Chapter 3

14 4 0
                                    

",biar gua jaga Vi",

Rafka menaikan alisnya, tidak ada ekspresi yang berubah lagi dari wajah Nal. Ia justru memandang lekat - lekat ke Rafka, sorot matanya seperti menunjukan jika apa yang ia ucapkan barusan, Itu adalah kesungguhan yang ada didalam dirinya.

",lo suka sama Vi?

Nal tertawa kecil. ",Apa yang salah? Dia Wanita tulen ",

Mulut Rafka sedikit terbuka, di ikuti dengan helaan nafas. Rafka tak berkata apapun ia hanya menyeringai ke arah lawan bicaranya.

",gua gak ada niat buruk, lagi pula gua kebanyakan di tinggalin bukan pergi ninggalin",

Rafka mendengus, lalu kembali menatap Nal. ",terserah lo aja",

***

Sekarang Vi sedang bersama Rafka di toko buku langgananya, mereka memang pergi bersama. Tapi saat ini mereka terpisah, Vi sedang melihat kebagian novel. Sedangkan Rafka, entah dimana dia.

Mereka tak sadar berpisah, awalnya memang Rafka pamit ingin melihat ke bagian buku musik, tapi Vi belum memastikan apa Rafka masih di sana atau ketempat lain.

Sejujurnya Vi ingin pergi sendirian awalnya, tapi Rafka menawarkan diri, terlebih katanya agar terlihat seperti pasangan.

Tanganya sudah memegang beberapa buku yang ingin ia beli, sebagian karena tertarik pada judul atau cover bukunya, sebagian karna harus melanjutkan cerita yang terpotong, dan sisanya untuk kegiatan kampus.

Kakinya melangkah menuju antrean ya agak panjang, pandanganya teralih mencari sosok yang bersamanya tadi, kemana laki-laki itu pergi? Sampai Vi selesai memilih buku pun tak kunjung kembali. Vi sedikit menghela nafas, bukan karna Rafka yang tak ia lihat. Tapi beberapa buku yang di bawanya membuat tanganya pegal.

Dan tanpa sengaja matanya melihat sosok lain, bukan kah ini matahari belum terbenam? Kenapa makhluk itu sudah muncul. Tak sengaja mereka bertatapan, sial... pasti sebentar lagi makhluk itu akan mendekat diri padanya.

Yup tanpa menunggu waktu lama, ia sudah berhadapan dengan makhluk itu, wajahnya putih pucat. Bibirnya hitam dan lebar. Vi hanya membuang pandanganya. Tak mau menatap makhluk itu lagi. Tapi sayang, makhluk itu malah penasaran, dan memutar kepalanya mengikuti pandangan Vi.

Vi memejamkan matanya, diikuti dengan helaan nafas yang kasar. Ia lalu membuka matanya, dan menatap lekat-lekat makhluk astral di hadapanya.

Makhluk itu menyeringai, dengan tatapan menakutkan. Tapi sesaat kemudian, ekspresinya berubah takut. Bahkan ia menjerit, untunglah tidak ada yang bisa mendengar jeritan makhluk itu. Hanya dirinya saja, belum sempat makhluk itu pergi, ia sudah binasa menjadi abu.

Padahal Vi sudah menghindari tatapanya, tapi malah makhluk itu sendiri yang penasaran. Berarti bukan salah dirinya.

",kakak membunuh makhluk itu",

Hatinya mencelos mendengar perkataan itu, gawat siapa yang bisa melihat makhluk itu selain dirinya. Tubuhnya serasa kaku, tegang. Beberapa orang melihat ke arahnya dengan tatapan heran, namun untunglah mereka tidak terlalu menghiraukan. Perlahan ia menoleh ke sumber suara itu. Beberapa kali Vi mengerjapkan matanya, matanya tak percaya dengan apa yang ia lihat. Gadis kecil yang sedang menatapnya kagum.

Damn!.. apa yang harus ia lakukan sekarang, dimana orang tuanya? kenapa gadis kecil ini tidak di dampingi orang tua?

",dia menganggu ku",kata gadis kecil itu, sambil tersenyum simpul

Vi terdiam sejenak, mungkin kah gadis kecil ini di ganggu oleh makhluk yang barusaja Vi binasakan?. Terlihat antrian sudah mulai berkurang, tinggal beberapa langkah lagi ia harus ada di hadapan kasir untuk membawa semua bukunya

IN TIME :  HallucinationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang