chapter 12

4 0 0
                                    

Rafka menyesap kopi hangat yang ia pesan dimini market tempatnya ia bertemu dengan Vi. Ia duduk ditempat berbentuk bar menghadap jendela. Harapnya ia bisa bertemu lagi dengan Vi, walaupun kemungkinan sangat kecil karna bisa saja Vi tidak akan memilih mini market ini lagi untuk membeli sesuatu.
Saat pertama kali kembali Rafka bertemu Vi, Rafka menghubungi Nal. Dirinya bercerita bahwa mereka bertemu di mini market saat ingin membeli makanan. Nal sempat membisu, Rafka pikir mungkin Nal akan segera menyuruh Vi untuk pindah tempat tinggal atau apalah... pokoknya agar Vi tidak bertemu dengan Rafka, tapi ternyata Nal berkata jika memang ada takdir yang bisa mempertemukan Rafka dan Vi lagi. Nal tidak akan ikut campur tapi Rafka tetap harus memegang janjinya untuk menjaga Vi dan kejadian - kejadian buruk tidak menimpa Vi lagi.

Mendengar kata seperti itu dari Nal jujur membuat hati Rafka sedikit tercekit, iya.. bisa dibilang Rafka gagal menjaga Vi hingga Vi sampai diperkaos. Rafka merasa seperti sudah menghancurkan hidup orang lain hanya untuk memperbaiki hidupnya.
Lalu matanya terbelalak kaget, melihat sosok yang ia cari - cari selama berminggu - minggu. Vi gadis itu terlihat di sebrang jalan, ia memasuki sebuah toko buku. Dengan cepat Rafka menenggak habis kopinya, dan jalan dengan sedikit perlahan menyebrangi jalan menuju gedung toko buku yang berada di sebrang mini market.
Langkah kakinya terlihat sedikit di pelankan agar tidak membuat rusuh suara, mencegah Vi kembali kabur darinya. Dalam pikirnya ia seperti sedang ingin menculik seorang gadis sampai- sampai harus mengawasi berhari - hari.
Didalam toko terlihat Vi yang sedang menoleh ke kanan dan kekiri melihat - lihat buku yang tertata rapi di rak buku. Di atas rak buku terlihat papan bertuliskan jenis - jenis buku. Dengan perlahan nan hati - hati Rafka mengikuti langkah kaki Vi, yang melangkah ke lt 2. Vi sendiri terlihat larut dalam dunianya melihat buku - buku tersebut. Wajahnya sangat ceria sumringah. Berada di tempat ini, entah apa yang di pikirkan Vi namun Rafka.. hmm.. juga larut dalam lamunannya memandangi gadis yang dari beberapa bulan lalu ia ingin temui. Larut dalam pesona adiwarnanya hingga membuat senandika berbicara mungkinkah Rafka mempunyai rasa yang tak bisa dia ungkapkan dengan kata ? Atau ini hanya rasa kasihan semata ? Entah sejak kapan Rafka selalu susah tidur memikarkan Vi, gadis itu sedang memfokuskan pandanganya pada satu rak, jari jemarinya menari di atas punggung- punggung buku, memilah, kadang berhenti namun enggan menarik buku itu dari barisannya. Sedikit membukuk dan menyipitkan mata, wajahnya agak terhalang rambutnya yang kini sudah mulai terurai panjang, pantas juga berambut panjang. Senyuman tanpa sadar terukir di wajah Rafka, yang paling ia tidak sadari adalah langkahnya. Membuat jarak diantara Vi nyaris tidak ada, ia sudah berada di samping Vi menatap Vi lekat - lekat. Jantungnya berdegup kencang, sedetik kemudian Vi menoleh ke arahnya. Keduanya tertegun diikuti dengan tersentaknya Vi yang secara spontan melompat hingga membuat sedikit jarak di antara mereka.

Vi terlihat sangat terkejut dari ekspresinya, ia hampir saja terjatuh melihat Rafka yang sudah berada di sampingnya, dengan tatapan yang sangat tajam dan seulas senyuman tipis terukir di wajahnya. Sejak kapan ? Sejak kapan pria itu ada disana. Dalam pikirnya ia harus lari.. lari bersembunyi pergi.. namun. Matanya beralih ke lenganya yang sudah di genggam erat oleh Rafka. Genggamanya kuat membuat Vi agak sulit melepaskan diri.
"Jangan lari", katanya seraya menarik tangan Vi hingga tubuh Vi terhuyung mendekat ke arah Rafka. Tatapanya makin melekat, jarak di antara mereka hanya beberapa jengkal saja. Nafas Rafka pun terasa bertemu dengan nafas Vi. Namun.. wajah Rafka tampak mengernyit saat Vi menginjak kakinya dengan begitu semangat. "Awh.."keluhnya namun Rafka tetap tidak melepaskan genggaman tangan Vi.
"Lepasin gak ?" Katanya
"Gak", tegasnya, masih kesakitan sehabis di injak dengan kekuatan dashyat yang dikumpulkan oleh Vi.
"Aku teriak kalo kamu gak mau ngelepasin", katanya sambil melihat sekitar. Dimana orang- orang sudah memperhatikan gerak - gerik mereka. Tatapan yang menyelidik mengarah ke Rafka, yang sepertinya mereka agak terusik karna rintihan Rafka yang dinjak kakinya.
Tatapan Rafka makin tajam, wajahnya sangat serius Vi agak takut saat melihatnya. Namun Rafka justru malah makin menarik tubuhnya mendekat denganya. ",teriak aja", tantang Rafka.
    Mendengar perkataan itu dari Rafka tidak mengurungkan niat Vi untuk kabur darinya. Vi teriak dengan sekuat tenaga meminta pertolongan dari orang sekitar. Lalu beberapa laki - laki berlari ke arahnya dan menarik Rafka hingga genggamam tanganya pun terlepas. Melihat genggaman tangan itu terlepas Vi berniat untuk lari. Namun matanya terbelalak saat melihat Rafka tanpa perlawanan sedikit pun di hujani pukulan dari orang- orang yang menyeretnya secara paksa karna teriakan Vi.

IN TIME :  HallucinationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang