part 7

654 101 3
                                    

Anak-anak Arpegio tiba pada jam istirahat kedua. Kelas IPA 3 yang semula hening kini kembali berisik. Suara kursi di mana-mana. Sebagian ingin segera ke kantin mengisi perut. Sebagian lagi bertolak ke musola.

Gracia menepuk bahu Serly yang masih berkutat dengan soal matematika.

"Ly, Cia duluan yaa? Nanti kita ketemu di kantin. Vio juga belum selesai ngerjain kayaknya," ujar Gracia sembari melihat ke arah Serly.

Pandangan Gracia membuat Serly tersugesti untuk ikut menoleh. Bukannya memperhatikan Vio, atensi Serly justru tertuju pada Afan yang juga tengah menekuni soal. Serly menghela napas lalu mengangguk pada Gracia.

"Kalau gitu Cia pergi dulu, ya? Sampai ketemu di kantin."

Sementara itu, Eby dan Rayen yang sudah kelaparan tingkat akut memutuskan untuk menyudahi pekerjaan mereka sementara waktu.

"Fan, ikut ke kantin yok!" ajak Eby.

Afan mendongak lalu menjawab sambil menyimpan bukunya ke laci, "Duluan aja. Gue harus ke koperasi beli modul sama atribut."

"Mau kita anterin?" tawar Rayen yang direspon anggukan oleh Eby. Namun Afan menggeleng, "Kalian makan aja."

"Yakin nggak mau dianterin mereka, Fan? Emangnya udah tau letak koperasi di mana?" Vio ikut nimbrung.

"Tau. Tadi lewat."

"Ya udah, kita duluan ya."

Eby dan Rayen meninggalkan kelas. Ketika tiba di meja Serly, mereka juga mengajaknya, namun lagi-lagi mendapat penolakan.

Afan pun beranjak untuk membeli modul di koperasi. Dengan sengaja ia memilih jalan yang tak perlu melintasi meja Serly agar sampai di pintu keluar.

Serly yang melihat Afan sendirian tak ingin membuang kesempatan. Ia beranjak dan mengikuti Afan.

"Fan!" panggil Serly sambil terus berjalan mengikuti Afan.

"Afan!"

Serly yakin panggilan cukup keras untuk bisa didengar Afan, namun laki-laki itu tak kunjung menoleh. Seperti sengaja menulikan telinga dari suara Serly.

Tak ada pilihan lain. Serly mulai mempercepat langkahnya menjadi setengah berlari. Begitu tinggal beberapa langkah lagi, Serly meraih lengan Afan dan menahannya.

Berhasil. Afan berhenti.

"Fan?"

Dalam benak Serly sudah mengantre begitu banyak pertanyaan untuk diutarakan. Kapan Afan datang ke Jakarta, kenapa ia pindah ke Jakarta, kenapa ia memutuskan sekolah di Arpegio, dan kenapa ia seolah tak mengenali Serly. Kenapa ia mengabaikan Serly?

Afan menunggu dalam diam.

"Hai!"

Dari sekian banyak pertanyaan yang Serly lontarkan, hanya kata 'hai' yang berhasil keluar dari bibirnya.

"Apa kabar?" lanjut Serly.

Afan menarik napas panjang dan menghembuskannya lelah, "Baik, Ly. Aku harus ke koperasi. Kamu balik aja, oke?"

"Fan..." lirih Serly.

Tanpa memedulikan panggilan Serly, Afan kembali memutar badannya dan melangkah pergi.

Afan tidak langsung menuju koperasi setelah terlibat pertemuan singkat dengan Serly. Laki-laki itu masuk ke toilet untuk membasuh muka dan membiarkan rambut setengah gondrongnya berantakan selagi diacak-diacak.

Afan menatap pantulan dirinya di cermin. Sebenarnya ia tak ingin seperti ini. Afan tak tega. Ia tak bisa melihat Serly merasa bingung dan mencari-cari kesalahan yang bahkan tak pernah ia lakukan.

MELLIFLUOUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang