Chapter 1

39 4 2
                                    


"iya sempurna", katanya, tanganya seraya merapikan semua sisi. kotak itu terlihat lebih indah karna di balut kertas berwarna hitam doff. Matanya berbinar-binar membayangkan sesuatu dipikirinya,

",aku senang", tuturnya seraya tersenyum entah pada siapa. Ia melihat arlojinya, sambil melangkah pergi. Tangan kananya membawa kotak, dan tangan kirinya mencoba memasukan sebuah kunci kedalam lubang. Terdengar suara kecil yang menandakan pintu terkunci. Ia mendorong bahunya ke pintu beberapa kali dengan tenaga lumayan, untuk menguji apa benar pintu itu sudah terkunci? Yap, tak bisa terbuka lagi.

Kakinya langsung berlari seperti sudah tidak sabar menuju tuan si pemilik kotak, wajahnya berseri, seolah melambangkan ini hari istimewa, tapi tidak dengan jantungnya. Degupnya sungguh tidak teratur, tanganya berkeringat. Hey apa ini penyakit ? tapi sepertinya bukan, tapi sungguh tidak sehat, harusnya jantungnya berdegub biasa saja, sehingga tanganya tidak mengeluarkan keringat berlebih, untung tidak menimbulkan bau, mungkin itu sebabnya tidak ada deodorant untuk telapak tangan.

Ia berhenti, matanya melihat situasi, dan menangkap seseorang dari luar jendela. Sedikit menghela nafas, jantungnya semakin berirama tidak karuan. Di jendela itu terlihat, tidak hanya satu orang, tapi dua. Astaga! Entah kenapa langkah kakinya yang semula ringan mendadak jadi berat. ",Vi", teriak seseorang

"bukan manggil gua kan ? apa iya langsung liat ?", Ia bergumam, sambil mencoba mengendalikan diri. Kakinya mencoba memutar arah, leher dan wajahnya menjadi sangat kaku. Mencoba memalingkah wajah.

",hei Vi ",

Ia tersentak kecil, karna sebuah tepukan pelan jatuh di pundaknya, ia menoleh sambil melontarkan senyum getir.

",kenapa ngeliatin aja ? nyari Rafka kan ?", ujar Nal

",keliatan ya dari tadi?", katanya.

Nal mengangguk, dan meilirik kotak yang berada di tangan Vi, ", buat Rafka?",katanya.

Vi menyembunyikan kotak itu di belakang tubuhnya, ia hanya mengangggukan kepalanya, lalu tertunduk malu.

Nal mengulurkan tanganya ",di dalam ada lora, mungkin bakal panas. Pegang aja",

Vi menoleh ke arah jendela tersebut, memang hanya terlihat sosok yang ia ingin temui, tapi tidak mungkin Nal berbohong. Tanpa pikir panjang Vi menerima uluran tangan dari Nal. Tapi kemudian ada yang aneh. Entah angin dari arah mana, Vi tak sanggup membuat matanya terjaga, kepalanya mendadak pusing, matanya terpejam beberapa saat, entah ada apa dengan dirinya, padahal ia merasa tubuhnya sehat hari ini. Tapi kenapa semuanya serasa membuatnya sulit bernafas.

***

Beberapa kali membetulkan posisi duduk sambil berdecak lidah, sofa bulat seperti ini harusnya nyaman untuk bermalas-malasan.

",hai", ujar lora seraya mencium pipi Rafka. Rafka lalu memegang tangan lora menyuruhnya duduk disampingnya.

",dari mana aja?",

Lora menyandarkan kepalanya di bahu Rafka seraya menatap lembut wajah Rafka

",aku ada urusan di kantor papa, baru buka hp tadi,", jawab lora.

Tangan Rafka mengusap lembut kepala lora ",yaudah yang penting udah disini",

",Nal mana?",tanya lora

",lagi di belakang bantuin Keyra",jawab Rafka.

",yaudah aku nyusulin mereka dulu ya", kata lora sambil pergi.

Rafka melanjutkan membaca bukunya, ia harus memenuhi target hari ini agar bisa memulai buku yang baru. Karna waktunya yang tidak memungkinkan bisa membaca buku dengan santai, untungnya saat ini ia sedang berada dirumah sepupunya, jadi bisa lebih santai ketimbang berada dirumah.

IN TIME :  HallucinationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang