Part 3

2.4K 119 5
                                    

Zelin membuka pintu apartemen dan langsung terkejut begitu mendapati Alex berada di sana. Pria itu sudah memakai kaos santai dan duduk di sofa, seperti menunggunya pulang. Tumben sekali, biasanya pria itu akan langsung istirahat begitu pulang kantor.

"Om, tumben udah pulang? Nggak biasanya." Zelin melemparkan tasnya asal, kemudian duduk disamping Alex dan menyandarkan kepalanya ke pundak pria itu.

"Kau dari mana?" Tanya Alex dengan suara berat, seperti menahan kesal. Zelin yang tidak menyadari hal itu justru memeluk Alex dari samping, mencari kenyamanan di dada pria itu.

"Ya dari kampus Om. Memangnya dari mana lagi. Om tahu kan, rutinitasku di luar hanya seputar kampus, salon, mall, dan berakhir pulang ke apartemen ini. Jarang juga lebih dari itu."

Alex menyalakan tv, belum menatap Zelin sama sekali. Zelin yang merasa ada keanehan dengan sikap Alex segera menegakkan tubuhnya, ia menatap pria tua itu yang kini tampak menonton televisi dengan wajah kaku, tidak seperti biasanya.

"Om, kenapa sih? Dari tadi kok aneh. Aku di cuekin."

"Perasaan kamu aja kali."

"Nggak. Aku nggak percaya. Om marah sama aku ya. Kenapa sih Om. Ngomong dong. Jangan merajuk gitu. Kayak tante-tante aja."

Alex menoleh, menatap mata besar Zelin yang kini tampak kebingungan. Gadis rusuh namun jinak ini memang menggemaskan. Membuat pertahanan Alex sedikit luluh melihatnya.

"Om, ngomong dong." Rengek Zelin, perempuan itu kemudian kembali memeluk Alex seperti kucing.

"Ngomong apa. Aku memang lagi capek, banyak kerjaan di kantor."

"Bohong. Om tiap hari capek nggak gini juga."

"Hari ini ada masalah proyek yang belum deal. Pikiranku jadi tidak tenang. Ngomong-ngomong kamu nggak pulang akhir pekan ini? Atau mama sama papa kamu yang kemari?" Alex mengalihkan pembicaraan, tidak ingin Zelin terus mempertanyakan sikap kakunya. Alex sendiri juga tidak tahu kenapa mendadak ia sangat kesal mengingat kejadian tadi. Dimana Zelin terlihat sangat akrab entah dengan siapa.

"Kayaknya aku pulang deh. Mama sama papa hampir tiap hari neror karena kangen. Kak Zafran juga nyuruh aku pulang. Kangen rumah juga sih sebenarnya."

"Tadi aku lihat kamu di pinggir jalan ngobrol sama cowok. Siapa?" Akhirnya pertanyaan itu muncul dari mulut Alex. Tidak tahan terus menerus penasaran seperti tadi.

Zelin langsung menegakkan tubuhnya mendengar pertanyaan Alex. Ia menatap tak percaya pada pria pujaan hatinya itu. Jadi, Alex melihatnya dengan Devin tadi. Kenapa diam saja, kenapa tidak berhenti dan membantunya?

"Jadi Om tadi lihat, kok nggak berhenti sih?"

"Memangnya kenapa aku harus berhenti?"

"Om, aku nyaris nabrak anjing. Mobilku lecet, dikit sih sebenarnya. Terus profesor Devin lihat dan berhenti, kita ngobrol deh seputar perbaikan mobil."

"Professor Devin?"

"Iya, Profesor Devin, anaknya rektor di kampus aku. Dia dosen aku sekarang. Sebenarnya kami nggak begitu kenal, cuma sebatas mahasiswi dan dosen. Tapi tadi setelah ngobrol lama ternyata orangnya asik juga. Nggak tegang kayak waktu ngajar di kelas."

Alex dapat melihat dengan jelas tatapan kagum pria itu terhadap Zelin. Meskipun dari kejauhan, tatapan itu bisa terlihat jelas dan entah kenapa Alex tidak menyukainya.

"Om, om nggak cemburu kan?" Todong Zelin sambil tersenyum menggoda. Alex terlihat gelagapan, tidak menyangka Zelin berpikir sejauh itu. Benarkah ia cemburu? Bahkan Alex tidak tahu perasannya bagaimana.

Hot Passion ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang