Bab7 - Hujan II

553 51 3
                                    

Happy reading......

Langit sore itu bergemuruh riuh menandakan sebentar lagi hujan akan turun. Suasana begitu riuh disertai langit hitam yang tampak mengkilat diatasnya.

Aku dan gadis kecilku berada didalam mobil, dengan segera aku menyuruhnya menggunakan seatbelt yang ada disampingnya. Selanjutnya nya aku memutar persneling itu dan menginjak pedal gas agar mobil bergerak.

Suasana begitu hening hanya ada suara rintik-rintik dari hujan yang mulai berjatuhan. Gadis itu bahkan sibuk memperhatikan bangunan-bangunan besar yang tampak diguyur habis-habisan oleh hujan.

Aroma khas tanah mulai tercium di indera penciuman gadis kecil itu, begitupun juga dengan Freen. Padahal jendela mobil itu tertutup dengan sangat rapat, tak meninggalkan sedikit pun cela untuk air masuk kedalamnya.

Aroma khas hujan yang disukai oleh sebagian orang itu tak kunjung hilang bahkan aromanya semakin menguat. Tak lama dari situ, Freen menghentikan mobilnya di rest area guna berjaga-jaga.

Nyanyian seseorang yang berasal dari playlist yang dimainkan itupun ikut teredam oleh hujan, suaranya terdengar begitu samar lalu mati dengan sendirinya. Hujan begitu lebat sehingga membuat sinyal hilang begitu saja.

Gadis kecil itu menatap cemas kearah Freen. "Kenapa? Takut?" Tanya freen akhirnya dan sedikit memundurkan kursinya kebelakang.

Gadis itu menggeleng cepat. "Bukan" katanya masih sama cemasnya, "mama.....mama akan khawatir ketika hujan turun kaya gini" katanya hampir menangis, hujan tak kunjung berhenti barangkali sejenak.

Tanganku terulur ke rambutnya mengelus-elus perlahan. "Tenang, semua akan baik-baik aja selagi kamu sama kakak." Kemudian aku mendekat dan memeluknya. "Maaf ya, gara-gara kakak kamu jadi ikut kejebak hujan juga deh"

Dia melepas pelukanku sesaat. "Bukan salah kakak, aku juga mau kok" balas nya tak terima lalu aku tersenyum dan dia ikut tersenyum juga.

Gadis kecil itu kembali melihat-lihat keluar jendela, jalanan tampak bersih dan juga sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang menerobos derasnya hujan sore itu.

Gadis itu melirik handphone milik Freen, tak mungkin gadis itu meminta untuk menelpon sang mama disaat kondisi seperti ini.

"Mau nelpon mama?" Tanya freen akhirnya, gadis kecil itu mengangguk sebagai jawaban. Tapi Freen malah menggelengkan kepalanya pelan. "Sayangnya sinyal hilang begitu saja saat hujan turun dengan deras" katanya membuat gadis kecil itu murung dan kembali menatap keluar jendela.

Freen mencoba mengajak Becky ngobrol agar gadis kecil itu tidak bosan dengan kondisi pelik saat ini. "Tadi sama Anin ngapain aja?" Tanya Freen penasaran.

"Cuma main doang" ujarnya seadanya.

"Yakin? Sebenarnya aku denger juga sih kalian ngapain aja" katanya masih menatap Becky yang kini ikut menatapnya juga.

"Pasti Anin mengolok-olok aku. Iya kan?" Telak Freen yang langsung dihadiahi oleh anggukan semangat dari Becky.

"Parah banget sih kalian" dengusnya pura-pura kesal, "untung akunya ga tidur cuma pejamin mata doang"

"Aku gak ikut-ikutan ngolok kakak ya, cuma Anin doang" katanya seraya cekikikan. "Tapi kamu ikut ketawa juga jangan kira aku gak denger" timpal Freen lagi.

"Tapi Anin bilang kakak gak pernah feminim malah sebaliknya, tapi kalau kakak udah mode cool kata Anin kakak ganteng banget" Katanya polos menatap Freen yang kini memerah dikarenakan salting dan juga malu.

"Ah, mana ada gitu. Anin aja yang nggak pernah liat aku feminim."

"Tapi, kalau dilihat-lihat kakak lebih ke maskulin sih"

Forever (FreenBecky) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang