Part 2

2.6K 128 9
                                    

PDF Hot Passion sudah ready ya. Harga aslinya 58rb. Promo 55rb cuma sampai besok. Lusa harga normal. Minat hubungi nomer saya

082216211114

Happy reading 🥰

____**____

Sebuah mobil sport warna merah berhenti di parkiran universitas ternama di ibukota. Di sana memang sudah berjejer mobil-mobil mewah lainnya namun yang warna merah memang yang paling terlihat mewah. Dari dalam mobil Ferrari keluaran terbaru itu, keluarlah seorang gadis cantik yang memakai kemeja pendek berwarna biru navy dengan bawahan celana jeans yang tampak modis meskipun sebenarnya sederhana.

Zelin berjalan sambil melepaskan kacamata hitamnya dan dua orang temannya langsung berlari ke arahnya begitu menyadari keberadaannya.

"Hai Zelin, kami sudah menunggumu dari tadi. Lima belas menit lagi kelas masuk, aku pikir kau bolos hari ini." Jena, salah satu dari dua orang teman Zelin itu menyapa Zelin sambil sibuk membenarkan rambutnya. Meskipun sudah rapi, ratu perfeksionis itu tampak selalu khawatir dengan penampilannya.

"Apa selama kita berteman kau pernah melihatku membolos?" Tanya Zelin tak acuh, Jena hanya membuka mulut sesukanya, perempuan itu lebih mendahulukan penampilan dari pada otaknya.

"Tidak pernah. Kau paling rajin. Aku pikir kau masih sibuk dengan sugar daddy-mu itu." Jawab Jena sekenanya sambil merapikan pakaiannya yang sebenarnya sudah rapi.

"Sembarangan. Dia masih muda menurutku. Umur hanya angka. Jangan panggil dia sugar daddy. Lagi pula, aku tidak butuh sugar daddy. Aku punya segalanya tanpa sebutan menjijikan itu." Sahut Zelin ketus dan Jena sama sekali tidak menghiraukannya. Wanita itu masih sibuk membenarkan dandanannya.

"Sudahlah, Ayo kita ke kelas. Jangan sampai terlambat hanya karena mengobrol tidak berguna di sini." Sasa menengahi, dari ketiganya, Sasa yang selalu bersikap dewasa dan menjadi penengah jika kedua temannya ribut. Mereka sudah berteman sejak SMA, dan masuk ke universitas dan jurusan yang sama. Jadi, persahabatan mereka sudah kental bak saudara kandung.

"Sebentar lagi. Aku belum merapikan kemejaku."

Zelin dan Sasa memutar bola matanya jengah. Mereka berjalan tanpa mempedulikan Jena yang sibuk mengomel sambil mengejar mereka. Sambil berlari, gadis itu tetap membenarkan kemejanya yang sebenarnya sudah sangat rapi.

"Hei kalian, tunggu!!" Jena akhirnya bisa mensejajari langkah Zelin dan Sasa. Sedikit ngos-ngosan, ia menatap kesal pada kedua sahabatnya itu.

"Awas kalian berdua!"Jena mendumel, membuat kedua sahabatnya tergelak bersamaan.

"Eh, Zelin, kamu tahu Professor Devin, sejak mengajar di kelas kita, ia terus memperhatikanmu."

"Kau ini bicara apa Jen, aku tidak memperhatikan."

"Serius. Dari semua mahasiswi di jurusan arsitek, kau memang bintangnya Zelin. Tidak heran Professor Devin terus menatapmu ketika sedang mengajar."

Raut wajah Sasa langsung berubah mendengar hal itu. Tapi tidak ada yang menyadarinya. Jena terus berceloteh tidak penting dan Zelin sesekali menanggapinya dengan santai. Mereka bertiga berjalan menuju kelas dan duduk menunggu Profesor Devin masuk kelas.

Beberapa menit kemudian, pria yang ditunggu itupun tiba. Professor Devin, pria lajang paling diminati di kampus. Anak seorang pengusaha sekaligus rektor universitas di kampus. Selain tampan, Devin juga sudah menjadi profesor di usianya yang baru 30 tahun. Masih sangat muda dan menjadi salah satu Professor termuda di Indonesia. Sungguh tidak main-main latar belakangnya.

Saat masuk, pria dengan tubuh tinggi dan proporsional itu langsung menyapa ramah pada muridnya. Dan seperti yang dikatakan Jena tadi, pria itu langsung menatap Zelin dengan tatapan penuh kekaguman yang hanya disadari oleh ketiga orang itu, termasuk Sasa yang raut wajahnya seketika langsung berubah masam ketika menyadari hal itu.

**

Zelin tengah menyetir mobil sepulang dari kampus. Meskipun tadi pelajaran cukup sulit, tapi otak encer Zelin tetap bisa memecahkannya. Jurusan arsitektur memang cukup rumit. Tapi cita-cita besarnya menjadi arsitek mengalahkan segala kerumitan itu.

Semula, mamanya menentang saat Zelin ingin mengambil jurusan arsitektur. Mamanya ingin Zelin menjadi dokter seperti sepupunya. Menurut mamanya, sangat sayang kepintarannya jika tidak menjadi dokter dan bisa menolong banyak orang.

Pemikiran macam apa itu. Untungnya sang papa memberikan kebebasan padanya untuk menggapai cita-citanya. Sang mama akhirnya mengalah dan Zelin bisa memilih jurusan kuliah sesuai dengan keinginannya.

Ketika Zelin ingin tinggal sendiri di apartemenpun, sang mama sempat menentangnya dengan keras. Zelin masih muda belia dan mamanya tidak ingin tinggal berjauhan dari putrinya. Namun, dengan alasan agar lebih dekat dengan kampus, akhirnya Friska mengijinkan. Tentu saja dengan bujukan dari papanya tercinta.

Semua berjalan dengan lancar. Zelin yang memang berniat memepet pria kesayangannya dan kini sukses berada di samping pria itu nyaris dua puluh empat jam. Mereka hanya berpisah saat Alex ke kantor dan Zelin sedang kuliah. Apartemen Zelin hanya formalitas saat kedua orang tuanya berkunjung. Tempat tinggalnya sebenarnya adalah apartemen Alex yang berada tepat disamping apartemen miliknya.

Ia dan Alex sudah tinggal bersama selama tiga tahun lebih. Mereka tidur dan bercinta seperti suami istri tanpa ikatan apapun. Zelin tidak masalah. Dia juga belum siap untuk terikat. Yang penting Om Alex ada di sisinya dan laki-laki itu tidak bisa pergi darinya. Zelin tidak akan segan meneror atau menghajar siapa saja yang berani mencari masalah dengan Alex-nya.

Sekarang cukup seperti ini. Nanti setelah ia lulus dan menjadi arsitek sukses, Zelin akan melamar Om Alex dan mereka akan menjadi pasangan bahagia yang sempurna. Zelin benar-benar tidak sabar membayangkan hal itu terjadi.

Ciiiit

Mobil Zelin tiba-tiba berhenti saat ada anjing lewat di hadapannya. Ia nyaris menyerempet trotoar. Untung saja jalanan sepi dan tidak ada mobil di belakangnya. Zelin segera menepikan mobilnya dan keluar untuk mengecek keadaan mobilnya.

"Shiiit, tergores sedikit." Zelin menatap kesal pada mobilnya. Ia mencari anjing sialan itu dan berniat melabrak pemiliknya. Sayangnya tidak ketemu, anjing sialan itu terlanjur lari.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di hadapan mobilnya. Mobil itu sudah tidak asing, Zelin cukup akrab dengan mobil itu di kampus namun tidak tahu siapa pemiliknya. Saat si empunya keluar, mata Zelin seketika melotot terkejut.

"Hai Zelin, ada apa dengan mobilmu? Aku lihat dari kejauhan mobilmu bermasalah. Apa macet?"

"Eeeh, Professor Devin. Aku pikir siapa. Pantas saja aku akrab dengan mobilnya. Bukan apa-apa sebenernya. Ini hanya tergores sedikit. Tadi ada anjing menyeberang dan aku berhenti mendadak. Jadi tergores seperti ini."

Devin tampak memperhatikan mobil mewah mahasiswinya itu. Sedikit tergores, tidak terlalu parah sebenarnya. Tapi mungkin biaya memperbaikinya lumayan mahal karena mobil ini tergolong mewah.

"Sebenarnya tidak terlalu parah, tapi mungkin biaya memperbaikinya akan  lumayan."

"Aku berniat melabrak si pemilik anjing. Sayangnya anjing itu sudah lari."

"Anjing itu sepertinya sangat menyayangi pemiliknya. Buktinya ia langsung kabur begitu melakukan kesalahan yang fatal."

Keduanya tergelak mendengar ucapan ngawur Devin. Mereka kemudian berbincang ringan mengenai perbaikan mobil Zelin. Zelin kadang tertawa karena Devin ternyata lumayan lucu, tidak serius seperti saat di kelas yang selalu terlihat tegang.

Mereka bercanda ringan hingga tidak menyadari ada yang sedari tadi memperhatikan mereka dari jauh. Pria itu mencengkeram setir mobilnya, cukup kesal melihat pemandangan biasa yang entah kenapa jadi begitu menyebalkan di matanya. Tidak ingin emosi, pria itu melajukan mobilnya, meninggalkan tempat itu agar tidak kesal melihat sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting.

Hot Passion ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang