Ketiga remaja tersebut baru dua jam semenjak tiba di Bali, Mala dan Rakha memutuskan untuk langsung keluar jalan-jalan. Mereka mengajak Serly sebab katanya Rakha juga akan mengajak seorang teman.
Ketiga remaja itu mengunjungi sebuah rumah makan yang berada tak jauh dari hotel. Sebelum berjalan-jalan, mereka akan mengisi perut terlebih dahulu dengan aneka menu yang tersedia.
Serly memesan seporsi besar ayam bakar, sementara Mala dan Rakha membeli yang lebih besar lagi untuk berdua. Meja mereka berada persis di samping pintu masuk sehingga Serly selalu menoleh ke pintu setiap kali lonceng berbunyi.
"Lo kenapa, sih? Perasaan noleh mulu ke pintu," tegur Mala.
Serly menggeleng dan kembali menikmati ayam bakarnya. Kali ini tanpa menghiraukan lagi setiap pengunjung yang datang.
"Woi Fan!"
Suara rakha membuat Serly tersedak. Gadis itu mendapati laki-laki dengan hoodie putih tengah bersalaman ala cowok dengan Rakha. Serly buru-buru meraih gelasnya dan meminum setengah dari jus jeruk yang semula belum ia sentuh.
"Hei, Rak, Mal!" Afan mengabsen orang-orang yang berada di meja satu-persatu, "Ly!"
"Hai Fan! Akhirnya dateng juga. Udah ditungguin dari tadi tau," cerocos Mala.
"Sama siapa?" tanya Afan seraya menarik kursi di sebelah Serly, karena memang hanya kursi itu yang tersisa.
"Noh baju biru. Nengok ke pintu mulu tiap detik."
Serly yang memakai baju biru merasa tersindir dan langsung melayangkan pembelaan, "Gimana nggak nengok? Orang gue ngadepnya ke pintu."
"Halah alibi."
"Baju biru? Btw baju gue juga biru," ujar Afan yang memang mengenakan baju dengan warna serupa. Mereka baru menyadari hal itu setelah Afan melepas hoodie putihnya.
Rakha lah yang pertama terkesima, "kok bisa gitu ya? Ini baju gue juga kembaran sama Mala, padahal nggak sengaja."
Mala menepuk-nepuk kepala Rakha, "ini namanya jodoh sayang. Kayak ikatan batin gitu deh."
"Berasa double date ya, kita," lanjut Mala seraya mengambil foto Serly dan Afan tanpa izin, "so cute."
Mala melakukan banyak hal tanpa memedulikan Serly yang sudah seperti kepiting rebus. Pipinya memerah lantaran hawa di sekitar tiba-tiba menjadi lebih panas.
"Ada apa nih tiba-tiba ajakin orang Bali jalan-jalan di kampung sendiri?" Afan membuka percakapan di antara mereka berempat.
"Supaya jadi tour guide lah. Apa lagi?" timpal Rakha.
"Lha kan udah ada sendiri guidenya."
"Yaa gue sama Mala sih nggak apa-apa pakai guide dari travel, tapi yang di sebelah lo tuh-" Rakha sengaja menggantungkan kalimatnya untuk melihat reaksi Serly.
"Gue lagi yang kena." runtuk Serly.
"Jadi Fan, kemarin ada yang bilang males pergi-pergi. Tapi begitu gue perginya ke Bali, dianya langsung girang gitu," Mala mengadu.
"Ih Malaaa... udah deh, gue pulang aja."
"Eh kok pulang? Kan udah sampai sini. Nanti aku tunjukin tempat-tempat bagus di Bali deh," ucap Afan sambil menatap perhatian pada Serly yang tengah mengerucutkan bibir.
"Nah itu, aku antusias ke Bali karena di sini tempat-tempatnya bagus."
"Aku pikir juga gitu. Emang kamu nangkepnya apa?" Afan bertanya, membuat Serly tergemap seketika.
"Afan, gue kasih tau ya. Yang Serly tangkap dari omongan gue itu ... dia antusias ke Bali karena ada lo di sini."
Detik itu juga kekehan keluar dari bibir tipis Afan. Matanya menjadi setipis sabit ketika tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS
Romance"Nggak ada benar atau salah perihal mencintai. Tapi, kalau menurutmu kita memulainya dengan cara yang salah, ayo melanjutkannya dengan cara yang benar." Tak ada yang seindah jatuh cinta di usia remaja. Afan dan Serly merasakan keindahan itu bersama...