Pagi ini, dengan seragam lengkap dan ketampanan paripurna, Afan duduk di atas motor sambil memeluk helmnya yang bertengger di atas tangki. Remaja yang beberapa tahun lalu itu kini menjelma menjadi 'cowok baik' kalau kata Serly. Ia semakin dewasa dengan rahang tegas dan jakun yang bisa membuat kaum hawa memekik seketika.
Kali ini Afan merangkap seragam marun-dongkernya dengan jaket bomber warna biru gelap. Ia tengah menunggu Serly di basement. Hari ini adalah hari pertama mereka berangkat bersama lagi setelah resmi berpacaran. Iya, berpacaran. Afan tak bosan untuk menegaskan bahwa mereka telah BER-PA-CA-RAN. Hari pertama pula setelah kaki Afan benar-benar pulih dan kembali bersekolah setelah dua minggu mendekam di apartemen.
Tak lama kemudian, gadis cantik yang dinantikan kehadirannya oleh Afan muncul dari balik jajaran mobil di basement. Serly berjalan anggun dengan senyum malu-malu dan rona di pipi yang jelas-jelas bukan efek blush on. Sekadar informasi, Serly tak pernah memakai make up ke sekolah meskipun hanya setipis make up Mala. Namun hal itu yang justru menjadi nilai plus bagi Afan. Serly punya kecantikan yang natural.
Afan menatap gadis itu dari ujung rambut sampai ujung kaki tanpa berkedip. Sial! Afan semakin jatuh cinta pada gadisnya. Percaya atau tidak, ini juga pertemuan pertama mereka setelah menjadi sepasang kekasih. Selama 14 hari lebih mereka hanya saling berkirim pesan dan sesekali muncul di balkon untuk melepas rindu. Lagipula Serly belum cukup berani jika harus datang ke apartemen Afan.
"Hei," tegur Serly sambil melambaikan tangannya di depan wajah Afan karena 'pacarnya' sama sekali tak berkedip.
"H-hai!" balas Afan gelagapan.
"Langsung berangkat, kan? Udah kesiangan," tutur Serly alih-alih menanyakan kabar atau menyinggung soal status baru mereka. Jujur, Serly juga gugup setengah mati jika memikirkan laki-laki tampan di hadapannya kini adalah pacarnya.
Afan mengangguk, "tasku lebih baik di depan atau di belakang? Di belakang aja, ya? Nggak keganggu, kan?"
Serly menggeleng. Keputusan laki-laki itu sudah tepat. la suka cara Afan berpikir. Jika bukan Afan, pasti ia akan mengambil kesempatan dengan mencangklek tas di depan lalu memboncengnya dengan kecepatan penuh agar Serly berpegangan. Afan memang berbeda. Ia istimewa.
"Ayo naik!" ujar Afan dengan suara kelewat lembut.
Sepasang kekasih itu melesat ke sekolah dengan kecepatan sedang. Afan dan Serly tak melupakan helm mereka. Afan juga sesering mungkin melirik spion sebagai bentuk kewaspadaan agar kejadian malam itu tak terulang lagi.
Sesampainya di parkiran Arpegio, Serly dan Afan langsung jadi pusat perhatian. Padahal sebelum itu mereka juga pulang-pergi bersama. Mungkin karena Afan tak lagi membawa mobil dan beralih menjadi pengemudi motor yang terlihat berkali-kali lipat lebih keren. Bisa jadi, kan?
Serly dan Afan meneruskan perjalanan dari parkiran melewati koridor sekolah yang mulai ramai. Mereka benar-benar tak melakukan apapun layaknya pasangan baru. Berjalan sambil bergandengan, misal. Keduanya justru tampak canggung dan malu-malu. Bahkan Afan membiarkan Serly berjalan lebih dulu dan mengawasinya dari belakang. Sesekali Afan terkekeh karena Serly melakukan gerak gerik aneh agar bisa meliriknya dibelakang.
"Aku di sini, Ly. Pacarmu nggak kemana-mana," celetuk Afan yang sudah kelewat gemas. Sebuah celetukan yang berhasil membuat seorang Serly memutar badannya dan menunggu Afan untuk kemudian berjalan bersama.
"Ih, nyebelin."
"Nyebelin-nyebelin gini, tapi cintanya kamu terima, kan?"
Blush
Pipi Serly menghangat. la tak menyangka akan se tersipu ini mendengar ucapan receh seorang Afan Cannavaro.
"Seelyyyyyy!" teriakan seorang gadis di ujung lorong membuat Afan melenguh kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS
Romance"Nggak ada benar atau salah perihal mencintai. Tapi, kalau menurutmu kita memulainya dengan cara yang salah, ayo melanjutkannya dengan cara yang benar." Tak ada yang seindah jatuh cinta di usia remaja. Afan dan Serly merasakan keindahan itu bersama...