Bab3 - Kampus

695 61 2
                                    

Happy reading......


"Lama banget Lo, lumutan gue disini" sembur Irin melipat tangan.

"Ah, elah kaya ga tau Jakarta aja nih bocah" dengus Jennie.

"Eh-eh, kok Lo yang kesel. Seharusnya gue yang kesel bukan Lo pe'ak. Lo kalau udah tau Jakarta macet, pagian dikit kek udah tau Lo lamban kek keong"

"Lo ye, sekate-sekate" kata Jennie sambil mengambil ancang-ancang untuk memukul kepala bagian belakang temannya.

"Lo juga ngapain lama?" Tanya Irin penuh intimidasi.

"Ditolak abang-abang grab gue"

"Kakak Lo?" Tanya Irin sekali lagi.

"Tau sendiri, sibuk"

"Udah-udah ayo kelas. Gue gak mau ya dengerin sidosen killer itu ngoceh, yang ada telinga gue bisa kecabut" ujar Irin.

"Lo bawakan tugasnya? Awas aja Lo ga bawa gue gibeng Lo satu-satu."

"Iya-iya bawa nih" tunjuk Jennie kearah tasnya. Sementara Becky sudah berjalan menjauh dari dua orang gila itu.

🔺🔻🔺

Kini mereka berdua tengah dijemur ditengah lapangan outdoor bak ikan asin. Masing-masing dari mereka menggerutu tak jelas padahal didepan sana ada dosen yang mengawasi mereka berdua.

"Gue udah was-was anjir, eh Lo malah salah bawa tugasnya" dengus Irin menahan kekesalan. "Udah datengnya ngaret salah bawa pula"

"Heh! Jangan salahin gue semua dong. Gak fair banget jadi human" balas Jennie kesal. "Lo bagi tugasnya pas udah tengah malem, mana lagi gue udah tidur"

"Gak tau pokoknya itu salah Lo, titik gak pakai koma"

"Gak, gak ada. Itu salah Lo kali" balas Jennie tak mau kalah.

Kebetulan Becky tidak satu kelompok sama orang aneh kaya mereka jadi gak kena hukuman juga deh.

Hukuman itu baru berjalan tiga puluh menit, masih ada sepuluh menit lagi untuk mereka berdiri lebih lama. Hari semakin terik dan panasnya terasa menusuk hingga kedalam kulit.

Semilir angin berhembus kencang membuat mereka berdua merasakan hawa panas menyerangnya saat ini. Angin itu terasa sangat panas karena suhunya juga ikut naik.

"Duh sia-sia dong skincare gue, mana lagi mehong" gerutu Jennie sambil mengibas-ibaskan tangannya ke area wajah.

Irin yang berdiri tak jauh dari Jennie hanya memutar bola mata dengan malas. "Lo pikir Lo doang Jen. Gue juga kali!" Timpalnya kesal.

Tak terasa hukuman mereka berdua sudah selesai, akhirnya sang dosen killer pun memanggil mereka berdua. Menyuruh kedua orang itu masuk kelas.

🔺🔻🔺

"Capek banget gue sama dia, Bec" tunjuk Irin kearah jennie sambil menyeruput es teh manisnya hingga habis.

"Gue juga" sahut Jennie.

"Heh, jangan ikut-ikutan Lo. Gue nggak ngomong sama Lo" kata Irin menyadarkan seluruh tubuhnya ke Becky"

"Gue yang lebih capek woy. Lo berdua gak ada habis-habisnya gue liat"

"Sana Lo berat kek babi" dorong Becky kepada Irin agar tak menyadar-nyandar ketubuhnya yang kecil itu.

"Isshh, jahat betol. Huh" ucapnya ngedrama.

"Omong-omong Lo sama kak Lisa ngapain aja pas kita udah pulang" tanya Becky pada Jennie yang tengah menikmati esnya walaupun sudah habis.

"Gak ngapa-ngapain, palingan cuma ngobrol ringan doang. Gitu-gitu aja" balas Jennie seadanya.

"Alah, gue mah malah nggak percaya" ujar Irin penuh selidik.

"Bener, gue gak ngapa-ngapain ye anjr"

"Eleh, pas kak Lisa dateng Lo mah senyum-senyum gak jelas kayak orang jatuh cinta kali. Sebenernya gue tuh liat cuma agak rada bodo amat aja"

"Ngaku aja udah, Lo pasti tertarik. Iya kan?" Tanya Becky.

"Mana ada" elak Jennie berusaha menutupi.

"Buat gue aja dah kalau Lo gak tertarik" ujar Irin tiba-tiba.

"Heh! Gak bisa gitu ye bambang. Kak Noey Lo mau kemanain kalau Lo sama kak Lisa"

"Gak asik Lo, malah diingetin. Buat Becky aja dah dia kan lagi sendiri"

"Boleh juga tuh" balas Becky tengil, sengaja menggoda temannya. Keduanya memperhatikan tampang Jennie yang tampak memerah dikarenakan menahan kesal.

"Ambil, ambil. Gue sama kak Freen aja, dianya juga cakep banget mana lagi tatapannya lembut" balas Jennie menggoda Becky.

"Emang kak Freen mau sama Lo Jen?" Tanya Irin sambil meneliti tampang Jennie.

"Ya maulah" ujarnya dengan penuh percaya diri. "Ya...kali secantik dan sesexy gue ditolak kak Freen."

"Dih, mang bisa gitu ya?" Balasnya bergidik ngeri.

"Ya bisalah" dengusnya kesal. Sementara Becky hanya terkekeh geli.

🔺🔻🔺

Saat ini mereka bertiga berada ditengah pusat perbelanjaan ibukota, tepatnya di Plaza Senayan.

Sayup-sayup suara bising terdengar dari berbagi penjuru. Semua orang sibuk dengan aktivitas yang mereka lakukan tanpa sibuk mempedulikan orang lain.

Jennie dengan semangat empat lima menarik kedua temannya untuk masuk kedalam dan mengikutinya.

"Mau beli apa lagi sih, Jen" gerutu Irin kesal menahan kelelahan sejak tadi.

"Bentar doang kok, cuma mau beli Dior La Mousse sama beberapa printilan lainnya." Ujarnya terlihat antusias.

"Abis itu kita langsung makan deh ke restoran Jepang. Janji gue gak lama kok"

"Bentar pale Lo Jen, gue nggak percaya" gerutunya sekali lagi.

"Iyain aja udah, lama kalau Lo masih debat kayak gini." Akhirnya Becky kembali bersuara.

Gadis bermata kucing itu memang lama kalau sudah berbelanja seperti ini, pasalnya dia akan memilih-milih barang yang menurutnya lucu dan cocok meskipun barang-barang itu tidak diperlukan saat ini juga.

Gadis bermata kucing itu sangat mudah gelap mata ketika dia sudah memasuki beberapa store langganannya. Dia akan membeli semua barang-barang itu. Tak heran jika dirinya suka berlama-lamaan didalam sana.

"Sumpah deh kali ini beneran" kata Jennie mengangguk kedua jarinya hingga membentuk huruf V.

Tak lama kemudian, mereka sudah sampai dan berhenti didepan storenya milik brand Christian Dior. Jennie dengan semangat melangkahkan kakinya kedalam store tanpa sadar ia telah meninggalkan kedua temannya yang masih berjalan dibelakang.






TBC
Jangan lupa komen dan tekan gambar bintang yang ada dibawah pojok kiri alias vote

Forever (FreenBecky) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang