Chapter 14

10 1 0
                                    

Rafka mengerjapkan matanya, tanganya memegang dahinya. Ia terasa sangat pusing, di depanya terdapat 2 buah mug saling berhadapann. Ia lalu menghela nafasnya panjang dan merebahkan tubuhnya di sofa. Matanya memandang langit - langit lalu tertawa kecil. Sial.. ternyata Vi membiusnya, gadis itu pasti sudah kabur entah kemana. Nal mungkin tau, namun dapat dipastikan Nal enggan memberitahu keberadaan Vi saat ini. Rafka masih tersenyum - senyum sendiri, ingatan terakhirnya sangat jelas... sebelum ia dibius dengan obat tidur. Dimana Vi membuatkan teh untuknya, Rafka sendiri sangat amat tidak curiga atau malah tidak terlintas dalam pikiranya Vi akan menaruh obat tidur pada minumanya. Apa yang Rafka rasakan pada minumanya malam itu sangat tidak ia rasakan. Mungkin kah efek dari berciuman? Tunggu.. yaa... sebelum meminum teh mereka berdua berciuman.. hm.. bahkan ciuman pun tidak bisa menahan Vi untuk pergi. Sebegitu inginya Vi untuk pergi. Rafka mendengus setelah pikiran melayang tak karuan memikirkan semuanya, jika dipikirkan lagi kenapa Rafka mencium Vi ? Padahal ia bukan tipe laki - laki nafsuan yang dikit - dikit berpikir ke arah sana. Tapi entah kenapa malam itu seperti terjadi begitu saja, ah... tak peduli apapun itu Rafka lalu bangkit dari posisi tidurnya, meraih dua gelas di meja. Ia lalu mencium salah satu gelas. Ya gelasnya sendiri, lagi - lagi ia tertawa kecil. Benar nyatanya, obat tidur itu berhasil membuat tak sadarkan diri. Ingka sedang tidak ada di apart, adiknya bilang tidak pulang malam ini karna ada praktik kelompok. Mungkin jika ada ingka, ingka akan ikut membujuk Vi atau malah.. mereka tidak berciuman.

***
Nal tertawa terbahak - bahak mendengar apa yang diceritakan oleh sahabat di depanya itu. Dengan tatapan jahil menatap ke Rafka bahkan tertawanya pun belum mereda
",bahkan ciuman dari pangeran yang di idam - idam kan gak membuat seorang Vi tetap tinggal.. malah membius si pangeran", kata Nal meledek.
Rafka mendengus dan menopangkan dagunya ke meja. ",dia segitu bencinya ya ?,"
",lu itu suka beneran ?,"
Rafka menatap Nal, lalu menghela nafas panjang
",kalo gak suka terus langsung nyium. namanya pelecehan juga",tambah Nal lagi.
Rafka mengangkat kepalanya matanya menatap serius Nal, ",gua gak ada maksud kesana",
",kesana kemana ?",
",kesana",
",ciuman ? Atau mesum ? Atau . ", ucapan Nal tertahan. ",pelecahan Nal",potong Rafka.
",suka berarti ? ", tanya Nal penuh selidik sambil memajukan posisi duduknya lebih dekat ke Rafka.
",lu tau kan Vi dimana ?", tanya Rafka yang juga memajukan posisi duduknya agar berhadapan lebih dekat dengan Nal
",suka atau enggak?", tanya Nal sambil menaikan satu alisnya
",Nal ayolah",gerutu Rafka
Nal lalu tersenyum kecil ",iya gua tau dimana Vi tapi sebaiknya___",perkataanya terpotong oleh Rafka yang menirukan cara bicaranya dengan wajah meledek ",tapi sebaiknya lu gak tau dia dimana",Rafka mempraktikan bagaimana cara Nal berbicara.
",Raf bukan itu yang mau gua bilang, maksud gua sebaiknya lu cari tau orang - orang lora yang memperkaos Vi. Karna dia belum ketangkep polisi",
Mata Rafka terbelalak setelah mendengar apa yang di ucapkan oleh Nal. Ia benar - benar tidak mengetahui jika penjahat itu belum tertangkap. Selama ini setelah proses hukum berjalan untuk keluarga Lora, Rafka berpikir bahwa semuanya sudah tertangkap dan Vi aman. Tapi ternyata orang itu belum tertangkap.
",kan gua bilang Raf, lebih baik Vi disembunyiin. Sebenernya gua gak niat nyembunyiin Vi untuk lu, yang gua khawatirkan mereka.", kata Nal dengan tangan yang mengayun - ayun ke udara ",mereka belum sepenuhnya tertangkap Raf, gua khawatir mereka masih ngawasin lu. Who knows.. kedepanya gimana? Cuma belum ada yang bisa menjamin keselamatan lu ataupun Vi",tambah Nal sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. 

",Lora perempuan yang sangat bahaya Raf, lu paham itu bukan ?",lanjut Nal di akhiri dengan menghela nafas panjang.
Disana Rafka tampak tertegun mendengarkan Nal. Ia sama sekali tidak sensitif dengan hal yang sangat krusial sekali. Kenapa ia begitu santai dan bertingkah seperti anak kecil. Sebelumnya ia sempat kesal dengan Nal yang sangat tidak ingin dirinya dan Vi bertemu. Rafka sama sekali tidak terpikirkan ke arah sana. Ah.. bodohnya dirinya apasi.. kenapa malah Nal yang sangat sensitif dengan hal seperti ini padahalkan yang menbuat masalah dirinya sendiri. Tuk.. tuk.. tuk.. Nal mengetuk meja dengan tanganya, hingga membuyarkan lamunan Rafka.
",Raf jangan dipikirin sendiri, wajar lu gak sampe pikiranya kesana. Gua tau kehilangan Bunda bikin lu kurang sensitif untuk beberapa hal. Sorry sebelumnya gua jadi ikut campur tapi gua gak tega kalo Vi harus terlibat lagi", katanya.
Rafkan menganggukan kepalanya ",gua setuju.. setuju banget, hati gua hancur banget denger cerita semuanya dari lu Nal",
",dia gak ada keluarga Raf.. dia pasti akan sangat menuruti semua perintah lu. Karna lu laki - laki yang dia sayang banget. Untuk membius lu pun tujuannya bukan biar dia bisa lari dari lu", ujar Nal
Rafka mengernyitkan dahinya ",maksudnya ?",
Nal tersenyum hambar ",dia tau Raf..",kata Nal sedikit menahan perkataanya. Ekspresi wajah Nal agak berubah menjadi muram.
",tau apa Nal ?",kata Rafka yang semakin penasaran
",dia tau kalo orang jahat itu masih berkeliaran, dia tau. Kalo dia masih diikutin. Dia gak mau lu terlibat. Dia pikirin semua konsekuensi yang akan terjadi kalo Vi masih bareng lu",jelas Nal.
Rafka memejamkan matanya dan menghela nafasnya dalam - dalam. Astaga.. apa yang harus dilakukanya saat ini. Kenapa bisa ada orang yang mempunyai rasa sebesar itu sampai tidak terpikirkan keselamatan dirinya sendiri. Tangan rafka sedikit memijat dahi di pertengahan alisnya.
",Nal.. tolong jaga Vi",kata Rafka.
Nal dengan tatapan datar melihat ke arah sahabatnya itu mencoba menerka - nerka maksud dari perkataan Rafka.
",jaga dia dengan turutin apa yang dia butuhin dan apa yang dia mau. Tolong kasih tau gua dia ada dimana, gua gak akan samperin dia. Izinin gua jaga dia dari jauh. ", jelas Rafka sambil membuka matanya lalu menatap lekat - lekat Nal. Ekspresi Rafka sangat serius.
",Nal gua mohon.. gua gak bisa maafin diri gua sendiri kalo Vi kenapa - kenapa lagi",pinta Rafka.
Nal mengalihkan pandanganya ke arah luar jendela. Saat ini mereka tengah berada di ruang kerja Nal. Tidak... bukan dikantor, namun melainkan di rumah Nal. Nal lalu menoleh kembali ke Rafka dan menganggukan kepalanya.

IN TIME :  HallucinationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang