Chapter 2

16 3 0
                                    

Suara gelas menggelinding keluar, melewati beberapa anak tangga, tangguhnya gelas itu tidak pecah, bukanya gelas itu rentan. ",hei tunggu",

Beberapa kali Ia hampir terjatuh hanya karna mengejar sebuah gelas, kakinya terlihat ada beberapa luka kecil, tapi tak masalah luka itu bisa cepat sembuh jika di beri kasih sayang. Dan ungkapan itu benar, bukan wacana yang drama.

",gua gak ada waktu buat ngeladenin kalian", katanya dengan nada geram.

Gelas itu lalu berhenti, dan melambung melayang di udara. Vi menatap gelas itu sedikit takut, namun Ia harus berani karna ini tempat tinggalnya. ",cepat kembalikan ke tempatnya", seru Vi.

Dengan cepat gelas itu meluncur ke hadapanya, nyaris mengenai dahinya. jika Ia tidak dengan sigap menjauh.

",thanks", kata Vi sambil masuk ke dalam kamarnya.

Saat menutup pintu kamarnya, gelas itu terlempar ke arah kamarnya mengenai pintunya. Terdengar bunyi serpihan kaca. Ya makhluk itu menggodanya.

Vi bisa melihat hal yang tidak dapat dilihat orang lain, entah kemampuan ini sebenernya tidak menakutkan hanya membuat jantungnya tidak sehat saja. Bagaimana tidak? terkadang ada mahkluk di sudut kamarnya dengan postur tinggi, mulut terbuka hampir menutupi badanya, dan hanya menatap ke arah Vi. Jujur itu menakutkan, siapa yang tidak takut melihat mulutnya? Bisa menyedot atau malah memakan dirinya mungkin. tapi jika Vi takut dan memejamkan matanya, mungkin mata kananya akan di congkel oleh makhluk itu.

Dan itu memang benar akan terjadi, maka dari itu Vi selalu menatap makhluk yang sering menggodanya, karna setelah Vi menatap mereka, mereka langsung pergi ketakutan. Entahlah ada apa dengan mata kananya, sepupunya pernah bercerita bahwa Vi itu spesIal, Ia bisa melakukan hal yang tidak bisa lakukan manusia biasa, salah satunya tentu membuat takut para makhluk.

Ada satu kejadian, yang lumayan lama. Saat itu hujan deras, angin dan gemuruh petir mengiringi. Beberapa atap rumah Vi pun sempat hampir bertebangan. Entah muncul dari mana, Vi bertemu dengan sosok mahluk yang lumayan menyeramkan. Ia punya badan besar, sebesar rumahnya. Untunglah atap rumahnya tidak bocor karna makhluk itu. Makhluk itu mempunyai mata besar, taring tajam di setiap sisi mulutnya. Awalnya Vi ingin lari terbirit-birit melihat makhluk itu. Namun Ia tak mau jika makhluk itu menjadikan rumah Vi sebagai kerajaanya. Dengan keberanian sedikit dan ketakutan yang besar Vi menatap mata makhluk itu.

Kejutanya makhluk itu tidak takut seperti makhluk lainya, justru Ia semakin mendekat kan diri ke wajah Vi.

",Kau punya mata indah, harusnya ku congkel. Agar makhluk lain tunduk kepadaku",katanya dengan tangan mengepal di udara.

Dengan kaki dan tangan gemetaran juga wajah yang pucat Vi bergerak mundur perlahan untuk menjaga jarak dengan makhluk seram di hadapanya.

",kenapa Cuma Kamu yang gak pergi melihat mata ku ?",tanya Vi

Mendengar pertanyaan Vi, makhluk itu tertawa dengan kencang sampai jendela dan lampu rumah Vi berunyi seperti ingin pecah. Semoga para tetangganya sedang tidur terlelap, dan suara retakan kaca tertutupi oleh lebatnya hujan dan petir yang menyambar-nyambar.

",Aku memang tidak takut, tapi Aku tidak bisa melukai mu. Aku hanya bisa menuruti kemamuan mu. Mungkin akan ada banyak makhluk lain yang akan mencoba mencongkel mata mu, saat Kau lemah", jelasnya

",lemah?",

",dan jika Kau mati, Aku akan memiliki bola mata itu", lanjutnya

Makhluk itu lalu menoleh ke arah kelinci kecil berbulu hitam lebat, dengan kombinasi bulu putih yang melingkar pada lehernya.

",jika hewan itu tidak menjadi penjaga mu", katanya sambil menunjuk kelinci perliharaan Vi.

Semenjak kejadian itu Vi pun juga tidak habis pikir dengan yang di maksud makhluk mengerikan itu, badan sebesar itu takut dengan kelinci imut. Dan jika membahas kejadian aneh, memang banyak sekali kejadian aneh. Saat Vi sakit Ia selalu melihat bayangan hewan bertubuh besar, seperti hewan buas. Taring dan giginya sangat banyak dan tajam, di punggungnya terdapat banyak duri. Hewan itu berbulu hitam. Vi khawatir jika kelincinya di mangsa oleh hewan itu.

IN TIME :  HallucinationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang