"Siapa bilang aku suka kamu?" laki-laki bersuara berat itu masih berdiri di ujung lorong dengan dua tangan masuk ke saku.
"Lhoh, bukannya-" gadis di sisi lain dari lorong tampak menggantungkan kalimatnya. Sudah itu tak ada suara lain selain tarikan dan helaan napas panjang."Aku nggak kepikiran kamu tiap malam. Kamu juga tahu kalau aku jarang chat. Dan satu lagi, dengar nama kamu nggak bikin aku deg-degan kayak yang kebanyakan orang bilang."
"Stop! Kamu nggak perlu ngabsen seratus ciri-ciri orang 'nggak jatuh cinta', oke? I'm fine."
"Aku nggak cuma kepikiran kamu tiap malam, Ly, tapi setiap detik sepanjang hari. Kenapa aku jarang chat kamu? Sederhana, kita satu gedung apartemen. Aku tinggal ke balkon kalau tiba-tiba kangen kamu. Dan terakhir, dengar nama kamu nggak cukup buat bikin aku deg-degan, kecuali kalau di belakangnya ada namaku juga, Nona Cannavaro."
Sempat merasakan runtuhnya dunia beberapa saat yang lalu, gadis dengan kemeja putih itu menggunakan telapak tangannya untuk menutup mulut.
"Oke tahan tatapannya, and... cut!"
Suara tepuk tangan menggema dari balik layar monitor. Serly menghembuskan napasnya sebelum membungkukkan badan pada Afan dan berlalu dari tangkapan kamera.
"Omagah, kalian berdua keliatan profesional banget," seru Mala, dalang di balik berakhirnya Serly di gedung sekolah hingga selarut ini.
"Nggak salah gue pilih kalian," lanjut Mala sambil mengipas-ngipasi Serly yang tampak kegerahan."Are you crazy, huh? Gila aja lo tiba-tiba suruh gue jadi pemeran di film pendek lo."
"Buktinya lo mau."
Serly membuang muka lalu berjalan cepat menuju tempat ia meletakkan tas dan coat. Mala juga mengikutinya seolah pujiannya untuk Serly belum habis.
"Cause you're my bestie, Mal. Tapi tetep aja, gue nggak suka tiba-tiba dipasangin sama orang yang nggak gue kenal. Dan satu lagi, gue bukan artis."
"Kan tadi udah kenalan. Lagian akting lo ngalahin artis kok."
"You know what I mean."
Serly memakai coatnya dengan tergesa lalu memandang Mala dengan sorot kesal. Keduanya terdiam cukup lama sampai akhirnya Mala kembali buka suara.
"Please Ly ,gue sama Rakha udah klop banget sama kalian berdua. Bahkan gue sempet kaget begitu lihat chiemestry lo sama Afan tadi. Kalau emang kalian belum kenal seperti yang lo bilang tapi hasilnya udah sebagus tadi, gimana kalau kalian udah saling kenal? Ayolah Ly, cuma seminggu. Gue dan Rakha harus nyelesaiin proyek ini."
Serly kembali membuangkan pandangannya. Kali ini tumpukan majalah di meja membantunya berpikir. Sementara itu, Mala terus menunggu. Selain Serly dan Afan, ia tak mempunyai siapa pun. Mereka tidak sebaik Serly dan Afan ketika dicoba pada bagian yang sama.
"Oke. Seminggu."
"Serius?"
"Iyaaa."
"Makasih Ly" Mala memeluk Serly sambil jingkrak-jingkrak. Kelakuan sahabatnya menerbitkan senyum di bibir Serly.
Kebahagiaan Mala membuatnya dengan cepat melupakan kekesalan karena dijadikan pemeran dadakan dalam short movie garapan Shaquella yang berjudul Netha & Nathan.
"Oke, cukup untuk hari ini. Lo nggak dijemput cowok lo, kan?"
Serly menyipitkan matanya sampai hampir benar-benar menghilang, "Mal... Nggak usah ngeledek gue, deh."
"Siapa yang ngeledek? Orang gue mau nganterin lo."
"Siapa bilang gue mau dianterin?"
Mala menaikkan sebelah alisnya lalu tertawa.
"Kata-kata lo Alvaro banget ya."
"Hah? Nggak. Siapa bilang?"
"Nah, tu tu tuh!"
Serly gelagapan. Mala yang sebenarnya belum cukup puas lantas menggandeng lengan sahabatnya itu meninggalkan ruangan.
"Beneran nih nggak mau dianter gue? Atau gue suruh Afan anterin lo aja?"
"Mala, stop deh. You fooled me, again and again."
"Haha, ngerasa ya?"
Dua gadis yang baru menginjak usia 16 tahun itu berjalan menuju parkiran sekolah yang sepi. Pertanyaan Mala mengenai apakah Serly dijemput 'cowoknya' adalah sebuah pertanyaan retoris. Suatu ketidakmungkinan bagi kekasih Serly yang seorang aktor terkenal datang menjemput di jam-jam sibuk seperti ini.
Di sisi lain, Afan tengah menemani Rakha merapikan peralatan syuting bersama tim terbatasnya.
"Thanks udah mau bantuin gue sama Mala, bro."
"Asal nggak lebih dari seminggu aja. Lo tau, kan, gue harus balik ke Bali Selasa depan?"
"Iya, gue tau. Lagian apa yang mau lo khawatirin dari short movie berdurasi tujuh menit hm?"
"Haha, siap-siap."
"Oh ya sob, lo tau tokoh utama film Ru in Love?"
"Aktor yang lagi naik daun itu? Gue baru tau lo suka gosip."
"Sialan! Gue bukan mau ngegosip."
"Serly pacarnya," lanjut Rakha.
"Serly yang barusan?" Afan menggelengkan kepalanya lalu menengok ke bawah. Dari balkon tempatnya berdiri, ia bisa melihat dua gadis berjalan mendekati sebuah mobil avanza hitam.
"Kenapa? Nggak percaya temen cewek gue ternyata pacarnya aktor terkenal?"
"Iya, nggak percaya. Nggak percaya cewek kayak Serly punya cowok yang biasa aja."
"Anjay!"
Afan terkekeh, "Just kidding."
"Lo naksir Serly?"
"Gue rasa-," Afan menggantungkan perkataannya lalu menengok ke bawah sekali lagi, "enggak."
Dua laki-laki yang sama-sama memiliki mata minimalis itu tertawa sampai suara mereka mampu terdengar oleh Serly dan Mala dari bawah.
"Hei kalian!" teriak Mala seraya mendongak ke tempat kekasihnya berada.
"Pulang! Udah malem."
"Siap sayangg" timpal Rakha sambil melakukan gerak hormat.
Di saat yang sama, Serly tak sengaja bertemu pandang dengan Afan yang tengah mengunyah permen karet sambil menyandarkan sikunya ke pagar balkon. Serly tersenyum, lalu dibalas senyum pula oleh Afan.
"Ciee senyum-senyuman. Lama-lama naksir lhoh." Mala mencubit pipi Serly gemas sebelum menariknya masuk mobil sebab supir telah lama menunggu.
💤💤💤
Author's note:
Aku memutuskan buat nulis tentang Defan lagi setelah sekian lama karena aku bener bener benerrr kangen sama mereka.
So, cerita ini sebenernya iseng aku tulis dan buat dibaca sendiri. Tapi kalau kalian suka, silakan komentar supaya aku lanjut.
Eits, tunggu-tunggu! Di Wattpad, Defan Lovers masih banyak, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS
Romance"Nggak ada benar atau salah perihal mencintai. Tapi, kalau menurutmu kita memulainya dengan cara yang salah, ayo melanjutkannya dengan cara yang benar." Tak ada yang seindah jatuh cinta di usia remaja. Afan dan Serly merasakan keindahan itu bersama...