Happy reading......
Sesampainya didepan kasir, Freen langsung menurunkan barang-barang belanjaannya keatas meja begitupun juga dengan Becky dan mama, mereka saling menurunkan belanjaan itu.
Sembari menunggu belanjaan yang tengah dipacking mereka mengobrol sebentar, hanya obrolan ringan semata. Tak menunggu begitu lama akhirnya belanjaan itu telah selesai tinggal membayarnya saja.
"Mau cash, debit atau kredit kak?" Tanya kasir itu kepada Freen.
"Debit aja kak" ujarnya sambil menyodorkan kartu berwarna hitam, Black card. "Belanjaan itu juga ya sekalian" tunjuk Freen menggunakan dagu, sang kasir hanya mengangguk mengiyakan.
Saat sang kasir menggesekkan kartu itu ke mesin EDC Freen segera memasukkan pin nya namun tertahan oleh sang mama. "Gak usah biar mama bayar sendiri aja" ujar mama menolak untuk dibayarkan.
"Gapapa tante, sekalian aja" balas Freen menoleh sebentar kepada mama lalu dengan cepat memasukkan pin nya.
Kasir itu segera mengembalikan kartu itu kepada miliknya. "Terima kasih sudah mau berbelanja disini" ujar kasir itu ramah sambil tersenyum, Freen hanya menganggukkan kepalanya dan juga membalas senyuman itu.
Akhirnya mereka pulang bersama, mama sempat memprotes saat Freen tidak mau uangnya diganti, wanita itu benar-benar keras kepala.
"Mana rekening kamu, sini mama ganti" ujar mama untuk yang kesekian kalinya.
"Nggak usah tante, Freen gapapa kok" balas Freen menolehkan kepalanya sebentar kesamping lalu kembali fokus pada jalanan yang tampak cukup padat itu.
"Tapi mama gak enak lho, udah pulang kamu anter kan mama bisa pulang bareng taxi"
"Ngapain nggak enak, kan lumayan hemat ongkos. Lagian freen juga yang mau" kata Freen akhirnya membuat mama menyerah, sementara Becky hanya menyimak obrolan dua wanita beda usia itu.
Lima belas juta bukan uang sedikit untuk kaum kelas menengah, maka dari itu mama berusaha membujuk Freen agar uangnya mau diganti, tetapi Freen menolaknya Dengan keras.
Apa-apaan mau diganti?
Tolong ingatkan Freen sekali lagi, yang dibawanya untuk pulang bersama bukanlah orang biasa melainkan istri dan anak dari konglomerat dengan nama belakang yang menyandang marga Armstrong, uang segitu bukanlah hal yang besar bagi mereka.
Freen bahkan rela membujuk mama agar mau pulang bersama dengan dirinya yang kebetulan satu jalan, Freen akan pulang ke apartemennya setelah ini.
Mama sempat menolak ajakan itu dengan alibi tidak mau merepotkan, namun Freen terlalu keras dan pada akhirnya wanita paruh baya itu menyetujuinya.
Freen sedikit menaikkan kecepatan saat melihat jalanan itu tidak padat lagi, tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat, mobil bergerak dengan kecepatan sedang. Freen tidak ingin mengambil resiko besar untuk mereka berdua karena itu dapat membahayakan keselamatan mereka termasuk dirinya sendiri.
🔺🔻🔺
Akhirnya mereka sampai dengan selamat, Freen segera turun dan membukakan pintu untuk sang mama. Itu pure dari sikap Freen. Freen pun meletakkan tangannya diatas kepala mama agar wanita paruh baya itu tidak terantuk ke pintu mobil.
Mama tersenyum dalam diam dengan perlakuan manis itu. "Makasih" ujar mama setelah turun dari dalam mobil. Freen mengangguk sebagai balasan.
Kemudian Freen berjalan dan membuka bagasi mobilnya, Freen mengambil kardus yang berisi belanjaan mama dengan sigap gadis itu membawakan belanjaan itu dengan sukarela.
"Gak usah, biar pak Tio aja yang bawa. Itu berat gak usah aneh-aneh deh" ujar mama tak habis pikir dengan gadis satu ini.
"Gak usah, ini gak terlalu berat biar Freen aja yang bawain" balas Freen lalu membawa dua kardus itu sekali jalan, sementara Becky disuruh oleh sang mama untuk membawa sisanya.
Mama pasrah dan membiarkan Freen membawanya, percuma saja dilarang gadis keras kepala itu tidak akan mendengarkannya.
Lagi pula Freen tidak merasa direpotkan.
Setelah selesai meletakkan kardus-kardus itu di dapur mama segera menyuruh gadis itu untuk duduk di kursi dekat meja makan, begitupun juga dengan Becky.
Malahan gadis kecilnya itu tampak kelelahan dengan keringat yang bercucuran di dahi. Freen segera mengambil tisu dan menyeka keringat itu, sang empunya tersentak dengan tindakan tiba-tiba dari Freen.
Lalu dengan cepat gadis kecil itu mengambil tisu dari tangan Freen, Freen membiarkan dan mengambil tisu baru lagi untuk menyeka keringat yang ada dileher gadis kecilnya.
"Capek?" Tanya freen menatap gadis yang duduk tepat disampingnya.
Becky menggeleng, "nggak terlalu, tapi lumayan" balasnya menyengir. "Kakak capek?" Tanyanya balik menatap Freen yang ada disebelahnya, sementara sang mama hanya menyimak obrolan ringan itu.
Freen menggeleng menandakan bahwa dirinya tidak capek dengan kegiatan sekecil itu. "Nggak"
"Kok nggak sih, kan barang bawaan kakak lebih berat daripada punya aku" protes gadis itu tampak menggemaskan.
Rasanya Freen ingin menculik gadis itu dan membawanya pulang, terlalu menggemaskan tidak baik untuk kesehatan jantung.
Setelah obrolan ringan itu berakhir, mama kembali dengan nampan yang berisikan es jeruk asli yang dibuatnya tadi, es itu tampak menggiurkan apalagi siang bolong begini.
Mama segera meletakkan es itu keatas meja bersamaan dengan nampan yang dibawanya tadi lalu menurunkan satu persatu dari gelas itu dan juga makanan ringan sebagai penunjang.
"Diminum dulu" kata mama seraya duduk didepan keduanya, mereka saling berhadapan satu sama lain.
"Makasih tante udah mau repot-repot" balas Freen lalu mengambil air itu dan meminumnya hingga tersisa setengah dari gelasnya.
Mama mengangguk sambil tersenyum, "Nggak usah buru-buru mau pulang makan siangnya disini aja ya" ajak mama menatap Freen yang sesekali menyeruput es jeruk nan segar itu.
"Gak usah deh tan, gak enak" tolak Freen halus.
"Gapapa, malahan mama lebih suka kamu makan disini daripada diluar. Mau ya?" Pujuk mama mencoba meluluhkan gadis yang ada didepannya.
Freen tampak menimbang-nimbang. "Alah gak usah kebanyakan mikir, mama merasa nggak direpotkan kok" ujar mama lagi, pada akhirnya Freen menerima ajakan itu.
"Makasih tante udah ajak Freen makan siang disini"
"Seharusnya mama yang bilang makasih sama kamu"
Janlup vote dan komen....
See you next chapter.....