Part 8

1.7K 91 5
                                    

Alex merasakan keningnya di cium lembut oleh seseorang. Karena masih mengantuk, ia tidak membuka matanya dan tetap fokus tidur. Sampai setengah jam kemudian, Alex mendengar suara gemercik air dari kamar mandi. Ia membuka matanya, menyadari jika hari sudah pagi.

Alex terduduk kemudian menyugar rambutnya. Ia kemudian berdiri dan membuka pakaian dan celananya. Dengan hanya mengenakan boxer, Alex berjalan menuju kamar mandi. Meskipun rasanya masih ngantuk, ia harus tetap mandi agar tubuhnya segar dan siap bekerja seperti biasanya.

Memasuki kamar mandi, Alex membuka boxernya dan bergabung dengan Zelin yang kini tengah mengguyur tubuhnya di bawah shower. Zelin yang menyadari keberadaan Alex terkejut dan segera berbalik menatap pria itu.

"Om, udah bangun."

"Hmm. Jam berapa kau tiba?" Tanya Alex sambil menggosok pelan punggung Zelin yang halus.

"Setengah jam yang lalu. Aku nggak sempat sarapan di rumah. Aku bawa makanannya tadi. Nanti kita sarapan bersama."

"Itu di pikirkan nanti saja. Sebaiknya kita sarapan sekarang."

Zelin tergelak begitu memahami maksud Alex. Pria itu kemudian meraih kedua tungkai Zelin dan mengangkatnya, menekan tubuh Zelin ke dinding kaca kamar mandi lalu memasuki wanita itu.

Zelin mendesah, rambutnya yang masih basah menetes ke tubuhnya, menambah kesan seksi dan membuat Alex semakin bergairah. Semalaman ia tidur sendiri dan tubuhnya merindukan Zelin yang nyaris setiap malam ada di sampingnya. Zelin begitu panas saat mereka bercinta seperti sekarang dan lambat laut membuat Alex semakin ketagihan.

"Oooom, aaaah." Tubuh Zelin terlonjak, wanita itu memejamkan matanya, menikmati setiap momen milik Alex yang keluar masuk ke dalam miliknya.

Beberapa saat kemudian, Alex menurunkan Zelin, mencabut miliknya kemudian membalikkan tubuh Zelin hingga membelakanginya. Alex meraih pantat Zelin lalu kembali memasuki wanita itu dari belakang. Keduanya mendesah bersamaan kemudian saling memagut mesra. Alex meremas salah satu payudara Zelin, membuat wanita itu semakin terangsang.

Alex menyudahi ciuman mereka dan berkonsentrasi memasuki tubuh Zelin dari belakang. Ia terus keluar masuk sambil mencengkram pinggang seksi Zelin. Beberapa saat kemudian, Alex mempercepat gerakannya karena merasa akan mencapai puncak. Dan benar saja, sesaat kemudian ia dan Zelin mencapai orgasme bersama-sama. Alex langsung menahan tubuh lemas Zelin agar tidak terjatuh.

"Om, capek. Aku belum sarapan."

"Oke. Kita mandi dulu.

Alex kembali menyalakan shower yang tadi sempat ia matikan. Air hangat langsung mengalir dan membahasahi tubuh polos mereka. Pagi-pagi sudah bercinta, rutinitas menyenangkan yang membuat keduanya bersemangat memulai aktivitas.

"Mau ku bantu menggosok punggung."

"Nooo!! Om pasti aneh-aneh nanti. Aku bisa kesiangan Om. Aku ada kuliah pagi."

"Oke. Kita mandi, terus sarapan sama-sama."

"Om keluar dong. Jangan nempel-nempel gitu ah. Serem tahu."

"Serem-serem gini bikin kamu melek merem kan."

"Om!! mesum banget sih."

Alex tergelak sementara Zelin cemberut sambil meneruskan mandinya. Keduanya keluar setelah setengah jam berkutat di kamar mandi. Alex memakai handuk sementara Zelin mengenakan bathrobe sambil menggosok-gosok rambutnya dengan handuk kecil.

"Om, nanti makanannya aku panasin sebentar. Kayaknya udah agak dingin."

"Oke. Ini juga masih jam 7. Kamu nanti berangkat jam berapa?" Tanya Alex sambil melemparkan handuknya ke atas ranjang kemudian mulai memakai kemejanya.

"Jam 8 kayaknya. Kelas mulai jam setengah sembilan." Zelin mengambil pakaiannya di lemari kemudian mulai memakainya.

"Aku ada rapat dengan papamu hari ini. Makanya aku nggak mau terlambat. Nanti di bilang nggak konsisten." Zelin tersenyum hangat, yang ia dengar dari papanya, selama ini Om Alex sangat konsisten dengan pekerjaannya. Kerjasama mereka juga selalu menguntungkan kedua belah pihak.

Setelah berpakaian rapi, keduanya berjalan menuju dapur dan Zelin mulai menghangatkan makanannya. Ada sosis dan omelette yang tidak perlu di hangatkan. Setelah selesai, Zelin menyajikan makanan di atas meja dan Alex tampak dengan sabar menunggunya. Setelah selesai, Zelin duduk di kursi kemudian mengambilkan nasi untuk Alex seperti seorang istri yang sesungguhnya.

"Om, mau lauk apa? Sayur lodeh, atau omelette aja?"

"Aku mau lodeh." Jawab Alex sambil mengambil satu buah kerupuk di toples. Zelin menyajikan sesuai dengan permintaan Alex dan lelaki itu tersenyum senang. Hati Zelin berbunga-bunga melihatnya. Merekapun sarapan bersama dengan sesekali berbincang seputar kuliah Zelin.

"Om, lusa aku ada fashion show di kampus. Om nggak mau nonton?"

"Fashion show?"

"Iya Om. Di kampus. Ada event anniversary kampus. Sekedar ikut memeriahkan aja."

"Sepertinya aku dapat undangan. Kemarin sekretaris aku bilang ada undangan dari kampus kamu."

"Beneran Om!!"

"Kayaknya. Nanti coba aku cek lagi lewat sekretaris aku."

"Oke Oooom. Senengnya." Zelin mencium pipi Alex sekilas. Keduanya tertawa dan Alex mengisap bibir Zelin yang ada nasinya.

"Gimana makan malam keluarga kamu tadi malam, lancar?" Tanya Alex sambil meminum teh hangat yang sudah di sajikan Zelin sedari tadi.

"Kalau di bilang lancar sih lancar aja. Temen kakek datang sama anak dan cucunya. Om tahu siapa cucunya?"

"Siapa?"

"Profesor Devin."

"Profesor Devin? Dosen kamu?"

"Iya Om. Aku juga kaget awalnya. Ternyata yang datang keluarga profesor aku. Sama pak rektor lagi. Hawanya serasa mau di kuliahi."

Zelin tergelak lalu menyantap sosis dan omelette-nya. Tidak menyadari raut wajah Alex langsung berubah muram. Kenapa ada kebetulan yang seperti itu. Jangan-jangan si Devin itu sengaja mendekati keluarga Zelin. Sebagai sesama pria, Alex bisa melihat binar kagum saat pria itu menatap Zelin di tepi jalan waktu itu.

"Om, kok ngelamun sih. Ntar keburu dingin makanannya."

Alex seketika tersadar dari lamunannya. Ia tersenyum menatap Zelin yang menatapnya penuh tanya. Alex kemudian mengelus puncak kepala wanita muda itu, membuat Zelin semakin kebingungan.

"Zelin."

"Iya Om."

"Kok kamu suka sama aku sih. Kamu tahu kan, usia kita berbeda jauh. Kamu cantik, pintar dan berasal dari keluarga terpandang. Pasti banyak yang mau menjadi kekasihmu. Kenapa kamu mengejar pria tua sepertiku?"

Zelin seketika menghentikan makannya karena tergelak. Tidak menyangka pikiran Alex sedangkal itu. Bukankah ia sudah mengatakan bahwa cinta tidak memandang usia. Umur hanyalah angka, kenapa Om Alex sangat mempermasalahkannya.

Zelin beranjak, kemudian duduk di pangkuan Alex. Ia mencium bibir pria itu sekilas kemudian mengusapnya. Zelin memperhatikan wajah Alex yang tampan dan mengelus pipinya. Sejak umur 9 tahun hingga sekarang, rasa cintanya pada Alex tidak pernah berubah. Ia tetap mencintai pria itu apapun keadaannya.

"Om, bukankah aku sudah bilang berkali-kali, cinta tidak pernah memandang usia. Lagi pula umur hanya angka Om. Kenapa sih Om susah-susah mikir sampai segitunya. Aku cinta sama Om, aku pikir itu aja udah cukup. Om belum cinta sama aku, aku nggak pernah masalah. Gimanapun caranya aku akan buat Om cinta sama aku dan nggak bisa ninggalin aku selamanya."

Setelah mengatakan hal itu Zelin mencium bibir Alex dengan intens dan pria itu membalasnya. Meskipun dalam hati Alex tidak mengamini ucapan Zelin, ia tidak mau membuat Zelin marah. Meskipun berat, Suatu saat ia harus mengatakan pada wanita itu bahwa hubungan mereka tidak bisa dilanjutkan. Terlalu berat untuk Alex. Selain karena Zelin terlalu muda, Alex juga tidak yakin dengan perasannya pada anak bungsu Rafael Hartono itu.

Hot Passion ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang