Happy reading......Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa sudah hampir tiga bulan aku mengenalnya. Kami semakin dekat satu sama lain bak lem dan kertas-saling menempel.
Senyuman gadis kecil itu selalu muncul didalam benakku entah apa yang telah terjadi sebelumnya, tapi gadis kecil itu selalu berada didalam ingatanku, seperti coklat yang mulai mengeras membuatku stuck di satu tempat yang sama.
Jantungku berdebar kencang, beradu tak seirama, gadis kecil itu dengan berani-beraninya mengambil alih paksa perhatianku. Menempatkan dirinya pada satu titik sehingga aku terjebak dan terjatuh padanya sedalam mungkin.
Tak ku sangka aku akan sebegini nya. Rebecca Armstrong, ah nama itu membuat ku semakin menggila. Tersenyum-senyum sendiri seperti orang bodoh.
Hal tak biasa seperti ini tiba-tiba saja menyerang tubuhku. Otakku mengosong seiring berjalannya waktu.
Memang benar, jatuh cinta membuat sebagain orang menjadi aneh.
Ya, aku orang aneh itu.
Seringkali aku tertangkap basah, tersenyum-senyum sendiri bak orang gila, rasa itu tumbuh dengan cepat. Rasa itu juga kembali dengan orang yang berbeda, apakah aku akan jatuh cinta untuk kedua kalinya, setelah dengan-?
Rasa itu semakin membuncah, meledak-ledak didalam dada hingga ketengah perut. Sama seperti sebelumnya, tapi yang ini sepertinya jauh lebih banyak.
Mengingat banyak hal tentangnya, membuatku berpikir sejenak. Apakah gadis kecil itu straight atau sebaliknya?
Aku tidak terlalu begitu tahu, atau dia hanya menganggap ku sebagai kakak perempuannya. Kalau memang iya-
🔺🔻🔺
Hari ini jadwal untuk Freen pergi ke panti asuhan. Sesekali menjenguk anak-anak disana, sudah terhitung banyak hari ia tak bisa menyempatkan dirinya hanya sekedar melihat. Freen akhir-akhir ini terlalu sibuk.
Freen, wanita itu menghentikan mobilnya didepan supermarket guna membeli keperluan dan beberapa mainan untuk anak-anak yang ada disana. Membelinya sesuai kebutuhan panti. Tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit.
Saat Freen sudah selesai dengan berbagai belanjaannya, ia tidak sengaja melihat gadis kecil yang akhir-akhir ini dekat dengan dirinya. Gadis itu terlihat sedang menunggu seseorang untuk menjemputnya.
Freen berjalan mendekati Becky. "puk" satu tepukan di bahu yang lebih kecil membuat gadis itu tersentak lalu menoleh kebelakang.
"Eh, sorry. Nggak sengaja bikin kamu kaget" ujar Freen menahan tawa, ekspresi gadis didepannya benar-benar sangat konyol.
"Ngagetin aja, untung nggak punya riwayat jantung" dengusnya seraya mengelus dada. Sementara Freen tertawa melihat tingkah dari gadis itu.
"Nungguin siapa?" Tanya freen sambil mendudukkan dirinya di kursi.
"Kakak"
"Eh, aku?" Balas Freen yang kini menunjuk dirinya serta mengalihkan pandangan sepenuhnya pada gadis kecil itu.
Gadis kecil itu menggeleng cepat, terkekeh pelan, "bukan kakak, maksud aku kakakku" ujar Becky memberi tahu agar wanita dewasa itu tak salah paham. Freen hanya mengangguk-angguk, merasa sedikit malu atas kurang tanggapnya. Padahal dirinya sudah pede duluan.