik rumah ini. Gue yang beli bahan-bahan makanan di rumah. Gue! Gue! Anda kerjanya apa selain mabuk sama judi, ha?!" balas Ana sambil berdiri. Ia bahkan tak segan menunjuk ke arah Hendra.
Clara di sisi lain malah bersembunyi di balik tembok. Ia takut menengahi mereka. Apalagi terkadang Hendra bisa begitu mudahnya mengangkat tangannya untuk menampar anaknya. Clara pernah ditampar dan itu membuatnya takut berhadapan dengan sang Ayah.
"KAMU! DASAR ANAK ENGGAK TAU DIRI!"
PLAK!!
Nah! Hendra menampar pipi Ana hingga wajah gadis itu tertoleh ke samping. Jejak kemerahan di pipi Ana menjadi bukti betapa kerasnya tamparan itu. Clara menutup mulutnya dengan syok.
"Ha! Segini doang?! Tampar lagi! Tampar! TAMPAR!" bentak Ana. Ia bahkan memegangi tangan Hendra dan mengarahkannya ke pipinya.
Pria itu cekat kaget dan segera menarik tangannya. Ia menatap Ana dengan tatapan tajam dan kemudian membentaknya, "anak sampah! Sama kayak ibu kamu!"
"Bangsat! Jangan sebut Ibu kayak gitu!" Ana geram. Ia bahkan melemparkan sepatunya ke arah Hendra hingga mengenai kening pria itu.
Hendra jelas marah. Ia menjambak rambut Ana dan membuat gadis itu menjerit kesakitan. Clara yang melihat itu langsung keluar dari persembunyiannya dan mendorong Hendra menjauhi Ana.
Hendra menatap Clara dengan tatapan tajam. "Beraninya! Sini kamu! Anak nakal!" bentak Hendra ingin menghampiri Clara. Ana yang melihat itu langsung berdiri di depan Clara dan mendorong Hendra hingga pria itu terjatuh ke lantai.
"Berani sentuh adek gue, lo bakal berakhir di penjara! Seumur hidup lo." Ana berucap dengan nada serius.
Hendra berdecih kesal. "Lima juta!" ucapnya tanpa malu.
Ana menatapnya tajam. "Lo kalo mau uang tuh kerja, goblok! Jangan minta mulu sama anak lo. Malu sama gelar lo sebagai Ayah! Lo tuh kepala keluarga! Bukannya beban keluarga!"
"Bacot! Kasih aja enggak usah banyak alasan. Kalian belanja banyak begitu, pasti ada uang!" balas Hendra tak mau kalah.
Ana mengerang kesal dan kemudian mengambil tasnya. Ia melemparkan beberapa lembar uang kepada Hendra yang pastinya lebih dari satu juta. Sebelum bertemu dengan Masayu tadi, ia menarik uang tiga juga dari kartu yang diberikan oleh Saga dengan niatan untuk membelikan Clara beberapa baju dan juga skincare, tapi malah tak jadi karena Masayu bersikeras membelikan apapun yang mereka lihat tadi.
"Makan tuh uang!" ucap Ana.
Hendra ingin membalas, tapi menurutnya lebih penting uang-uang yang berhamburan di lantai daripada membalas ucapan kurang ajar anaknya itu. Bahkan setelah memastikan memungut semua uang itu, ia pun pergi tanpa mengucapkan satu patah kata.
Ana mengembuskan napas berat ketika Hendra sudah pergi. Ia berbalik dan mendapati Clara yang menangis dalam diam. Ia langsung memeluk adiknya dan membisikkan kata-kata penenang kepada Clara.
『✙ Twisted Lies ✙』
Saga, di sisi lain sedang bermain game bersama Galuh juga Delon. Tadi, ketika Ana mengirimkan pesan kepadanya, ia hanya membalas dengan singkat. Toh, ia tak peduli apa yang dilakukan Ana dengan Ibunya di Mall tadi. Hal yang paling penting ia bisa tenang dari tuntutan 'kapan punya pacar?' dari kedua orang tuanya.
"Eh, gue laper nih. Delivery yok?" ucap Delon.
Galuh mengangguk setuju. "Pesen apa? Lo mau apaan, Ga?" tanya Delon sambil membuka ponselnya mencari menu-menu makanan.
"Samain aja," jawab Saga.
"Gue pengen ayam goreng, Lon!" ucap Galuh.
"Ayam goreng mulu. Kayak Ipin aja lo!" ejek Delon.
"Wlee, biarin!"
Saga menggeleng kecil dan menatap ponselnya. Pesan singkatnya hanya dibaca oleh Ana. Ya, apa yang diharapkan oleh Saga? Ana membalas dengan mengomelinya karena membalas pesan singkat seperti itu?
Saat termenung, tiba-tiba saja Masayu mengirimkan pesan kepadanya. Wanita itu mengirimkan sebuah foto kepada Saga. Karena penasaran, ia pun membuka foto yang dikirimkan oleh sang Ibu. Pemuda itu tercekat saat melihat foto apa itu.
Masayu mengirimkan foto Ana yang tersenyum ke arah kamera dengan balutan baju-baju cantik yang mungkin tadinya dicoba oleh Ana di salah satu toko baju di Mall ketika ia pergi dengan Masayu. Jujur saja, Saga merasa Ana begitu cantik dalam foto itu. Rasanya seperti ia melihat seorang bidadari.
Astaga. Gue mikir apa sih?! Batin Saga. Ia menggelengkan kepalanya mencoba mengenyahkan pikirannya.
"Wih, cantik amat."
"Iya, njirrr. Cantik, cuk!"
Saga menoleh dan mendapati Galuh serta Delon mengintip layar ponselnya. Pemuda itu langsung mematikan ponselnya dan menatap tajam keduanya.
"Ngapain sih? Kepo amat!" ucap Saga dengan nada ketus.
"Weh, bagi dikit dong. Cantik bener tuh pacar sewaan. Yakin kagak bakal naksir beneran?" ejek Delon.
Saga berdecak kecil. "Yakin. Gosah halu lo."
"Kalo gitu, abis lo udah selesai sama dia. Kabarin, bro. Gue mau nyoba macarin dia. Cantik, cuy!" ucap Galuh. Tanpa sadar Saga menatapnya tajam seolah tak menyukai ucapan Galuh.
"Biasa aja natapnya, bro. Tajam amat tuh mata. Cemburu lo?" ejek Delon. Galuh yang mendengar itu langsung tertawa terbahak-bahak. "Anjay! Saga naksir pacar sewaannya, cuy!" ucapnya.
"Sembarangan lo berdua! Enggak, ya!" tolak Saga.
"Halah, mulut doang bilang enggak. Hati sih bilangnya iya. Ngaku deh. Kesel pasti 'kan pas Galuh ngomong gitu? Ngaku aja, ma bro!" ucap Delon.
Saga menatap mereka kesal dan kemudian bangkit berdiri. "Bacot lo berdua. Gue balik duluan!" ucapnya.
"Yah, pundung anaknya!" ejek Delon. Saga menoleh dan mengacungkan jari tengahnya ke arah Delon. "Weee, kelazzz!" ucap Galuh.
『✙ Twisted Lies ✙』
『✙ Part 9
『✙ ditulis oleh girlRin
KAMU SEDANG MEMBACA
[03] Twisted Lies ✔
Novela JuvenilStory 03. [ Twisted Lies ] By : @girlRin @LindraVey ▪︎▪︎▪︎▪︎ Keterbatasan ekonomi membuat Ana tak melanjutkan sekolahnya setelah lulus dan memilih bekerja untuk mencukupi kehidupannya dan membiayai sekolah adiknya, Clara. Bekerja sebagai pacar sewaa...