Hampir sepekan berlalu. Di saat Afan semakin terjebak pada pengaruh Serly, gadis itu justru sudah terlihat biasa saja. Tertawa dan bersenang-senang seolah Afan tak pernah ada. Seharusnya Afan ikut senang, namun dijauhi oleh Serly ketika gadis itu bahkan selalu berada di hadapannya, itu sama sekali tidak lucu.
Siang ini, seperti biasa mereka berdelapan makan semeja di kantin. Dan seperti hari-hari sebelumnya pula, Serly selalu memilih tempat duduk yang berjauhan dengan Afan.
"Akhir pekan mau ke mana nih?" tanya Eby. Meski pertanyaannya diajukan untuk semua, tetapi matanya mengarah pada Rakha. Hal itu lantaran Rakha selalu pandai dalam merencanakan liburan. Meskipun hanya menghabiskan waktu di studio musiknya atau nongkrong di kafe-kafe recommended.
"Gue belum kepikiran," timpal Rakha.
"Jadi Fan, setiap akhir minggu kita selalu ngumpul. Kadang keluar, tapi lebih sering ngumpul di studionya Rakha," terang Rayen pada Afan yang bahkan tidak meminta penjelasan. Afan hanya mengangguk ogah-ogahan. Semenjak Serly menjauh, Afan memang jadi lebih pendiam.
"By, cireng lo kayaknya enak," ujar Serly pada Eby yang tengah memakan cireng.
Afan tak bisa mengontrol ekor matanya untuk ikut melihat.
"Lo mau, Ly? Masih banyak, kok."
Eby mendorong piring berisi cirengnya kepada Serly. Alih-alih mengambil dan memakannya, Serly justru membuka mulut.
"Hah? Serius nih, Ly?" Eby kelabakan sesendiri sementara Serly langsung mengangguk di detik berikutnya.
"Duh, mimpi apa gue semalem?"
Eby memotong cirengnya dengan sendok lalu menyuapi Serly dengan garpu.
Ting
Di saat seharusnya antensi yang lain tertuju pada Eby dan Serly, Afan justru berulah dengan menjatuhkan sendok sehingga menjadi pusat perhatian.
"Sorry," ujar Afan sambil cengengesan, padahal hatinya nyaris mendidih.
Mala dan Rakha yang berada di balik sikap manja Serly pada Eby hanya bisa menahan tawa ketika melihat kelakuan Afan. Perasaan bisa disembunyikan, tapi cemburu tidak.
Vio yang tak tahu-menahu seperti Afan juga hanya diam sedari tadi. Larut dalam aktivitasnya memakan ice cream.
"By, pulang sekolah mau anterin gue ke toko buku nggak?" Serly kembali berulah.
"Ehem, ada apa nih?" tanya Gracia yang rasa ingin tahunya selalu tinggi.
"Apasih, Cia! Ngga ada," Serly berpura-pura salah tingkah.
"Gimana By, bisa, kan?" lanjut Serly.
"By, lo jadi temenin gue daftar basket, kan?" serobot Afan.
"Ah, iya. Gue udah janji nemenin Afan. Maaf ya, Ly."
Bukannya kecewa lantaran rencananya gagal, Serly justru senang karena Afan cepat bertindak sehingga Serly tak perlu ke toko buku bersama Eby.
"Yah, ya udah deh. Lain kali aja."
Serly tahu jika dirinya dan Mala sudah keterlaluan memanfaatkan Eby, bahkan tak memberi tahu Vio sebelumnya. Namun prank yang ditujukan pada Afan itu tak boleh diketahui oleh banyak orang.
"Gue balik ke kelas dulu," Afan beranjak dari kursi dengan ekspresi tak menyenangkan.
"Cowok kalau cemburu emang gitu, ya beb?" bisik Mala pada Rakha. Rakha hanya menanggapinya dengan kekehan.
"Kayaknya yang ini lebih baperan."
Mala ber-oh ria sambil mengikuti kepergian Afan dengan dengan pandangannya. Setelah itu, ia dan Serly berhighfive di bawah meja agar tak ada yang melihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS
Romance"Nggak ada benar atau salah perihal mencintai. Tapi, kalau menurutmu kita memulainya dengan cara yang salah, ayo melanjutkannya dengan cara yang benar." Tak ada yang seindah jatuh cinta di usia remaja. Afan dan Serly merasakan keindahan itu bersama...