Part 13

1.3K 84 5
                                    

Alex yang masih kebingungan segera menyusul Zelin ke kamar. Meskipun sudah tahu Zelin berwatak keras, namun gadis itu tidak pernah marah tanpa sebab. Selalu ada alasan dibalik sikap bar-barnya. Alex harus segera menyelesaikan masalah ini agar tidak berlarut-larut dan Zelin kembali bertindak anarkis seperti dulu.

Sesampainya di kamar, Alex mendapati wanita itu mengambil bathrobe dan berjalan menuju kamar mandi. Alex segera menghadangnya dan langsung mendapat tatapan tidak ramah dari Zelin. Wanita itu tampak kesal bukan main.

"Ada apa? Jangan diam seperti itu. Kalau ada masalah, katakan saja."

"Pikirkan saja sendiri." Zelin berucap ketus sambil mengambil bathrobe-nya dari tangan Alex dengan paksa. Namun Alex tidak memberikannya hingga adegan tarik menarikpun terjadi.

"Om, berikan. Aku ingin mandi."

"Tidak usah kemana-mana sebelum memberikan penjelasan."

"Kenapa Om tidak berpikir sendiri. Dasar tukang bohong."

Alex memejamkan matanya, kesal bukan main dengan sikap semena-mena Zelin. Bagian mana Alex bohongnya, ia sendiri bahkan tidak tahu.

"Kau pikir aku Tuhan yang bisa membaca isi hati manusia. Dengar Zelin, aku bukan Tuhan atau peramal. Jadi aku tidak tahu apa kesalahanku jika kau tidak bicara."

Zelin ingin bicara jujur sebenarnya. Tapi ia pikir terlalu mudah bagi Alex jika ia langsung bicara to the point. Si tukang bohong ini harus di beri pelajaran agar kebingungan. Dan Zelin belum ingin buka mulut saat ini.

"Kalau begitu pikir saja sampai kau menua dan jompo!!" Zelin hendak berlalu dari hadapan Alex namun pria itu segera menahan lengannya. Zelin melotot saat Alex membenturkan pelan tubuhnya ke tembok kemudian bibir pria itu langsung mencium bibirnya dengan lembut.

Sejenak Zelin mematung, namun ia segera tersadar dari keterkejutannya dan langsung mendorong tubuh Alex dengan kasar. Namun tidak semudah itu, Alex terlalu kuat untuk ia dorong jauh-jauh. Pria itu justru menghimpit tubuhnya hingga Zelin tidak bisa bergerak sama sekali.

"Bicaralah atau aku akan memperkosamu sekarang juga. Aku tidak main-main dan jangan memancing amarahku Zelin." Zelin bergidik saat Alex menatap wajahnya lapar. Tatapan pria itu menggelap, membuat Zelin sedikit takut, namun pantang baginya untuk mundur. Terlalu gengsi untuk bicara sekarang. Sudah kepalang tanggung.

"Aku tidak mau bicara. Aku mau pergi."

Zelin mendorong keras tubuh Alex, namun lagi-lagi gagal karena tenaga pria itu terlalu kuat. Zelin menatap geram pada Alex yang tersenyum miring ke arahnya. Pria itu tanpa aba-aba memanggul tubuh Zelin kemudian membantingnya ke atas ranjang.

"Kau mau apa? Jangan macam-macam." Zelin melotot menatap Alex yang kini melepaskan dasinya. Pria melemparkan dasinya asal kemudian membuka kemejanya dan kembali membuangnya dengan asal.

Alex merangkak ke atas ranjang kemudian melingkupi tubuh Zelin. Pria itu tidak mempedulikan kemarahan Zelin dan meraih kedua telapak tangan wanita itu kemudian menekankannya ke ranjang. Zelin melotot namun tenaganya kalah jauh dibandingkan dengan Alex.

Hingga Zelin akhirnya pasrah saat Alex menelanjangi tubuhnya, kemudian memasuki miliknya yang sudah lembab sedari tadi. Zelin mengerang panjang saat Alex menekankan miliknya sangat dalam. Pria itu seperti mengamuk membabi buta menyetubuhi Zelin. Rupanya ancaman pria itu akan memperkosanya bukan bualan belaka. Alex benar-benar memperkosanya sekarang.

Tubuh Zelin terus bergeser hingga kepala membentur pelan kepala ranjang. Alex bergerak brutal keluar masuk hingga terus membuat Zelin mendesah kenikmatan. Keringat mereka membaur menjadi satu. Ciuman brutal Alex seketika membungkam mulut Zelin yang hendak memberontak.

Alex melepaskan ciumannya. Ia membalikkan tubuh Zelin hingga menungging kemudian kembali memasukinya dari belakang. Tubuh Zelin terpental-pental karena gerakan brutal Alex. Hingga beberapa saat kemudian, Alex bergerak semakin cepat dan tidak teratur. Suara gerungan keras terdengar di sertai cairan hangat mengalir di antara kedua pada Zelin.

Tanpa mempedulikan Zelin yang lemas karena baru saja mendapatkan pelepasannya bersama Alex barusan, pria itu langsung membalikkan kasar tubuh Zelin. Alex meraih kedua tungkai Zelin, meletakkannya di pundak kemudian kembali memasuki Zelin dengan kasar.

"Shiiit, Om stooop!!"

Umpatan Zelin tidak didengar oleh Alex. Pria itu tetap fokus memasuki Zelin dengan kasar. Hingga setengah jam kemudian, Alex akhirnya mendapatkan pelepasan untuk yang ketiga kalinya dan Zelin sudah tertidur kerena kelelahan setelah umpatannya berkali-kali sama sekali tidak didengarkan oleh Alex.

**

Zelin menggeliat, ia berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan Alex namun ternyata sangat susah. Dengan mata yang masih mengantuk, ia menelentangkan tubuhnya dan menatap kesal pada Alex yang kini tengah memeluknya dari belakang.

"Oooom, lepas, aku mau pipis." Zelin memberengut, menatap kesal pada Alex yang menyengir tanpa rasa bersalah dan tetap tidak melepaskan pelukannya.

"Aku mau pipis Om."

"Sebelum memberikan penjelasan padaku, kau tidak bisa kemana-mana. Buang air saja di sini."

"Oooom!!"

"Pokoknya tidak usah kemana-mana. Bicara baik-baik, maka aku akan melepaskanku."

Meskipun kesal setengah mati, Zelin terpaksa bicara kalau tidak mau mengompol sekarang. Itu menjijikkan.

"Oke, aku ngomong sekarang. Om kencan sama cewek. Om selingkuh. Aku lihat dengan mata kepala sendiri Om makan sama cewek baju merah di  restoran Korea. Ternyata Om main belakang sekarang. Oke, kita lihat saja nanti apa yang akan terjadi sama cewek baju merah itu."

"Astagaaaaa, jadi itu biang masalah kehebohan ini. Kenapa tidak bilang dari tadi?"

"Maksud Om apa sih? Bilang supaya Om bisa ngeles. Teman, rekan bisnis, klien atau apalah, bulshitt. Aku nggak percaya."

Alex akhirnya melonggarkan pelukannya. Ia menyangga kepalanya dengan salah satu tangan, menatap Zelin yang kini segera duduk sambil cemberut, namun tetap terlihat cantik.

"Oke, aku ngaku, tadi menghadiri kencan buta."

"Ngaku juga." Zelin berdecih, ia merapikan rambutnya yang berantakan karena bangun tidur.

"Iya, itu kencan mama yang atur. Aku nggak tahu gimana jelasinnya. Kalau aku nggak dateng, mama bakalan mogok makan. Aku nggak tega, jadi aku datang. Maaf."

"Maaf untuk apa Om? Kencan aja. Nanti kita lihat sejauh mana wanita itu bisa bertahan."

Zelin berjalan menuju kamar mandi dalam keadaan telanjang. Alex merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamar sambil terkekeh. Tidak menyangka Zelin melihat ia menghadiri kencan buta. Pantas saja gadis itu marah bukan main. Melihat watak bar bar Zelin, beruntung wanita itu tidak membuat kekacauan saat kencan buta tadi. Kalau tidak, ia pasti akan kerepotan mengurus masalah mengingat Rumi adalah putri gubernur.

Alex duduk, kemudian berjalan menyusul Zelin ke kamar mandi. Ia melihat Zelin tengah mengguyur tubuhnya dengan air hangat. Alexpun bergabung dengan Zelin dan memeluk wanita itu dari belakang. Ia menyandarkan dagunya ke pundak Zelin.

"Maafkan aku. Lain kali, aku tidak akan mau menghadiri kencan buta meski di paksa sekalipun. Jangan marah lagi. Kemarahanmu membuatku tidak berselera makan."

Alex membalikkan tubuh Zelin. Mereka saling bertatapan intens sebelum Alex menghimpit tubuh Zelin ke dinding kaca kemudian mengangkat kedua tungkai wanita itu. Dengan penuh gairah, Alex kembali memasuki milik Zelin dan mereka kembali bercinta dengan panas hingga nyaris melewatkan jam makan malam.

Hot Passion ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang