part 8

656 97 0
                                    

Karena punya kesibukan masing-masing sepulang sekolah, ditambah harus mengikuti ekskul, mereka 'berdelapan' baru bisa berkumpul di rumah Rakha malam harinya.

Tak ada agenda apapun. Mereka hanya berkumpul dan melakukan hal-hal yang ingin mereka lakukan. Gracia dan Vio telah memesan banyak makanan. Dari mulai makanan ringan, minuman, hingga makanan berat seperti nasi. Hari ini mereka akan berpesta dengan diiringi permainan alat musik oleh siapa saja.

Biarpun baru, Afan yang pandai bergaul cepat membaur dengan yang lain. Kini dirinya telah larut dalam permainan game online dengan Rayen selagi Eby memainkan gitar secara random.

Sementara itu, Mala selalu duduk di sebelah Serly sejak mereka datang. Ia ingin bertanya, namun belum menemukan momen yang tepat. Akan aneh jika tiba-tiba Mala mengajak Serly atau Afan berbicara berdua.

"Afann!"

Seorang anak kecil berlari dari pintu masuk dan menubruk Afan. Afan yang tengah memainkan game lantas meletakkan ponselnya dan balas memeluk anak itu. Afan mengacak-acak rambutnya seperti adik sendiri.

"Sekarang udah ketemu sama Afan, kan?" ujar Rakha, sedangkan yang lain hanya bisa menyaksikan momen gemas itu dengan terheran-heran. Tak menyangka jika Afan bisa lebih dekat dengan Niko daripada Rakha yang notabenenya sepupu sendiri.

"Niko kira akan ketemu Afan lagi kalau sudah besar," sepupu Rakha itu berujar dengan lugunya.

Afan tersenyum lalu mendudukkan Niko di pangkuannya, "Niko dari mana?" "Jalan-jalan sama mami ke mall. Niko beli mainan baru lho. Afan mau, kan, main sama Niko?"

Afan mengangguk tanpa berpikir panjang. Hal itu membuat Niko girang bukan main.

"Asik! Sama Kak Lili, ya?" sambung Niko begitu melihat Serly juga ada di sana.

"Nah lhoh, haha!" Gracia tertawa jahil.

Sesaat Afan dan Serly saling pandang sebelum akhirnya berpaling lagi. Afan rasa Serly tak akan nyaman berada di dekatnya setelah pertemuan di sekolah siang tadi.

"Niko main sama Afan aja, ya? Kak Serly nya capek baru dateng," bujuk Afan dengan sabarnya.

Niko tampak kecewa, namun ia cukup baik untuk diajak berkompromi. Niko mengangguk, turun dari pangkuan Afan, dan menggandeng laki-laki itu dengan niat mengajaknya ke ruang tengah.

"Kak Lili nggak capek kok," ujar Serly tiba-tiba, "ayo Niko!"

Serly beranjak dari sofa dan menghampiri Niko. Serly menggandeng tangan Niko yang lain sehingga bocah itu digandeng oleh Afan dan Serly.

"Yeayy!"

Niko mengajak Afan dan Serly ke ruang tengah. Ruangan yang lengang, namun lebih hangat. Desain lantai berwarna kayu dengan karpet persia berwarna coklat terang memberikan efek hangat pada ruangan itu. Ditambah sofa putih dan pencahayaan lampu warm white menambah kesan elegan rumah mewah Rakha.

"Afan dan Kak Lili tunggu di sini, ya? Niko mau ambil mainan Niko dulu."

Laki-laki kecil itu berlari ke ruangan lain tanpa menunggu persetujuan dari Serly maupun Afan. Momen awkward dimulai. Serly menghampiri sofa dan duduk dengan menyilakan kaki sementara Afan memilih duduk di karpet dengan menyandarkan punggungnya di sofa. Keduanya sama-sama membuka ponsel untuk mengusir sepi. Serly membuka instagram seperti biasa dan Afan bermain game offline.

Niko benar-benar tak sesebentar yang mereka kira. Entah apa yang ia lakukan di dalam sementara Serly mulai gelisah karena terjebak momen tak mengenakkan dengan Afan.

"Afan, Kak Lili," panggil Niko dengan kepala yang menyembul dari balik pintu, "kata Mami Niko harus makan dulu. Tunggu sebentar, ya? Jangan pergi."

Serly menaikkan alisnya terkejut, namun lekas menetralkan kembali ekspresinya dan mengangguk.

MELLIFLUOUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang